Kecelakaan Pelayaran yang Mengubah Regulasi Dunia

Renan Hafsar
Investigator Keselamatan Transportasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Republik Indonesia
Konten dari Pengguna
18 Oktober 2020 21:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Renan Hafsar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto kecelakaan Titanic, Torrey Canyon, Exxon Valdez, Estonia, dan Herald of Free Enterprise (dari berbagai sumber).
zoom-in-whitePerbesar
Foto kecelakaan Titanic, Torrey Canyon, Exxon Valdez, Estonia, dan Herald of Free Enterprise (dari berbagai sumber).
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di dunia ini, kita bisa membagi perilaku manusia terkait kecelakaan menjadi dua macam. Pertama, orang-orang yang menjadi penonton. Manusia jenis ini paling banyak dan paling sering ditemui di sekitar kita. Hampir selalu ketika ada kecelakaan, publik berkerumun. Sebagian bukan untuk menolong, tapi sekedar memuaskan rasa penasaran dan ingin menjadi orang yang pertama berbagi (share) info kecelakaan. Tipe seperti ini yang sebenarnya ibarat menimpakan tangga pada orang yang celaka. Keberadaan mereka membuat kemacetan di jalan dan menyulitkan akses kendaraan dan orang-orang yang memang berniat untuk menolong.
ADVERTISEMENT
Kedua, adalah orang-orang yang menjadi pembelajar dari suatu kecelakaan. Mereka tidak suka mengeksploitasi kecelakaan menjadi hal tidak penting. Ketika suatu kecelakaan telah usai, timbul satu pertanyaan tentang bagaimana agar kecelakaan serupa tidak terulang kembali. Cara berpikir seperti inilah yang dijadikan kerangka kerja (framework) PBB serta badan-badan khusus di bawahnya. Terdapat sejumlah kecelakaan besar di dunia ini yang melandasi perubahan ke arah perbaikan.
Ilustrasi Titanic Foto: flickr

Kecelakaan Titanic

Kecelakaan kapal pesiar Titanic memang fenomenal. Bukan saja film ini sanggup meraup untung miliaran dolar AS, tapi juga dengan korban yang cukup fantastis. Sekitar 1.500 orang meregang nyawa di lautan dingin Atlantik Utara di tahun 1912. Kapal yang disebut tidak akan bisa tenggelam itu menyisakan pertanyaan besar tentang standar keselamatan kapal. Bagaimana bisa ribuan penumpang kapal mewah tewas begitu saja. Salah satu hal yang mencolok adalah tentang kapasitas sekoci penyelamat yang mana tidak muat untuk menampung semua jumlah pelayar (semua manusia, termasuk awak kapal) di atas kapal pada waktu itu.
ADVERTISEMENT
Buntut dari tragedi itu, disepakati adanya konvensi internasional keselamatan jiwa di laut (Safety of Life at Sea/SOLAS) dua tahun setelah kecelakaan oleh International Maritime Organization (IMO). Konvensi ini dapat dikatakan kitabnya orang-orang yang berkecimpung di dunia perkapalan. Aspek yang diatur meliputi konstruksi dan permesinan kapal, organisasi pemilik kapal, alat komunikasi, peralatan pemadam kebakaran, investigasi kecelakaan, dan pencegahan pencemaran di laut oleh kapal. Konvensi ini telah beberapa kali dilakukan revisi. Revisi terakhir yang masih dipakai hingga saat ini adalah revisi tahun 1974 dengan kandungan 14 bab, sehingga sering disebut SOLAS 1974.
Konvensi SOLAS memiliki aturan turunan yang disebut Kode. Kode sebagai anak dari SOLAS ini mengatur secara spesifik hal-hal tertentu yang perlu dibahas secara spesifik. Tanpa adanya Kode, SOLAS akan menjadi salah satu dari dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, SOLAS menjadi sangat tebal, bahkan lebih tebal dari kitab hukum pidana. Kemungkinan kedua, SOLAS menjadi terlihat membingungkan karena ada bagian-bagian tertentu yang terlalu banyak dibahas, sedangkan yang lain tidak terlalu banyak dibahas.
ADVERTISEMENT

Kecelakaan Torrey Canyon

Torrey Canyon adalah kapal kategori super tanker dengan kapasitas angkut 120.000 ton minyak mentah atau lebih dari 14 miliar barel. Pada waktu itu, ukuran kapal tanker Torrey Canyon yang hampir 300 m adalah kapal tanker terbesar. Di tahun 1967, Torrey Canyon mengalami kesalahan navigasi, sehingga kandas di batu Pollard, gugusan karang Tujuh Batu antara Cornish (barat daya Inggris) dan Kepulauan Scilly. Menyusul kecelakaan tersebut, lebih dari 100.000 ton minyak mentah bocor dan mencemari area di sekitarnya cukup luas. Di tahun 1973 IMO mengesahkan konvensi internasional tentang pencegahan pencemaran di laut oleh kapal (Prevention of Marine Pollution from Ships/MARPOL).

Kecelakaan Exxon Valdez

Di tahun 1989, kapal super tanker Exxon Valdez kandas di gugusan karang Bligh. Akibatnya, lambung kapal bocor dan lebih dari 11 juta galon minyak mentah mencemari kawasan Samudera Pasifik Utara dan membunuh ribuan satwa liar di lautan. Kecelakaan yang diinvestigasi National Transportation Safety Board (badan seperti KNKT di Amerika) ini menyebabkan lahirnya aturan lambung ganda (double hull) pada kapal tanker.
ADVERTISEMENT

Kecelakaan Estonia

Sementara itu, kecelakaan kapal ferry Ro-Ro Estonia juga tidak kalah mengerikan daripada Titanic. Dengan korban sekitar 1.000 orang di tahun 1994 (82 tahun setelah kecelakaan Titanic), membuat IMO menerapkan manajemen kondisi darurat (crowd management), penggunaan alat penanda lokasi kecelakaan otomatis (EPIRB), dan penggunaan kotak hitam kapal (VDR).

Kecelakaan Herald of Free Enterprise

Hanya dalam beberapa menit setelah meninggalkan Pelabuhan Zeebrugge, Jerman di tahun 1987, Herald of Free Enterprise terguling dan menyisakan korban tewas sebanyak hampir 200 orang. Kecelakaan terburuk dalam sejarah maritim Inggris di abad modern ini menginisiasi dibuatnya Kode Manajemen Keselamatan Internasional (International Safety Management/ISM Code) sebagai turunan konvensi SOLAS dan dibentuknya UK MAIB (badan seperti KNKT di Inggris). Kode ini berlaku sama di seluruh negara yang menjadi anggota IMO.
ADVERTISEMENT