Ketika Cewek Uzbekistan Belajar Bahasa Indonesia

aldo lolong
Mencoba terus belajar menulis
Konten dari Pengguna
23 Februari 2019 18:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari aldo lolong tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apa yang terlintas di benak kita saat mendengar kata Uzbekistan? Jujur aja sebagian besar pasti langsung menghubungkannya dengan wanita cantik nan menarik. Nggak salah sih, karena memang itu image yang berkembang di masyarakat kita. Padahal di Uzbekistan banyak juga hal-hal menarik. Diantaranya Samarkand dan Bukhara. Kota-kota itu layak diingat karena peninggalan sejarahnya.
Pojok Indonesia di acara kampus WLU Tashkent. Dokumentasi pribadi
Terlepas dari bayangan kita tentang Uzbekistan, pasti nggak banyak yang tahu bahwa ada sebagian cewek Uzbekistan yang juga tertarik belajar Bahasa Indonesia. Buktinya di salah satu kampus besar di Ibukota Tashkent, Uzbekistan State University of World Languages, bahasa kita diajarkan. Orang Kedutaan Indonesia (KBRI) di Tashkent suka menyingkat kampus itu WLU.
Backdrop Festival Bahasa di WLU Tashkent. Dokumentasi pribadi
Sejarahnya, pengajaran Bahasa Indonesia dimulai oleh KBRI Tashkent dibantu mahasiswa senior WLU alumni Beasiswa Darmasiswa. Beasiswa ini diberikan Pemerintah bagi mahasiswa asing untuk belajar bahasa dan budaya Indonesia di Tanah Air. Selain di Tashkent, Bahasa Indonesia diajarkan juga di kampus Samarkand. Sejak 2015, Pemerintah mengirimkan guru penutur asli untuk mengajar setiap tahun.
ADVERTISEMENT
Di WLU Tashkent sendiri Bahasa Indonesia diajarkan bersama bahasa-bahasa lnternasional lain seperti Bahasa Inggris, Jerman, Perancis, dan lainnya. Di kampus itu pula tiap tahun dilombakan keterampilan berbahasa yang sudah diajarkan. Termasuk Bahasa Indonesia. Yang bikin saya heran, peminat kelas Bahasa Indonesia sebagian besar adalah perempuan. Makanya saya tidak menyia-nyiakan kesempatan jika diundang ke kampus itu.
Peserta lomba menceritakan keluarganya. Dokumentasi pribadi
Saat masih disana, saya menjadi salah satu juri satu lomba berbahasa Indonesia di WLU. Bersama Pak Ahmad, pengajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA), kami ingin menjajal kemampuan berbahasa cewek-cewek itu. Pagi itu, udah ada sekitar 40an siswi yang ikut serta maupun hanya turut menyaksikan lomba. Pesertanya adalah perwakilan kelas yang yang dianggap paling bisa.
ADVERTISEMENT
Jangan bayangkan mereka sudah lancar ngomong ya. Karena baru mulai kenal Bahasa Indonesia saat masuk kampus, masih banyak yang level Bahasa Indonesianya segitu. Tapi yang pasti kami menghargai usaha dan semangat mereka untuk tampil. Namanya juga belajar.
Suasana Lomba Bahasa Indonesia di WLU. Dokumentasi pribadi
“Nama saya Shahnoza, Ibu saya Yulduzhon, ibu saya seorang Perawat. Adik saya Nodira, ia sekarang berusia 21 tahun”. Kalimat-kalimat sederhana itu mengalir lancar dari mulut Shahnoza, mahasiswi WLU semester IV. Bagi kami para Juri, mungkin terdengar seperti celotehan anak SD, tapi lumayan lah untuk ukuran orang Uzbek.
Gelak tawa pecah saat masuk sesi dialog. Jadi setiap kelas mengutus 2 orang untuk ngobrol dalam Bahasa Indonesia. Tak jarang mereka memakai tata Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Seperti: “teman, kenapa kamu terlihat murung dan sedih? apa yang sedang kamu pikirkan?” kata Nigora kepada Jamila. Ia menyahut: “saya sedang memikirkan kekasih saya”. Tidak ada yang salah, Cuma dalam keseharian kita di Indonesia, kalimat seperti ini mungkin hanya kita temui di buku teks.
Peserta omba Bahasa Indonesia di depan Juri. Dokumentasi pribadi
Cewek-cewek WLU ini juga hafal lagu-lagu Indonesia. Dari 'karena kucinta kau'-nya Bunga Citra Lestari (BCL) sampai yang agak-agak oldies, 'setangkai anggrek 'bulan milik Titiek Sandhora. Lucu sekaligus terharu waktu mendengarnya.
ADVERTISEMENT
Jadi kesimpulannya, kalau ketemu cewek Uzbek dimanapun itu, coba ajak ngomong Bahasa Indonesia. Barangkali dia membalas. Bagi para jomblo, lumayan lah buat modal ngemeng, siapa tau lancar pedekate-nya.