news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Hadirkan Abidah, Universitas NU NTB Gelar Bedah Buku "Akulah Istri Teroris"

Konten Media Partner
25 Mei 2018 15:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hadirkan Abidah, Universitas NU NTB Gelar Bedah Buku "Akulah Istri Teroris"
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
MATARAM - Gerakan Indonesia Membaca (GIM) bekerjasama dengan Universitas NU NTB, menyelenggarakan bedah buku untuk novel berjudul "Akulah Istri Teroris" karangan Abidah El Khalieqy, Kamis (24/5) di aula UNU NTB.
Rektor Universitas NU NTB, Baiq Mulianah menyambut baik terselenggaranya kegiatan tersebut, mengingat maraknya aksi terorisme yang terjadi di Indonesia selama ini.
Ia berharap dengan terselenggaranya kegiatan tersebut dapat menjadi salah satu upaya dalam menangkal faham radikalisme yang dapat menghancurkan negara ini.
"Isi dari novel ini selaras dengan apa yang diperjuangkan oleh Nahdlatul Ulama (NU) selama ini, sesuai dengan prinsip Mabadi khairu Ummah yakni Prinsip, assidqu (kejujuran, transparansi, akuntabilitas), tasmmuh (toleransi), tawazzun (keseimbangan) dan 'adalah (keadilan)," katanya.
Hadir sebagai narasumber dalam bedah buku, antara lain Rais Suriah PWNU/WR III UIN Mataram TGH Masnun, Wakapolda NTB, Kombes Pol Tajuddin, dan penulis novel Akulah Istri Teroris, Abidah El Khalieqy.
ADVERTISEMENT
Kegiatan yang dihadiri ratusan peserta dari kalangan mahasiswa dan masyarakat umum ini berlangsung menarik, lantaran gaya pembicara utamanya, Abidah El Khalieqy sangat luwes saat menguraikan isi buku karangannya.
Diawal pemaparan penulis, Abidah El Khalieqy menceritakan proses produksi novel ini, termasuk saat pertama kali ia ditunjuk oleh Kapolri untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai konsep jihad kepada kelompok masyarakat yang terindikasi memiliki pemahaman radikal.
"Saya pertama kali melakukan wawancara dengan para istri terduga teroris di kampung Janda yang berjarak sekitarnya 6 Km dari Kota Poso, Sulteng," katanya.
Abidah El Khalieqy menjelaskan, dirinya ditunjuk untuk menulis novel, karena ialah yang dianggap tepat di lihat dari sisi pemahaman agama, pengalaman dalam dunia sastra dan juga dari perspektif gender. Dan media yang tepat adalah menggunakan novel.
ADVERTISEMENT
"Novel ini bersifat fiksi ilmiah karena bersumber dari fakta empiris yang terjadi di Indonesia," katanya.
Sementara Wakapolda NTB, Kombes Pol Tajuddin mengungkapkan secara sederhana bagaimana konsep teror yang sebenarnya. Ia mengatakan, teror merupakan tindakan yang dilakukan untuk menakut-nakuti orang lain.
"Ciri seseorang yang dapat berbuat radikal dan teror salah satunya adalah suka menyendiri atau menjauh dari pergaulan sosial. Namun yang patut disayangkan adalah, labelisasi teroris nyaris selalu dilekatkan pada agama tertentu, yang ini tentu saja tidak fair," kata Tajuddin.
Ia menambahkan, kondisi Indonesia saat ini sangatlah berbeda, hal ini terlihat pada terjadinya penurunan wawasan kebangsaan generasi muda.
"Di samping itu, terdapat sekelompok masyarakat yang tidak mau menerima perbedaan, memiliki rasa egoisme yang tinggi dan merasa kelompoknyalah yang paling benar," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Menyinggung terkait Rancangan UU Terorisme, Tajuddin menyatakan bahwa RUU terorisme ini perlu untuk segera disahkan karena terorisme harus dikawal dari hulu bukan dari hilir dan tentunya yang akan diberantas adalah para pelaku pelanggar hukum.
"Kinerja kepolisian selama ini sama seperti pemadam kebakaran bertindak setelah kebakaran terjadi, kedua hal ini tidak bisa disamakan, tindakan teror apapun bentuknya harus dicegah sedini mungkin,"jelasnya.
Rais Suriah PWNU/WR III UIN Mataram, TGH Masnun menjelaskan, dirinya telah lama mengikuti karya yang ditulis oleh Abidah El Khalieqy semenjak masih studi di Yogyakarta, bahkan mereka merupakan satu alumni di UIN SUKA Yogyakarta.
Masnun melihat dari sudut pandang keilmuannya yakni Hukum Keluarga, yang mana seorang perempuan bisa menjadi istri teroris adalah sebuah pilihan.
ADVERTISEMENT
"Bisa jadi karena kurangnya pemahaman dalam ilmu agama, faktor ekonomi dan beberapa faktor lainnya," kata Masnun.
Ditambahkan, seorang istri terduga teroris belum tentu langsung ikut menjadi teroris, walaupun dalam kaidah agama disebutkan bahwa perempuan adalah pasangan dan mitra dari laki-laki.
"Namun kaidah ini tidak boleh dimaknai secara teks saja, namun harus dilihat secara konteks dan dari sudut pandang yang lebih luas," paparnya.