Jangan mudah percaya kepada uluran tangan berselubung bunga mawar, sebab boleh jadi ia menyembunyikan duri. Mungkin kau pernah baca ungkapan “uluran tangan penuh duri” dalam Nyanyi Sunyi Seorang Bisu. Akan saya ceritakan peristiwa di sekitar lahirnya ungkapan itu. Setelah mendengar sendiri kesaksian di lapangan, saya memahami filosofinya.
Ungkapan itu bukan ciptaan Pramoedya Ananta Toer. Itu ungkapan Kadis, mantan wartawan Ekonomi Nasional di Jakarta. Kadis (tidak disebut nama lengkapnya) sebelumnya pernah menjadi anggota staf pabrik pensil “Indonesia Pertama.” Dan Pram tercatat sebagai “penasihat” pabrik kalam yang bercita-cita mencerdaskan anak bangsa itu.
Jadi, Pram kenal baik dengan Kadis. Setelah sama-sama terbuang ke Pulau Buru—bahkan secara kebetulan mereka tinggal di unit bersebelahan—Pram meminta Kadis membuat catatan tentang Peristiwa 12 November 1974. Peristiwa itu terjadi di Unit II/Wanareja, tempat Kadis tinggal dan mengalami kejadiannya.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814