Pemeriksaan Muatan Truk Bukan Pakai X-Ray

Renan Hafsar
Investigator Keselamatan Transportasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Republik Indonesia
Konten dari Pengguna
27 Oktober 2020 14:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Renan Hafsar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kecelakaan kapal ferry Ro-Ro terbakar sudah sering terjadi. Berdasarkan catatan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), mayoritas kecelakaan justru api berasal dari muatan truk yang diangkut di atas kapal.
ADVERTISEMENT
Beberapa kecelakaan yang terjadi bisa kita tarik pelajarannya. Pada tahun 2009, sebuah kapal bernama Mandiri Nusantara terbakar. Kecelakaan yang menewaskan lima orang ini berasal dari salah satu truk di geladak kendaraan sisi kanan.
Terbakarnya Kirana IX pada tahun 2011 cukup menarik. Truk pengangkut sembako diyakini sebagai asal api. Selama ini jika mendengar kata sembako, yang terlintas di benak adalah bahan makanan pokok, bukannya bahan bakar atau bahan mudah terbakar. Delapan orang tewas pada kecelakaan ini.
Terbakarnya kapal Mutiara Sentosa I pada tahun 2017, misalnya. Api berasal dari truk yang berasal dari truk yang berada di geladak paling bawah. Kecelakaan mengenaskan ini menyisakan lima korban tewas.
Kapal Ro-Ro Portlink III yang beroperasi di lintasan Merak-Bakauheni juga turut terbakar pada tahun 2018. Asal api berasal dari salah satu truk fuso yang parkir di dalam geladak kendaraan. Beruntung, tidak ada korban jiwa pada kecelakaan ini.
ADVERTISEMENT
Pada penghujung tahun 2018, kapal Gerbang Samudra I terbakar di Laut Jawa. Lagi-lagi, asal api berasal dari salah satu truk di geladak kendaraan. Tiga orang hilang dalam kecelakaan ini, termasuk Nakhoda yang kemudian ditemukan meninggal dengan luka bakar sangat parah di sekujur tubuhnya.
Contoh situasi kebakaran pada salah satu kapal Ro-Ro. Foto: SindoNews
Tahun lalu, kapal Santika Nusantara terbakar di Laut Jawa. Tiga orang tewas, termasuk seorang penggembala ternak yang terjebak di geladak kendaraan. Sama seperti kecelakaan lainnya, api berasal dari salah satu truk di geladak kendaraan.
Jika diperhatikan, seolah-olah kecelakaan kapal terbakar yang mana sumber api berasal dari truk seolah menjadi berita biasa. Dalam guyonan, istilahnya "arisan maut". Karena tidak ada langkah konkret menghentikan kecelakaan seperti ini, kenyataan suatu kapal terbakar seperti sesuatu yang tidak dapat dihindari.
ADVERTISEMENT
Hal ini merupakan fakta yang cukup miris yang mana tidak sedikit korban yang tewas dalam setiap kecelakaan. Minimal menyisakan luka pada penyintas yang masih dapat diselamatkan. Belum lagi dengan kerugian materil pada para pemilik truk, pemilik muatan, pemilik kapal, awak kapal, dan juga penumpang yang ikut menjadi korban kecelakaan. Tentunya, harus ada upaya serius untuk menghentikan hal ini.

Penggunaan X-Ray untuk Memeriksa Muatan Truk

Seringnya api kebakaran muncul dari truk, memunculkan ide untuk memeriksa muatan truk. Ide yang paling sering dilontarkan adalah pemeriksaan menggunakan X-Ray. Ide ini tidak lepas dari kesuksesan penggunaannya dalam memeriksa penumpang pesawat. Kemampuannya untuk melihat semua jenis benda di dalam koper atau tas diharapkan bisa diaplikasikan juga untuk memeriksa muatan truk. Apa benar demikian?
ADVERTISEMENT
Sinar X-Ray yang pertama kali ditemukan oleh Wilhelm Röntgen di penghujung abad ke-19 biasa disebut juga dengan Rontgen. Orang Indonesia biasa menyebutnya dengan ucapan ronsẹn. X-Ray pada awalnya digunakan untuk kepentingan medis karena bisa “melihat” tulang yang ada di dalam tubuh. Prosedur ini merupakan bagian dari pemeriksaan penunjang untuk keperluan penegakan diagnosa yang lebih akurat.
X-Ray bekerja dengan menembakkan radiasi elektromagnetik ke arah tubuh pasien untuk mengambil gambar atau foto bagian dalam tubuh. Cedera, infeksi, patah tulang, radang sendi, pembusukan gigi, osteoporosis, atau kanker tulang dapat diketahui dengan cepat dan akurat, sehingga dokter dapat memberikan tindakan yang lebih tepat pada pasien.
Meski demikian, X-Ray terkadang juga dipakai untuk mengambil gambar selain tulang. Pendeteksian masalah pada jaringan lunak seperti organ internal, contohnya. Penggunaan untuk deteksi barang bawaan di bandara juga termasuk.
ADVERTISEMENT
Ketika sebuah barang bawaan penumpang dilewatkan melalui X-Ray di bandara, alat akan mengelompokkan barang bawaan menjadi tiga kategori, yaitu organik, anorganik, dan logam. Masing-masing akan memiliki warna tampilan di layar yang berbeda-beda untuk memudahkan petugas mengenali isi di dalam suatu tas/koper.
Beberapa pabrikan X-Ray akan memberikan warna yang berbeda untuk barang-barang kategori anorganik dan logam, sedangkan barang organik akan diwarnai oranye bergradasi. Hal ini karena bahan peledak pada umumnya adalah barang organik.

