Antara Tarot, Realita dan Bisnis di Koleksi Terbaru Dior Haute Couture 2021

Rayoga Akbar Firdaus
Fashion is food for thought
Konten dari Pengguna
26 Januari 2021 12:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rayoga Akbar Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dior haute couture spring 2021/Elena Kechicheva/Courtesy of Christian Dior
zoom-in-whitePerbesar
Dior haute couture spring 2021/Elena Kechicheva/Courtesy of Christian Dior
ADVERTISEMENT
Kartu tarot menjadi inspirasi utama dari koleksi terbaru Dior haute couture untuk musim semi 2021. Mendiang desainer Christian Dior sendiri diketahui memiliki kecintaan terhadap kartu tarot. Namun bagi Maria Grazia Chiuri selaku creative director Dior, bukan hanya karena alasan ikatan historis tapi juga narasi imajinasi dan korelasi akan situasi yang dihadapi dunia sekarang yang membuatnya terinspirasi untuk menginterpretasikan kartu tarot dalam koleksi terbaru Dior haute couture.
ADVERTISEMENT
Dipresentasikan secara digital dalam format film, Dior kembali menggaet sutradara Matteo Garrone, yang sebelumnya menggarap film serupa untuk koleksi Dior haute couture musim lalu, untuk menerjemahkan narasi koleksi ini dalam medium film. Garrone mengangkat cerita petualangan seorang perempuan yang terjebak di dalam sebuah kastil. Di dalam petualangannya ia akan menjumpai sejumlah karakter yang terilhami oleh tokoh-tokoh dari kartu tarot. Anda bisa menonton secara lengkap dan mengetahui akhir dari kisah petualangannya di situs Dior maupun channel Youtube nya.
Film Dior haute couture spring 2021 garapan Matteo Garrone/Courtesy of Christian Dior
Lantas, adakah film tersebut berhasil menampilkan keindahan dan spirit fantasi dari rancangan Maria Grazia Chiuri secara menyeluruh? Film dan fashion adalah dua medium kreativitas yang berbeda. Ketika keduanya berkolaborasi sulit untuk tidak terdistraksi antara harus mengikuti jalan cerita dan mengamati unsur fashion di dalamnya. Cerita masih menjadi focal point pada film garapan Garrone. Dan mungkin hal tersebut adalah tujuan utamanya. Ia bekerja untuk menarasikan cerita bukan untuk mempromosikan koleksi terbaru Dior.
Dior haute couture spring 2021/Elena Kechicheva/Courtesy of Christian Dior
Dior haute couture spring 2021/Elena Kechicheva/Courtesy of Christian Dior
Jika benang merah dalam film tersebut adalah tentang petualangan dan pencarian identitas, maka tarot sebagai sumber inspirasi rancangan seolah mewakili obsesi publik akan keingintahuan akan masa depan dan kekuatan supernatural selama pandemi. Meski teknologi semakin berkembang, namun publik masih memiliki ketertarikan terhadap mitos dan ramalan.
ADVERTISEMENT
Dari segi estetis, Maria Grazia Chiuri masih menghadirkan siluet dan potongan yang menjadi ciri khasnya. Seperti gaun bergaya Romawi, padanan gaun lengan panjang dengan coat, serta gaun detail plissé. Meski familier, detail bordir yang exquisite yang hadir di mana menampilkan karya ilustrasi Pietro Ruffo pada sejumlah gaun berhasil menginjeksi nuansa whimsical tersendiri. Tak hanya gaun, turut hadir setelan jas dalam bahan velvet dan jaket Dior Bar dalam bahan tweed.

Bisnis dan eksistensi haute couture

Fantasi dan kreativitas adalah denyut nadi dari haute couture. Dijual secara terbatas, haute couture membuka ruang bagi klien untuk menginterpretasikan desain yang dihadirkan desainer menjadi lebih personal. Para rumah mode yang masih menggeluti bisnis haute couture seperti Dior dan Chanel tidak pernah terbuka apakah lini eksklusif memang menguntungkan secara bisnis.
Dior haute couture spring 2021/Elena Kechicheva/Courtesy of Christian Dior
Dior haute couture spring 2021/Elena Kechicheva/Courtesy of Christian Dior
Namun Christina Binkley dalam tulisannya In 2019, Haute Couture is Thriving untuk situs Vogue Business, menyatakan bahwa koleksi haute couture menjadi salah satu elemen penting dalam kesuksesan Dior di tahun 2018 dan disinyalir berhasil mencetak profit. Hal tersebut seolah menjadi penjelasan logis mengapa Maria Grazia Chiuri masih konsisten dengan garis desainnya dari musim ke musim. Bukan hanya sekadar menghadirkan korelasi dengan koleksi lini siap pakai, namun juga karena koleksi haute couture rancangannya laku keras. Ia paham betul apa yang disukai oleh para klien kelas atas.
ADVERTISEMENT
Tak hanya Dior, Jessica Bumpus dalam tulisannya Why The Magic Of Couture Spells Big Business For Brands In 2019 di situs Vogue juga menyatakan bahwa desainer Jean Paul Gaultier berhasil menaikan profit dari penjualan lini haute couture miliknya dari tahun ke tahun. Tentu kini lain cerita disaat pandemi yang tak hanya membuat ekonomi lesu tapi juga membatasi ruang gerak publik. Tetapi pandemi juga tak lantas mengurangi daya beli para pecinta barang mewah. Kegigihan desainer dan rumah mode seperti Dior yang masih menghadirkan koleksi haute couture dalam situasi seperti sekarang ini membuktikan akan eksistensi segmen pasar yang eksklusif ini.