Keselamatan Kapal Wisata yang Ternista

Renan Hafsar
Investigator Keselamatan Transportasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Republik Indonesia
Konten dari Pengguna
25 Oktober 2020 15:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Renan Hafsar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di tahun 2019, Presiden Jokowi telah menetapkan 10 destinasi wisata unggulan. Harapannya, kehadiran 10 destinasi baru ini menjadi semenarik Bali, sehingga pemasukan negara semakin meningkat. Menariknya 80% destinasi wisata adalah kawasan perairan. Sebut saja Labuan Bajo, Wakatobi, dan Lombok Mandalika. Meski demikian, dari sejumlah program beserta turunannya, masih sulit untuk menemukan cetak biru keselamatan kapal wisata.
ADVERTISEMENT
Melihat kondisi kapal wisata di Indonesia, kita perlu melihat dari cara pembuatannya. Kapal pariwisata pada umumnya dibangun menggunakan cara tradisional dan campuran. Tradisional di sini dalam artian tidak menggunakan suatu metode yang baku dan standar. Uniknya, meski tidak ada gambar teknik sebagaimana pembangunan kapal dengan cara modern, namun hasilnya patut diacungi jempol.
ilustrasi kapal wisaata. Foto: Unsplash/ChrisKaridis
Contoh produk pembangunan kapal wisata secara tradisional bisa dilihat di kawasan Marina Ancol. Kapal-kapal berbahan fiber tersebut terlihat mulus dan modern. Mirip dengan kapal-kapal wisata yang sering kita saksikan di daerah Miami, Amerika Serikat. Meski demikian, karena dikerjakan secara tradisional, tetap saja masuk kategori kapal tradisional.

Standar Kapal Wisata Tradisional

Mungkin ada yang bertanya apakah Indonesia belum memiliki standar pembangunan kapal wisata tradisional. Sayangnya, jawabannya adalah sedang dalam proses (yang entah sampai kapan). Kita patut bangga sudah memiliki industri minyak dan gas, semen, kimia, otomotif, dan sebagainya yang dilengkapi dengan standar lengkap. Akan tetapi standar untuk kapal wisata tradisional belum ada. Hal yang sama juga terjadi, kapal penumpang tradisional sama-sama belum ada standarnya.
ADVERTISEMENT
Absennya standar untuk pembangunan kapal wisata tradisional membuat kapal dibuat semaunya pemilik kapal. Penempatan tempat duduk, mesin, tangki bahan bakar, pintu darurat, semuanya terserah pemilik. Pembuat kapal pada dasarnya hanya sebagai pemberi saran. Keputusan ada pada pemilik kapal.
Standar pembangunan kapal wisata tradisional seyogyanya membuat pemilik dan pembuat menjadi mudah untuk membuat kapal yang berkeselamatan. Dengan demikian, aspek teknis dalam pembangunan perlu memperhatikan peralatan keselamatan. Misalnya, jaket penolong rakit penolong, donat (lifebuoy), dan pintu darurat. Tanpa adanya suatu standar, mereka akan dibuat dan dipasang tanpa mengikuti kaidah keselamatan. Akibatnya, dalam kondisi darurat sangat sulit untuk digunakan.

Studi Kasus

Dampak dari model yang tidak berstandar salah satunya pada tangki bahan bakar. Kasus meledaknya tangki bahan bakar Gili Cat II di tahun 2016 adalah salah satu dampaknya. Investigasi keselamatan yang dilakukan oleh komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menemukan bahwa tangki bahan bakar yang terletak di bawah jok penumpang menjadi masalahnya. Memang benar bahwa tidak ada yang melarang peletakan tangki di tempat itu. Tapi jika kita lihat akibatnya, yang mana seorang turis asing terlempar ke langit-langit dan tewas seketika, patut kita renungkan bersama. Apa yang sebenarnya menghalangi, sehingga standar kapal wisata tradisional tidak masuk ke dalam program prioritas nasional.
ADVERTISEMENT
Kekosongan standar juga terjadi pada mesin tempel yang sifatnya built up. Kasus meledaknya mesin tempel kapal Molise di Labuan Bajo di tahun 2018 menjadi contoh nyata masalah ini. KNKT menggarisbawahi tentang kosongnya pengawasan model dan perawatan motor tempel di kapal wisata. Motor tempel tersebut meledak dan melontarkan penutupnya hingga lima meter ke udara. Ledakannya membuat belasan turis cukup terkejut. Beruntung, mereka terselamatkan berkat adanya bukaan di haluan yang sebenarnya dibuat untuk menaruh barang, bukan untuk orang. Sekian detik saja mereka terlambat, nyawa taruhannya.
Contoh kapal wisata bermotor tempel. Foto: Seputar Kapal
Kapal klotok adalah jenis kapal wisata yang paling banyak di Indonesia. Pembuatannya paling mudah karena hanya mengandalkan kayu. Berbeda dengan kapal fiber yang membutuhkan keahlian agak khusus, tapi masih sama-sama bisa dikerjakan menggunakan tangan.
ADVERTISEMENT
Kejadian wisatawan terbalik atau tenggelam dari kapal wisata jenis klotok bukan lagi menjadi berita karena terlalu sering. Hal ini mengkonfirmasi kebutuhan adanya standar stabilitas kapal klotok. Di pertengahan 2020 ini, sebuah kapal wisata yang mengangkut 30 wisatawan domestik
Awal tahun ini, rombongan wartawan kegiatan kepresidenan juga mendapatkan pengalaman nyata dari kecelakaan kapal. Belasan wartawan terpaksa harus berbasah-basah karena kapal yang mereka tumpangi mengalami kebocoran. Tentunya ini bukan berita bagus bagi Indonesia.

Dampak Kecelakaan Kapal Wisata

Ketika turis asing tewas, dapat dipastikan bahwa hal itu berpotensi buruk pada citra Indonesia. Paling parah Indonesia akan dimasukkan ke dalam travel warning. Bukan hanya penerimaan pajak negara yang dirugikan, tapi juga masyarakat yang bergantung pada industri pariwisata yang akan menerima dampaknya tanpa pandang bulu.
ADVERTISEMENT
Kalaupun suatu kecelakaan terjadi pada kapal domestik, hal itu juga tidak luput dari tatapan asing. Kecelakaan kapal wisata di Danau Toba, misalnya. Kasus tersebut mendapatkan reaksi keras dari Badan Khusus PBB yang menangani perkapalan, International Maritime Organization (IMO), sehingga menjadi bahan kajian tentang buruknya transportasi perairan di Indonesia. Betapa malunya kita, terkenal bukan karena prestasi, tapi karena tidak ada mitigasi.
Kerja sama antarkementerian atau antarlembaga mutlak diperlukan untuk menyelesaikan karut-marut standar kapal wisata tradisional. Masalah ini tidak bisa dibebankan oleh Kementerian Perhubungan sendirian. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif harus menggandeng pelaku usaha wisata untuk menyiapkan standar bagi awak kapal yang biasanya wisata dengan kapal ditawarkan menjadi suatu paket wisata bagi wisatawan.
ADVERTISEMENT
BPPT dan Kemenristek Dikti juga bisa dilibatkan. Mereka bisa menolong untuk membuat suatu jalan keluar terkait standar teknis aspek tertentu. Misalnya, membuat suatu kajian terkait standar konstruksi, material, permesinan, bahan bakar, tata letak, dan alat keselamatan yang memenuhi aspek kelaiklautan kapal.