#Kerja3dirumahaja
Boleh jadi Oom Abror tak suka dengan caraku dulu. Ia minta aku mengantarnya “bersilaturahim” ke rumah korban bekas jugun ianfu di Buru. Aku memang pernah meneliti soal itu untuk tugas akhirku di Universitas Iqra. Namun, di tengah jalan aku beralih meneliti perjuangan rakyat Buru mempertahankan kemerdekaan di bawah pimpinan Abdullah bin Thalib, Adam Pattisahusiwa, dan kawan-kawan mereka. Semula kuduga akan mudah mendapatkan informasi dari beberapa perempuan tua yang kami panggil “Muka Jawa” (perempuan Jawa) itu—sebab mereka memang didatangkan dari Jawa. Ternyata mereka tak mau banyak bicara.
Mereka kuketahui tinggal di beberapa titik. Itu dari kalangan yang sudah membuka diri, entah ada berapa puluh lagi yang tak kuketahui atau tetap menutup diri. Terus-terang, dulu aku terinspirasi buku Pramoedya, Remaja Perawan dalam Cengkeraman Militer. Buku itu konon dikerjakan bersama dengan sejumlah tapol lain (sebagai pengumpul bahan). Sambil bekerja di hutan, para tapol sengaja mencari tahu nasib para perempuan korban perang dunia kedua itu. Mereka menyebar tinggal di soa (kampung) pedalaman atau di pantai. Rata-rata mereka sengaja hidup tertutup atau dilarang bergaul oleh suami dan keluarga. Nasib mereka luput dari perhatian siapa pun.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814