Konten dari Pengguna

Ketenangan Hidup Adalah Pilihan Setiap Orang

Regina Amalia
Mahasiswi Sastra Indonesia Universitas Pamulang
25 Juni 2023 9:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Regina Amalia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Ketenangan yang Diimpikan Setiap Orang. Sumber: pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ketenangan yang Diimpikan Setiap Orang. Sumber: pexels.com
ADVERTISEMENT
Setiap orang yang menjalani kehidupan tentunya mengidamkan kehidupan yang tenang dan tentram. Tetapi di balik keinginan tersebut justru banyak orang yang terjebak dalam permainan rasa. Jika rasa positif itu tidak apa, tapi yang terjebak ini biasanya cenderung terjebak dalam emosi yang negatif.
ADVERTISEMENT
Emosi merupakan respon alami manusia yang sangat wajar saat berada dalam keadaan yang tidak diinginkan. Meskipun begitu, emosi perlu dikendalikan agar tidak berdampak buruk baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Ketidakmampuan seseorang dalam mengontrol emosi akan memperumit masalah bahkan bisa merugikan diri dan sekitarnya.
Kehadiran emosi biasanya dipicu oleh ego, yaitu kondisi psikis yang berhubungan dengan diri sendiri. Ego erat kaitannya dengan perasaan. Ego mempengaruhi pengendalian terhadap kepribadian seseorang. Bila ego tidak dituruti, perasaan sedih, kecewa, marah, bahkan frustrasi akan muncul. Perasaan tidak enak ini akan membuat seseorang merasa kacau hingga mencapai emosi yang tak terkendali. Hal tersebut tentu mengganggu dan menyulitkan aktivitas sehari-hari.
Mengontrol ego memang bukan seperti membalikan tangan, namun ego sangat mempengaruhi seseorang dalam menghadapi berbagai situasi dalam hidupnya. Seseorang yang memiliki ego tinggi cenderung sulit mengontrol emosi jika realita tidak sesuai dengan kemauannya, tetapi orang yang tidak menempatkan ego di atas segalanya cenderung mudah mengendalikan emosi dan lebih bisa menikmati hidupnya. Ego memang sulit untuk dikendalikan, tetapi bukanlah hal yang mustahil untuk dikendalikan.
ADVERTISEMENT
Jika melihat seputar emosi dan ego, maka sangat terkait dengan sebuah keinginan dan kemauan. Hal ini membuat keinginan dan kemauan yang seharusnya menjadi sarana motivasi justru menjadi alat mencapai penderitaan. Karena memang keinginan dan kemauan jika tidak dikendalikan hanya akan melahirkan emosi-emosi negatif.
Dalam filsafat Stoisisme, mengenai emosi dan keinginan harus bisa dikendalikan dan dibendung. Seseorang harus mampu menakar kemampuan demi menjaga kestabilan emosi. Setidaknya, emosi bisa dikendalikan dengan dikotomi kendali, dalam konsep Stoisisme.
Dikotomi kendali ini menyadarkan kita bahwa di kehidupan ini ada suatu hal yang bisa dikendalikan dan tidak dikendalikan. Pemahaman tentang dikotomi ini akan membawa kepada mengusahakan sebuah keinginan atas dasar kemampuan diri. Jika tidak tercapai, maka otomatis lebih bisa menerima. Karena banyak faktor diluar usaha kita yang bisa menghambat pencapaian.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, yang mengetahui dikotomi kendali ini tentunya akan menerima setiap hasil dengan lapang dada. Entah keinginan itu akan tercapai dengan usahanya dan faktor lain, atau keinginan itu tidak tercapai dengan usahanya dan faktor lain. Akan terjadi sebuah pembiasaan bahwa, kita bisa memilih untuk mengembangkan diri dibanding memilih untuk mengisi diri dengan emosi negatif.
Ilustrasi Pembiasaan Diri Terhadap Hasil Apapun yang Diusahakan. Sumber: pexels.com
Misalnya, jika seseorang yang hendak ujian akhir tentunya belajar dengan giat. Bahkan bisa saja dari pagi buta sampai malam larut, buku dan pena tidak pernah lepas dari tangan dan matanya. Tetapi seandainya ketika waktu ujian tiba dan telah selesai, kertas ujiannya tercecer oleh guru atau dosen entah kemana. Hilangnya kertas ujian yang dikumpulkan ini membuat tidak mendapat nilai. Jika kita tidak bisa mengontrol diri, tentu saja akan emosi dan sampai bisa memaki guru atau dosen, yang sebenarnya juga tidak ada kesengajaan. Keputusan semacam ini justru akan menghasilkan bumerang bagi dirinya, mungkin dalam hal etika kepada guru atau dosen yang dinilai buruk, dan akan melahirkan keburukan lainnya. Sehingga keputusan seperti ini akan meruntuhkan usaha-usaha sebelumnya. Namun, jika bisa mengontrol diri maka yang pertama adalah menanyakan dengan santun, jika memang tidak dapat ditemukan maka siap ujian lagi, dan tidak menghabiskan tenaga dengan cara menebar emosi sana sini.
Ilustrasi Hidup itu Selalu Tentang Membuat Pilihan. Sumber: pexels.com
Bisa dilihat dari contoh ini ada dua keputusan yang diambil dalam setiap perjalanan di kehidupan manusia. Kita menanggapi dengan memasukan emosi negatif ke dalam diri, atau justru menahan segala emosi negatif dan melepasnya. Satu kondisi bisa ditanggapi dengan dua emosi yang berbeda, dan akan memiliki dampak yang berbeda pula.
ADVERTISEMENT