'Hoy No Circula', Sistem Ganjil Genap ala Kota Meksiko

Rendra Kusumawardana
Diplomat muda, pecinta sejarah, dan penggemar video game
Konten dari Pengguna
22 Agustus 2019 8:56 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rendra Kusumawardana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Lalu lintas Kota Meksiko yang tidak kalah melegenda dari Jakarta. Foto: Raul Morales dari pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Lalu lintas Kota Meksiko yang tidak kalah melegenda dari Jakarta. Foto: Raul Morales dari pixabay.
ADVERTISEMENT
Apakah Anda termasuk warga Jakarta-Bogor-Depok-Tanggerang-Bekasi (Jabodetabek) yang terdampak perluasan kebijakan ganjil genap? Tanggal 9 September mendatang, Pemerintah DKI akan memperluas wilayah cakupan penerapan pembatasan kendaraan berdasarkan pelat nomor ganjil dan genap. Dari yang tadinya hanya ada di sembilan rute, kini ada 25 rute baru yang pada saat tertentu dibatasi aksesnya sesuai kebijakan ganjil genap. Tidak hanya itu, durasi penerapan kebijakan pun ditambah mulai pukul 06.00 WIB hingga 10.00 WIB, dan pukul 16.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB.
ADVERTISEMENT
Tentu saja tidak semua warga Jabodetabek menerima kebijakan ini dengan baik, meskipun menurut Gubernur DKI, Anies Baswedan, kebijakan ini diperlukan untuk menekan tingkat polusi udara di ibu kota. Keinginan Gubernur DKI untuk menerapkan pembatasan kendaraan sesuai pelat nomor dengan tujuan mengurangi polusi ini, mengingatkan saya pada kebijakan serupa yang diterapkan oleh Mexico City (Kota Meksiko).

Melawan Polusi Udara

Hoy no circula, atau 'Hari ini (mobil Anda) tidak boleh jalan', adalah program yang diluncurkan oleh pemerintah Kota Meksiko sejak tahun 1989. Seperti layaknya Jakarta, program ini juga ditujukan untuk mengurangi tingkat polusi di Kota Meksiko yang kala itu tercatat sebagai salah satu kota dengan polusi terburuk di dunia.
Tingkat polusi di Kota Meksiko pada akhir 1980-an dan awal 1990-an memang cukup gawat. Pada tahun 1991, Pemerintah Meksiko menyatakan Kota Meksiko berada dalam keadaan darurat polusi udara. Biangnya adalah tingkat urbanisasi dan industrialisasi yang pesat di dalam Kota Meksiko, yang berpadu dengan kondisi geografis kota yang berada dalam lembah raksasa berbentuk ceruk pada ketinggian 2.900 meter di atas permukaan laut.
ADVERTISEMENT
Dapat dibayangkan, seluruh emisi dari kendaraan bermotor dan pabrik-pabrik raksasa tidak dapat lagi naik ke udara karena faktor ketinggian Kota Meksiko, sehingga tidak dapat keluar dari lingkaran perbukitan yang melingkupi Ibu Kota Meksiko tersebut.
Perbukitan yang mengitari Kota Meksiko menyebabkan polusi udara terperangkap di dalam kota. Foto: Jorge Charcot dari pixabay.
Sistem pembatasan dengan menggunakan pelat nomor tersebut hanya membatasi 20 persen kendaraan roda empat atau lebih yang terdaftar, untuk berjalan dalam satu hari di hari kerja. Namun pembatasan tersebut berlaku untuk sepanjang hari. Bandingkan dengan sistem ganjil genap di DKI Jakarta yang menyasar 50 persen kendaraan roda empat atau lebih, namun hanya dalam waktu-waktu tersibuk di hari kerja. Wilayah cakupan kebijakan hoy no circula ini praktis berlaku di seluruh wilayah Kota Meksiko.
Pengaturannya terbilang cukup rumit, akan tetapi setiap kali Gubernur Kota Meksiko memberlakukan kebijakan ini, seluruh warga Kota Meksiko akan mematuhinya. Hal ini mengingat pada tahun 1991, kondisi udara sudah mencapai taraf yang sangat mengkhawatirkan. Sampai-sampai para dokter menyarankan warga Kota Meksiko untuk secara rutin membawa keluarganya ke luar kota hanya untuk sekadar menghirup udara segar.
ADVERTISEMENT

