Kumplus- Cover fiksi Raudal Tanjung Banua 4

Tersesat di Peta Literasi

Raudal Tanjung Banua
Raudal Tanjung Banua mendapatkan Anugrah Sastra Horison pada 2005, Hadiah Jurnal Puisi SIH, dan penghargaan Mastera 2007. Karyanya beberapa kali dinominasikan dalam Kusala Sastra Khatulistiwa kategori prosa dan puisi.
15 Mei 2021 17:57 WIB
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Vuyk dan Rilke
Bintik-bintik kecil dedaunan kayu putih di kejauhan persis tirai kabut, putih-kelabu, menyaput punggung perbukitan, bergelombang di cekung lembah, mengalir layah hingga ke tepian teluk. Faqih Mahfudz melepas pandang seolah sepasang matanya menjelma jadi sepasang burung. Ia melihat seorang perempuan Indo bersama suaminya, Belanda-totok, berdayung mengarungi teluk, memunggungi Namlea dan sebuah rumah nun di sana.
Perlahan sampan mereka memasuki alur bakau dan kecipak dayung jadi terdengar lamban. Tak lama, alur membelok ke sunyi rawa hutan sagu. Di antara pohon-pohon sagu gemuk, di mana sampan harus ditambatkan, ada setapak jalan naik. Itu bekas jalan buaya yang menyeret perutnya di tanah, dan ketika buaya tua itu ditemukan mati, Heintje, pembantunya, memanfaatkan jalur itu untuk tuannya. Lumayan memperpendek jarak. Dari situ, mereka naik-turun bukit melewati alang-alang setajam pisau, masuk makin jauh ke semak kusu-kusu, sampai akhirnya mencapai tempat penyulingan dekat sumber air.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
check
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
check
Bebas iklan mengganggu
check
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
check
Gratis akses ke event spesial kumparan
check
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten