Katakan Dengan Bunga: Menilik Keindahan Puspa Pesona dari Papua

Ratu Yulya Chaerani
Peserta #Sesdilu76 yang sedang belajar menulis
Konten dari Pengguna
22 Juni 2024 7:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ratu Yulya Chaerani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Siapa yang tidak mengenal bunga anggrek, puspa pesona Indonesia? Di balik keindahannya, bunga ini juga menyimpan makna filosofis yang mendalam. Anggrek tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga memiliki peran penting dalam diplomasi internasional.
ADVERTISEMENT
Sejarah diplomasi Indonesia mencatat bahwa anggrek dapat berfungsi sebagai simbol persahabatan. Salah satu contoh paling terkenal adalah Kimilsungia, anggrek hibrida Dendrobium yang diberikan Presiden Soekarno kepada Presiden Korea Utara Kim Il Sung pada tahun 1965. Kimilsungia menjadi simbol persahabatan antara kedua negara dan dihormati dalam Festival Bunga Kimilsungia di Pyongyang, Korea Utara.
Duta Besar RI saat menerima penghargaan dari Pemerintah Korea Utara pada Festival Bunga Kimilsungia 2019 (Foto: KBRI Pyongyang)
'Diplomasi anggrek' terus berlanjut hingga saat ini. Pada tahun 2023, Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Retno Marsudi, mengajak Menlu Papua Nugini, Justin Tkatchenko, untuk mengunjungi Griya Anggrek di Kebun Raya Bogor. Selain menunjukkan keanekaragaman hayati Indonesia, kunjungan ini juga dipicu oleh ketertarikan Menlu Papua Nugini, yang merupakan seorang hortikulturis dan botanis, terhadap berbagai jenis anggrek dari Indonesia.
Menlu RI dan Menlu Papua Nugini mengunjungi Griya Anggrek (Foto: Kebun Raya Bogor)
Salah satu alasan anggrek menjadi puspa pesona adalah keberadaannya yang tersebar di berbagai wilayah nusantara. Pengendali Ekosistem Hutan di Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Papua Barat menyatakan ada lebih dari 3.820 spesies anggrek di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 86,47% ada di Papua. Hingga Mei 2024, terdapat 2.893 spesies anggrek liar di Papua dengan 30 spesies hibrida. Sebanyak 2.501 spesies anggrek tersebut merupakan endemik-yang hanya dapat ditemukan di wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
Tanaman anggrek dapat menjadi bioindikator alami kelestarian lingkungan. Semakin beragam jenis anggrek maka tingkat kelestarian alamnya semakin tinggi. Tidak mengherankan jika Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan terdapat potensi untuk menemukan lebih banyak spesies anggrek di Papua, karena masih banyak wilayah yang terjaga lestari, belum terjamah eksplorasi.
Tidak hanya proses eksplorasinya yang menantang, penelitian spesies baru juga memerlukan waktu yang cukup lama. Pada tanggal 28 Maret 2023 tim Balai Besar KSDA Papua Barat mempublikasikan anggrek spesies baru yang berasal dari Taman Wisata Alam (TWA) Sorong, pada jurnal Phytotaxa Vol. 589 No. 3: 283-288 dengan judul “Bulbophyllum wiratnoi (Orchidaceae), a new species of section Epicrianthes from Indonesian New Guinea.” Keberhasilan publikasi tersebut didapat setelah melakukan penelitian selama lima tahun.
Bulbophyllum wiratnoi, anggrek spesies baru dari TWA Sorong. (Foto: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan-Reza Saputra)
Hasil eksplorasi 2022-2024 yang dilakukan bersama dengan pihak lain, termasuk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Papua Barat, Universitas Papua, dan Royal Botanic Garden Kew menemukan terdapat total 23 spesies baru yang berasal dari Papua. Tentunya, penamaan 23 spesies baru tersebut akan melewati proses penelitian yang terperinci, sebelum nama barunya dipublikasikan.
ADVERTISEMENT
Konservasi adalah kata kunci untuk menjaga kelestarian anggrek di tanah Papua. Dengan menjaga dan mempromosikan keanekaragaman hayati Papua, kita tidak hanya melestarikan warisan alam yang berharga tetapi juga memperkuat citra positif Indonesia di mata dunia. Karena anggrek bukan hanya sebatas bunga biasa, melainkan simbol persahabatan yang menjadi bagian diplomasi Indonesia.