Keterbatasan X-Ray

Perlu dicatat bahwa barang elektronik tidak dipindai sekaligus bersama barang bawaan lainnya. Biasanya, petugas keamanan bandara akan meminta penumpang untuk memisahkan laptop dan gawai lainnya tersendiri dalam suatu wadah. Hal ini dikarenakan banyak dan padatnya komponen logam dan plastik di dalam suatu alat elektronik.
ADVERTISEMENT
Faktor lain yang juga perlu digarisbawahi adalah keterbatasan X-Ray dalam menentukan lokasi suatu objek. Alat pemindai X-Ray akan menampilkan lokasi dalam bentuk citra 2-dimensi. Satu citra adalah foto dari samping dan citra lainnya adalah foto dari atas.
Bagi yang sering bepergian menggunakan pesawat, tentunya pernah melihat langsung, atau mengalami, ketika petugas keamanan bandara kesulitan memastikan suatu objek mencurigakan di dalam tas/koper. Meskipun citra dari pemindai menunjukkan warna suatu benda, tetapi jika petugas membuka dan membongkar barang-barang di dalam tas/koper tidak mudah menemukan objek yang dimaksud. Alat tidak dapat menginformasikan dimensi jarak objek tersebut secara sumbu X atau sumbu Y. Hal ini disoroti oleh Wells dan Bradley (2016) tentang kekurangan alat pemindai bahan peledak di bandara. Bahkan, jika teknologi perangkat lunak dan keras yang digunakan pada pemindai masih tergolong kuno, terkadang alat sulit membedakan antara benda padat dan cair.
ADVERTISEMENT
Jika teknologi pemindai X-Ray diterapkan pada truk, tentunya hal ini sama saja dengan melipatgandakan kekurangan X-Ray berkali lipat. Ukuran muatan dalam satu truk fuso bisa setara dengan ratusan kali koper terbesar yang dibawa oleh penumpang pesawat. Dalam bidang tiga dimensi, secara sederhana dikatakan bahwa muatan truk lebih tinggi, lebih lebar, dan lebih panjang. Jika memindai koper saja sulitnya menemukan objek bisa memakan waktu sampai lima menit, apalagi jika diterapkan untuk memindai muatan truk. Pastinya bisa sampai satu hari habis untuk mencari satu objek di satu truk.
Ketidakmungkinan penerapan X-Ray pada truk diperparah oleh kondisi muatan truk yang sangat berbeda dengan koper penumpang pesawat. Pada umumnya, koper penumpang pesawat hanya berisi pakaian, buku, alat kebersihan, dan sejumlah peralatan kecil yang tidak masuk kategori bahaya. Barang-barang tersebut juga jarang yang diikat atau disegel, kecuali barang yang dibawa masih dalam keadaan baru.
ADVERTISEMENT
Lain halnya dengan muatan di truk. Pada umumnya sudah disegel dalam kemasan yang luar biasa banyaknya. Untuk kemasan karung, bisa puluhan bahkan ratusan karung yang dimasukkan ke dalam truk. Terkadang juga ada muatan berupa tumpukan besi yang untuk memindahkannya saja butuh crane.
Di pasaran, memang ada sejumlah pabrikan pembuat X-Ray untuk pemeriksaan muatan di dalam kendaraan. Infinite Technologies, Inward Detection, dan Safeway System, misalnya, yang mampu memindai isi di dalam mobil sedan dan muatan dalam truk box. Akan tetapi, lagi-lagi, truk muatan yang beroperasi di Indonesia unik karena isi di dalam satu truk sangat heterogen. Satu truk bisa berisi sayur, peralatan kelontong, elektronik, mebel kayu, styrofoam, bahan makanan, dan lain-lain. Ibaratnya, seperti barang-barang yang ada di pasar dimuat ke dalam satu bak truk. Sangat beragam
Perbandingan antara muatan di truk boks dan truk di Indonesia.
Dari ilustrasi kondisi muatan di truk dan keterbatasan kemampuan X-Ray, dapat disimpulkan bahwa muatan truk tidak bisa diperiksa menggunakan alat pemindai X-Ray. Sekalipun suatu saat nanti ada X-Ray 3D yang bisa memastikan posisi objek diduga barang beracun dan berbahaya atau peledak yang disertakan ke dalam tumpukan muatan truk, hampir mustahil untuk membongkar muatan truk yang sudah masuk ke wilayah pelabuhan. Jika dipaksa untuk dilakukan, yang terjadi adalah kelumpuhan transportasi perairan.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, tulisan ini jangan diartikan bahwa penulis setuju bahwa pemeriksaan muatan truk tidak perlu dilakukan. Pemeriksaan muatan truk bagaimanapun tetap perlu, tapi tidak bisa menggunakan X-Ray.