3 Macam Pertemanan, Anda Pilih yang Mana?

aldo lolong
Mencoba terus belajar menulis
Konten dari Pengguna
10 Maret 2019 22:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari aldo lolong tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Belakangan ini kepala saya dipenuhi pertanyaan terkait interaksi antar pegawai kantoran. Mungkin akan terdengar naif dan lebay: di dunia perkantoran ada nggak ya yang namanya perbuatan tulus? Bisa nggak kita punya sahabat di kantor?
ADVERTISEMENT
Kedua pertanyaan ini muncul dari pengamatan atas interaksi manusia kantoran selama beberapa tahun. Untuk sementara, tiba pada kesimpulan bahwa di tempat saya berada, interaksi antar manusia sangat kental karena nuansa kepentingan.
Hubungan ‘sesama’ manusia amat memperhitungkan kegunaan atau manfaat yang bisa diberikan sesama yang lain. Kita berbuat baik, karena satu saat ingin diperlakukan dengan hal yang sama. Tulus -berbuat tanpa mengharapkan sesuatu, sepertinya hanya ada dalam khotbah di Rumah Ibadah. Lebih lanjut, yang namanya persahabatan, alias berbuat untuk kebaikan orang lain, sepertinya hanya sebatas harapan semata.
Sumber: http://www.freepik.com">Designed by macrovector
Semakin besar manfaat atau potensi keuntungan yang bisa diberikan orang lain, semakin tinggi keinginan untuk berinteraksi atau membangun hubungan dengan orang tersebut. Pendek kata, perkawanan dengan orang lain amat ditentukan oleh seberapa besar orang itu dapat memberikan manfaat kepada saya.
ADVERTISEMENT
Tak heran kalau mereka yang disebut pimpinan, dalam tingkatan apapun, akan selalu dikerumuni oleh ‘kawan’ dengan harapan akan memperolehsesuatu (something in return). Contoh paling sederhana, saat seorang direktur berkemeja putih dan dasi mau lewat, ia akan dengan mudah disapa.
Mulai dari tukang parkir, petugas kebersihan, bawahan, sesama kolega, kenal atau tidak kenal secara pribadi, kemungkinan akan menyapa dengan hangat. Selama memungkinkan, ‘kawan-kawan’ ini akan berusaha membangun pertemanan dengan sang Direktur.
Pada kesempatan lainnya, jika yang lewat adalah karyawan biasa dengan penampilan berbeda, berkemeja batik lengan pendek misalnya. Kalau tidak dikenal secara pribadi, pasti dicuekin. Atribut yang menempel dalam dirinya turut menentukan perlakuan yang diterima. Dengan asumsi kurang dapat memberikan manfaat, karyawan biasa tersebut -sekalipun suatu saat berpotensi jadi pimpinan, saat ini pasti tidak banyak dilirik untuk dijadikan kawan.
ADVERTISEMENT
“Lu b*go banget sih, gitu aja nggak paham, namanya di kantor pastilah semua orang berusaha mencari keuntungan, termasuk dari orang lain,” kata seorang teman. Ia mengamini bahwa pertemanan di kantor dibangun atas dasar kepentingan dan manfaat. Di luar itu, sepertinya tidak ada lagi alasan lainnya.
Sumber: http://www.freepik.com">Designed by macrovector
Macam-macam Pertemanan
Mengutip tulisan seorang Romo di salah satu media nasional, saya mendapat pencerahan yang bisa digunakan untuk memahami perilaku orang kantoran tadi. Romo menyebutkan bahwa Aristoteles, filsuf Yunani (384-322 SM) mengidentifikasi tiga macam pertemanan. Ia mendeskripsikan macam pertemanan tadi ke dalam tiga kata sifat, masing-masing: Menyenangkan, berguna, dan baik demi kasih pada sahabat itu sendiri. Bahasa Indonesia memberi bentuk pada ketiga macam pertemanan itu dengan sebutan kenalan, kawan, dan sahabat.
ADVERTISEMENT
Tentu setiap pertemanan akan mengandung tiga sifat itu. Namun, jika sifat-sifat itu direduksi hanya pada salah satu pemahaman, kualitas pertemanan akan berubah drastis.
Pertama, kenalan. Dalam tingkat terendah, pertemanan dalam tingkatan ini hanya berdasarkan kenikmatan. Ia akan mudah berawal tetapi juga akan cepat berakhir. Motivasi pertemanan ini pun sangat dangkal, misalnya pada hobi yang sama.
Contoh misalnya perkumpulan motor. Jika kita memiliki motor jenis tertentu dan gemar touring yang sama, akan mudah untuk bergabung dalam sebuah klub. Tapi ketika motor tersebut kita lego, kenalan di klub akan kehilangan alasan untuk berkawan atau mengajak kita touring.
Kedua, kawan. Pertemanan jenis lain yang disebut dengan perkawanan, tetap memasukkan unsur kenikmatan, tetapi ia lebih mengutamakan unsur kegunaan dari kawan bagi dirinya. Aristoteles menulis: “Mereka adalah kekasih, tetapi bukan antara satu dengan yang lain, tetapi pada keuntungan.
ADVERTISEMENT
Model seperti ini yang paling banyak dianut orang kantoran. Selama ada keuntungan atau potensi manfaat di depan mata, maka perkawanan dijalin. Perkawanan jenis ini didasarkan pada manfaat yang diberikan orang lain. Satu hal yang paling menyakitkan dari model pertemanan seperti ini adalah, mereka yang tidak lagi dapat memberikan keuntungan, akan dengan mudah ditinggalkan oleh mereka yang dahulu dekat.
Sumber: http://www.freepik.com">Designed by macrovector
Ketiga, sahabat. Pertemanan paling ideal adalah jenis yang terakhir. Ia sangat pantas disebut persahabatan. Ia tetap memiliki kualitas menyenangkan dan berguna, tanpa tereduksi di dalamnya. Persahabatan yang sejati selalu memiliki kecenderungan altruis, demi kebaikan sang sahabat sendiri tanpa banyak memedulikan kesenangan diri dan kegunaan sang sahabat bagi diri sendiri.
Aristoteles menyebutkan bahwa Persahabatan melampaui sekat-sekat kenikmatan dan keuntungan. Ia malah bergerak menuju kebaikan bersama. Model ini dibangun atas kaidah “apa yang tidak kau inginkan bagi dirimu sendiri, jangan kaulakukan pada orang lain. Jika kau ingin tegak berdiri, tolong orang lain mencapainya, serta jika kau ingin sukses, bantu orang lain mencapainya”.
ADVERTISEMENT
Pertemanan anda termasuk yang mana?