
Sebentar lagi dunia akan tenggelam dan dipenuhi cumi-cumi.
Ia memandang tubuhnya di depan cermin. Besok dunia kiamat, tapi belum ada sepetak pun bagian tubuhnya yang ia sukai, selama apa pun ia mencoba mengakrabkan diri. Semakin lama diamati malah semakin asing tubuh ini jadinya. Putingnya tidak simetris dan menghadap ke arah yang salah. Kulit ketiaknya hitam dan berbintil-bintil. Begitu pula dengan kulit selangkangannya. Ia memencet sebuah jerawat besar di pinggulnya sampai semua nanah keluar lalu mengoles minyak tawon. Minyak itu meninggalkan rasa panas yang pedih. Apakah penyair-penyair genit akan menjadikan tubuh ini puisi? Tentu tidak.
Cumi-cumi memiliki mekanisme bertahan hidup yang luar biasa. Karena tubuhnya lunak, kulitnya bisa berganti-ganti warna menyesuaikan dengan sekitarnya. Pigmen warna bekerja seperti balon cat, yang dengan mata telanjang akan terlihat seperti titik-titik yang berkilauan.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814