Kumplus cover fiksi Ratri Ninditya

Penyedot Tungau

Ratri Ninditya
Ratri Ninditya adalah penyair dan penulis cerita pendek. Buku puisi pertamanya, Rusunothing (2019), masuk daftar pendek Kusala Sastra Khatulistiwa 2020. Satu cerita pendeknya diterbitkan dalam kumpulan cerpen The Book of Jakarta (Comma Press, 2020).
20 Maret 2021 9:37 WIB
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ia tidak bisa lagi tidur di kasur itu. Kasur siluman. Kasur setan. Tak lama lagi kasur lateks putih polos itu akan memakannya hidup-hidup, meninggalkan tubuhnya jadi seonggok tulang-belulang dengan sisa darah dan otot di sana-sini yang telah mengering. Sisa tubuhnya itu akan masuk portal berita online di kolom yang paling jarang diklik orang. Lalu jika beruntung, acara televisi yang suka relay tayangan YouTube akan memasukkan berita tersebut dalam daftar kematian paling konyol di Indonesia.
Semuanya diawali dengan gatal-gatal di leher dan punggung. Ia kira mungkin karena singlet crocodilenya sudah tiga minggu tidak diganti, tapi setelah dia pakai singlet baru rasa gatal itu masih ada. Di malam berikutnya, gatal itu makin menjadi. Ia berputar-putar di tempat tidurnya, hadap kanan dan hadap kiri, tengkurap, duduk, koprol, tapi gatalnya tidak juga hilang. Rasa gatal membuatnya terjaga sampai azan subuh berkumandang. Hari itu moodnya berantakan sekali. Ia jadi semakin kesal karena selagi ia gelisah istrinya tidur seperti orang yang menang taruhan. Kedua tangan istrinya terangkat, mulutnya sedikit terbuka, alis berkerut. Ia tidak bisa menyimpulkan apakah itu ekspresi puas atau kecewa, tapi yang pasti istrinya sudah tersesat jauh di alam mimpi. Sungguh luar biasa kemampuan molor sang istri. Padahal, sepanjang malam ia sudah berdecak-decak kasih hint, ngarep ditemani terjaga dalam gelap, kalau bisa dibelai-belai supaya hatinya sedikit tenang. Tapi boro-boro dibelai, dihiraukan saja tidak!
Beberapa hari kemudian, rasa gatal itu tidak hanya muncul ketika ia berbaring di kasur. Gatal mengikutinya ke mana pun dia pergi. Saat mandi ia menggosok seluruh tubuhnya dengan keras, bahkan ia sampai beli shower puff yang sejak dulu selalu direkomendasikan istrinya, tapi ia terlalu malas menggunakannya. Apalagi shower puff itu warnanya pastel feminin seperti seikat bunga. Ia tidak bisa membayangkan tubuhnya yang gagah disapu lembut benda imut yang merekah. Itu ritual merepotkan yang harusnya dilakukan perempuan saja.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
check
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
check
Bebas iklan mengganggu
check
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
check
Gratis akses ke event spesial kumparan
check
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten