Kami tidak tahu namanya. Pada suatu malam, tiba-tiba saja ia ada di sana, di perempatan Jalan Pemuda. Jalan yang penghuninya nyaris kami kenal semua.
Ia tidak banyak beraksi, seperti kakek atau nenek pengemis lain, yang merengek berpanjang-panjang. Ia hanya berjalan dari mobil ke mobil. Berdiri diam-diam, tidak berkata apa-apa. Bahkan telapak tangan yang seharusnya terbuka, terus terkepal. Tidak ia julurkan. Tak ada mobil yang ia hampiri. Lalu lampu kuning menyala. Ia tetap berdiri di tengah jalan sampai seorang pengamen muda berlari, menarik tangannya. Menepi. Mukanya bingung. Benar-benar baru, dia.
Esok malamnya, mobil kami yang jendelanya selalu terbuka lebar itu berhenti tepat di garis depan. Dia datang mendekat. Tubuhnya mungil. Begitu ia berdiri di samping mobil kami, jendela seperti menjadi bingkai wajahnya.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814