Bahaya Penyakit Reproduksi Mengintai Remaja

Ratu Anisatun Nabilah
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan
Konten dari Pengguna
3 November 2021 22:07 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ratu Anisatun Nabilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber gambar: Pixabay.co
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar: Pixabay.co
ADVERTISEMENT
Teman-teman tahu tidak, masa remaja merupakan masa naik tingkatnya masa kanak-kanak menuju masa remaja, atau teman-teman bisa menyebutnya dengan masa peralihan yaitu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa inilah kita sebagai remaja dituntut untuk mampu menjaga diri sendiri baik menjaga fisik (bagian pribadi) maupun psikis. Karena pada masa ini, remaja seperti kita ini sudah mengalami namanya menstruasi bagi perempuan sedangkan bagi laki-laki mengalami namanya mimpi basah. Selain itu, kita sebagai remaja juga harus peduli dengan kesehatan diri sendiri, dari mengenal berbagai macam penyakit yang bisa muncul atau yang diderita oleh diri sendiri. Kesehatan yang harus kita jaga pada masa remaja yang paling utama adalah kesehatan reproduksi serta kita juga mengenal penyakit menular yang terjadi di bagian reproduksi.
ADVERTISEMENT

Apa itu Kesehatan Reproduksi?

Sebelum kita membahas apa saja penyakit reproduksi, mari kita sama-sama cari tahu apa itu kesehatan reproduksi? Kementerian Kesehatan RI menjelaskan bahwa kesehatan reproduksi merupakan kondisi sehat secara fisik, mental serta sosial secara utuh, tidak hanya terbebas dari penyakit maupun kecacatan yang berkaitan dengan sistem, peranan, serta proses reproduksi (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Kesehatan reproduksi merupakan suatu hal yang harus kita jaga sedini mungkin yang dimulai sejak kita remaja.
Karena pada saat kita masih remaja selain berubah secara biologis tapi psikologis pun ikut berubah. Seperti kita memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, kita mudah marah dan emosi, kita tidak mau diatur karena pada saat ini kita sedang mencari jati diri kita serta timbul rasa keinginan untuk berkencan. Akan tetapi, remaja saat ini sudah berpacaran bahkan anak-anak yang belum memasuki masa remaja pun sudah mulai berpacaran loh. Hal inilah yang harus dikhawatirkan, kenapa? Karena apabila kurangnya edukasi dalam batasan pacaran yang dapat terjerumus ke pacaran yang tidak sehat. Salah satunya contoh efek dari pacaran tidak sehat adalah seks bebas. Ngeri gak sih? Ngeri kan!!
ADVERTISEMENT

Dampak dari Seks Bebas

Sebagai remaja, perlu banget kita mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan dari seks bebas. Dampaknya yaitu adanya penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak dinginkan yang menimbulkan keinginan untuk melakukan aborsi yang dapat menambah masalah dengan munculnya segala komplikasi penyakit akibat dilakukannya aborsi. Komplikasi dari aborsi menyebabkan banyak penyakit seperti di antaranya adalah kerusakan rahim, jika aborsi yang dilakukan dipaksakan. Selain itu juga dapat berdampak kepada psikologis.
Berdasarkan data yang diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bappenas serta UNPA tahun 2010, dari 63 juta jiwa anak remaja di Indonesia terdapat sebagian yang masih sulit untuk berperilaku sehat. Tingginya kehamilan tidak diinginkan (KTD) memiliki kaitan yang erat dengan aborsi. Dari perhitungan jumlah aborsi per tahun di Indonesia dapat menggapai 2,4 juta, dekat 800.000 antara lain berlangsung di lingkungan anak remaja (Djama, 2017). Kehamilan di umur yang belum waktunya bisa menimbulkan risiko yang tinggi serta banyak mengalami masalah kesehatan.
ADVERTISEMENT

Penyakit Menular Seksual

Selain hamil yang tidak diinginkan apa lagi sih masalahnya? Nah ini masalah yang lain, yaitu berbagai penyakit menular seksual juga bisa menghampiri, seperti: klamidia, gonore, sifilis, candidiasis dan yang terakhir yang sering terjadi di kalangan remaja adalah HIV/AIDS. Penyebab dari penyakit ini pun beragam mulai dari bakteri (seperti klamidia, gonore, dan sifilis), virus (HIV/AIDS) serta yang terakhir jamur (cadiasis). Penularan penyakit ini dapat melalui darah, ibu hamil kepada bayinya, suntikan yang bersamaan. Komplikasi yang didapatkan dari penyakit menular ini banyak sekali di antaranya adalah radang panggul, cacat pada bayi, kanker dan mempermudah penularannya HIV/AIDS.
Menurut data yang ada bahwa ancaman HIV dan AIDS membuat perilaku seksual dan kesehatan reproduksi pada remaja meningkat, diperkirakan dari 20% bisa mencapai hingga 30% dari semua penyakit HIV yang ada di dunia terjadi pada remaja. Sama dengan penyakit menular seksual, yang paling teratas ialah remaja dan sering terjadi pada remaja perempuan (Djama, 2017).
ADVERTISEMENT

Upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi

Berdasarkan data tersebut tentu bisa dikatakan merupakan hal yang miris. Sebab kesehatan reproduksi merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap masa depan tiap individu, maupun masa depan bangsa. Jika saja sedari kecil tidak memahami bagaimana cara menjaga kesehatan reproduksi, bisa kita bayangkan apa akibat yang akan terjadi nantinya. Perlu kita ketahui juga bagaimana para remaja sulit menerapkan perilaku dalam menjaga kesehatan reproduksi tersebut. Dan perlu adanya upaya dari berbagai elemen masyarakat dalam meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi pada remaja. Adapun upaya-upaya tersebut terdiri dari:
1. Makan makanan bergizi dengan gizi yang seimbang.
2. Kita sebagai remaja harus mengetahui informasi tentang kesehatan reproduksi.
3. Sebagai remaja kita harus meningkatkan pertahanan terhadap godaan, terutama dalam godaan penggunaan narkoba dan godaan dalam seks bebas.
ADVERTISEMENT
4. Yang terakhir sebagai remaja kita harus melakukan kebiasaan sehat lainnya.
Itulah upaya-upaya yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi remaja. Semoga bermanfaat ya teman-teman.
Referensi
Djama, N. T. (2017). Kesehatan Reproduksi Remaja. Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 10(1), 30. https://doi.org/10.32763/juke.v10i1.15
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Infodatin Reproduksi Remaja-Ed.Pdf. In Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja (Issue Remaja, pp. 1–8).
Tuntun, M. (2018). Faktor Resiko Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). Jurnal Kesehatan, 9(3), 419. https://doi.org/10.26630/jk.v9i3.1109