Debat Calon Rektor UI 2019: Ajang Adu Argumen Perihal Biaya Pendidikan

Redaksi Suara Mahasiswa UI
Pers Suara Mahasiswa UI Independen, Lugas, dan Berkualitas!
Konten dari Pengguna
21 September 2019 22:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Redaksi Suara Mahasiswa UI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pemilihan Rektor Universitas Indonesia (UI) untuk periode 2019-2024 masih terus berjalan. Berawal dari adanya 21 calon kemudian menjadi 20 dan sekarang tersaring menjadi 7 calon. Diantara 7 calon tersebut diantaranya adalah Abd Harris, Agustin Kusumayati, Ari Kuncoro, Arissetyanto Nugroho, Bambang Wibawarta, Budi Wiweko, dan Hikmahanto Juwana.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, untuk mengawal jalannya proses pemilihan Rektor UI, aliansi mahasiswa yang terdiri dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI, BEM semua Fakultas di UI, dan Majelis Wali Amanat Unsur Mahasiwa (MWA UI UM) mengadakan debat publik untuk tujuh Calon Rektor (Carek) tersebut. Namun dalam sesi debatnya hanya diikuti oleh 6 Carek yang ikut, dikarenakan Hikmahanto Juwana harus pulang terlebih dahulu.
Debat yang dilaksakanan di Auditorium Pusgiwa Baru pada hari Selasa (17/9) terbuka untuk umum. Dalam debat kali ini diawali dengan pengenalan dan pemaparan visi misi setiap Calon Rektor. Kemudian acara dilanjutkan dengan debat yang memiliki beberapa tema. Salah satu tema yang menarik, yaitu mengenai biaya pendidikan di UI. Lebih khususnya lagi pertanyaan mengenai apakah nanti ketika jadi Rektor, mereka akan menaikkan Biaya Pendidikan mengingat dana UI dari non BP belum bisa diandalkan.
ADVERTISEMENT
Mengenai hal tersebut, Abd Harris selaku salah satu Carek menjelaskan bahwa ketika ia nanti berhasil menjabat sebagai Rektor akan berusaha mempertahankan agar biaya pendidikan tidak naik. Ia juga mengatakan akan menyatukan fakultas-fakultas di UI untuk bersama-sama membangun startup dan juga memungkikan untuk menciptakan unicorn-unicorn. Diakhir pemaparannya ia menegaskan bahwa akan mempertahankan biaya pendidikan.
Berbeda dengan Haris, Agustin Kusumayati yang juga merupakan Carek mengatakan bahwa ia akan menduskusikan dahulu mengenai kebijakan apakah nanti biaya pendidikan harus naik atau tidak. Lalu, ia mengatakan bahwa ada dua prinsip yang harus dipegang, diantaranya kepentingan mahasiswa harus diutamakan dan janji UI untuk memperluas akses kepada masyarakat Indonesia sehingga mereka bisa menikmati pendidikan dan segala macam produk yg dihasilkan oleh UI. Ada pun cara yang harus ditempuh untuk memperluas akses, yaitu dengan dengan menjamin bahwa financial accesibility untuk masuk di UI dalam taraf yang visible atau dalam taraf mampu diemban oleh masyrakat banyak.
ADVERTISEMENT
“Kepentingan mahasiswa tidak akan terabaikan dan janji untuk memperluas akses akan tetap dijaga,” tegasnya diakhir pemaparan.
Senada dengan Agustin, Ari Kuncoro selaku Carek juga mengatakan bahwa kebijakan tentang adanya kenaikan biaya pendidikan belum bisa dibawa sekarang karena belum ada perhitungannya. Namun, ia menegaskan bahwa jika biaya pendidikan tidak harus naik kenapa mesti naik. Ia juga mengatakan bahwa apabila nanti masih bisa ditutupi dengan dana dari sumber yang lain bukan dari biaya pendidikan maka biaya pendidikan tidak mesti naik.
Selanjutanya, Arissetyanto Nugroho sedikit berbeda dengan ketiga Carek tadi, ia menawarkan 3 hal yang menurutnya harus diperhatikan. Diantaranya, yaitu kebijakan biaya pendidikan yang disesuaikan dengan gaji orang tua, mengoptimalkan tri dharma dalam hal penelitian dan mematenkan setiap penemuan-penemuan, dan memanfaatkan Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan untuk pemberdayaan manusia di UI.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, Bambang Wibawarta yang juga Carek menjawab pertanyaan tersebut dengan mengatakan bahwa ada dua hal yang harus dibangun dulu sebelum merancang pergerakan atau perubahan, yaitu transparancy dan trust. Ia juga menjelaskan bahwa banyak sekali potensi yang bisa dioptimalkan dengan mengadakan kerjasama bersama pemerintahan dan pemerintah daerah, serta perusahaan dalam negeri dan luar negeri. Namun, ia menjelaskan bahwa bukan semata-mata perihal biaya pendidikan naik atau tidaknya tapi wajar atau tidaknya biaya pendidikan naik di situasi UI kedepannya. Diakhir penjelasannya, ia menegaskan bahwa yang terpenting mahasiswa UI tetap bisa belajar dengan benar dan tidak ada mahasiswa UI yang putus studi karena masalah biaya pendidikan.
Budi Wiweko selaku Carek yang memiliki giliran terakhir untuk menjawab, menerangakan bahwa Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) untuk Universitas yang berkategori PTNBH akan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Sedangkan, dalam Kemenristekdikti no 36 tahun 2017 menyebutkan dengan jelas bahwa Biaya Kulah Tunggal (BKT): Biaya Tungal ditambah BOPTN. Maka dari itu , ia menawarkan 3 invovasi. Diantaranya, yaitu pengoptimalan Ilmu Pengetahuan dengan melakukan riset dan paten untuk temuan-temuan hasil penelitian, mengelola aset UI dengan optimal, dan mengelolan layanan umum UI dengan lebih baik, seperti RS UI dll.
ADVERTISEMENT
Kemudian acara dilanjutkan dengan membahas isu-isu yang lain seperti kekerasan seksual, secure parking, dan lain-lainnya.
Teks: M. Aliffadli
Editor: Halimah Ratna Rusyidah
Foto: Anggara Alvin
Pers Suara Mahasiswa UI 2019
Independen, lugas, dan berkualitas!