Tidak Hanya Genap dan Ganjil

Sistem pembatasan dimulai dengan mewajibkan uji emisi bagi seluruh kendaraan bermotor di Kota Meksiko dan sekitarnya, setiap enam bulan sekali. Kegiatan ini dikenal dengan istilah 'verifikasi' (verificación). Untuk kendaraan-kendaraan baru model tertentu dan kendaraan-kendaraan hibrida akan diberi stiker hologram '00' atau dobel nol (doble cero). Kendaraan jenis lain yang belum terlalu lama dan mengeluarkan emisi di bawah ambang batas, maka akan mendapat stiker '0' (nol/cero). Kendaraan kelas '00' dan '0' dibolehkan untuk tidak menghiraukan aturan pembatasan nomor pelat.
Mobil pribadi penulis ketika di Meksiko, dengan stiker doble cero di kanan atas kaca depan. Foto: dok pribadi.
Apabila kendaraan Anda berusia lebih dari delapan tahun atau tidak memenuhi syarat emisi, akan masuk golongan '1' dan harus mematuhi kebijakan hoy no circula. Kendaraan yang terlalu tua akan masuk golongan '2'. Selain wajib untuk mematuhi pembatasan, kendaraan golongan ini dapat dikenakan peraturan tambahan khusus apabila diperlukan. Ribet? Sabar, ini belum masuk peraturan pembatasan pelat nomornya, lho.
ADVERTISEMENT
Apabila kendaraan dinyatakan harus mematuhi peraturan hoy no circula, kendaraan Anda akan diberi stiker berwarna. Warna kuning untuk kendaraan yang pelat nomornya berakhiran angka 5 dan 6, warna merah muda untuk 7 dan 8, merah untuk 3 dan 4, hijau untuk 1 dan 2, dan biru untuk 9 dan 0. Berturut-turut kendaraan Anda tidak boleh digunakan pada hari Senin (warna kuning), Selasa (merah muda), Rabu (merah), Kamis (hijau), dan Jumat (biru). Pusing? Jangan dulu, karena ada lagi peraturan pembatasan khusus di hari Sabtu.
Untuk kendaraan dalam golongan '1', kendaraan berpelat nomor ganjil tidak boleh digunakan pada hari Sabtu di minggu pertama dan ketiga, dari pukul 5 pagi hingga pukul 10 malam waktu setempat. Pada hari Sabtu di minggu kedua dan keempat, kendaraan bernomor genap yang tidak boleh digunakan pada masa waktu tersebut (angka 0 dianggap genap).
ADVERTISEMENT
Lain ceritanya apabila kendaraan masuk ke golongan '2', maka kendaraan Anda tidak boleh digunakan sama sekali di hari Sabtu, dari pukul 5 pagi hingga 10 malam waktu setempat. Tidak ada pembatasan penggunaan kendaraan pribadi di hari Minggu. Kurang jelas? Silakan lihat tabel di bawah ini.
Tentu saja peraturan ini tidak berlaku untuk kendaraan-kendaraan yang digunakan untuk layanan publik seperti angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, polisi, bus sekolah, militer, dan sebagainya. Namun demikian, pada saat-saat tingkat polusi sudah kelewat tinggi, kendaraan-kendaraan pemerintah pun dapat dibatasi penggunaannya. Kendaraan yang digunakan oleh warga berkebutuhan khusus juga dikecualikan dari aturan ini dan diberikan stiker khusus untuk menandainya.
Bagaimana dengan kendaraan diplomatik? Sayangnya tidak ada pengecualian bagi kami para diplomat asing di Kota Meksiko. Pinjam-meminjam kendaraan pribadi dan penggunaan layanan taksi daring menjadi lumrah dalam menjalankan tugas sehari-hari.
ADVERTISEMENT

Hasilnya Dianggap Kurang Memuaskan

Pemerintah Meksiko menerapkan peraturan ini sebagai reaksi atas krisis polusi udara yang diderita Kota Meksiko sejak akhir era 1980-an. Hingga saat ini, kebijakan hoy no circula masih diterapkan apabila kondisi udara dianggap sudah memasuki taraf berbahaya. Karenanya, apabila Anda tinggal di Kota Meksiko, selalu pantaulah berita mengenai kondisi udara dari berbagai media. Jangan sampai Anda tiba-tiba harus membayar denda tilang yang cukup besar, karena tidak menyadari bahwa kendaraan Anda sebenarnya tidak boleh digunakan pada hari itu.
Meskipun terhitung rumit, hampir seluruh warga Kota Meksiko dan sekitarnya mematuhi pengaturan hoy no circula. Aparat hukum pun dengan gencar dan konsisten berupaya menegakkan peraturan pembatasan ini. Alhasil, program ini pada awalnya cukup sukses untuk menekan angka polusi udara di Kota Meksiko. Terlebih lagi, pemerintah setempat juga gencar melaksanakan program penghijauan di jalur-jalur utama kota, yang besarnya 2,5 kali DKI Jakarta ini.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, belakangan para ahli mempertanyakan efektivitas program pembatasan kendaraan tertua di dunia ini. Menurut penelitian yang dilakukan pada tahun 2017, angka polusi justru meningkat setelah adanya kebijakan pembatasan ini. Hal ini terjadi karena warga Meksiko akhirnya memilih menggunakan taksi atau membeli satu atau lebih mobil baru, agar kegiatan mereka tidak terganggu. Memang harga mobil di Meksiko relatif lebih murah daripada di Indonesia.
Para ahli menuding bahwa kurangnya perhatian pemerintah atas kualitas transportasi umum menyebabkan warga Meksiko enggan untuk beralih dari kendaraan pribadi. Padahal dibandingkan Jakarta, transportasi umum di Meksiko lebih lengkap dan banyak variasinya. Berdasarkan pengamatan penulis, tampaknya faktor keamananlah yang menyebabkan opsi angkutan umum di Kota Meksiko menjadi kurang menarik. Kisah-kisah mengenai kejahatan menggunakan senjata api di atas bus masih sering terdengar selama penulis bertugas di Kota Meksiko.
ADVERTISEMENT
Bagaimana menurut Anda, apakah warga DKI Jakarta dapat mematuhi aturan seperti warga Kota Meksiko, apabila peraturan ganjil genap perlu dikembangkan hingga seperti kebijakan hoy no circula? Ataukah lebih baik Pemerintah DKI Jakarta mencari jalan lain untuk mengurangi polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor? Silakan sampaikan di kolom komentar.