news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

9 Fakta Menarik di Balik Penggarapan Film 'Bumi Manusia'

26 Mei 2018 10:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Iqbaal Ramadhan dengan Buku 'Bumi Manusia'. (Foto: Instagram @filmbumimanusia)
zoom-in-whitePerbesar
Iqbaal Ramadhan dengan Buku 'Bumi Manusia'. (Foto: Instagram @filmbumimanusia)
ADVERTISEMENT
Novel ‘Bumi Manusia’ karya Pramoedya Ananta Toer akan segera di angkat ke layar lebar. Hanung Bramantyo dan Falcon Pictures mendapat kesempatan untuk menggarap karya sastra yang diciptakan Pram saat dirinya masih mendekam di Pulau Buru.
ADVERTISEMENT
Momen ini tampaknya benar-benar sangat dinantikan publik. Sebab, buku pertama dari Tetralogi Buru itu memang merupakan karya sastra yang luar biasa. Kini publik hanya tinggal menantikan hasil syuting yang akan dimulai pada Juli mendatang.
Novel ‘Bumi Manusia’ menceritakan tentang kisah cinta antara Minke dan Annelies. Minke yang berdarah pribumi, harus mencintai Annelies yang memiliki darah Eropa. Padahal di novel tersebut, digambarkan pula kesenjangan antara masyarakat pribumi dan Indo (keturunan).
Selain itu, diceritakan pula sosok Nyai Ontosoroh ibu Annelies yang memiliki kepribadian yang cukup unik. Pribumi yang dinikahi secara tidak sah oleh Belanda ini, memiliki intelektualitas yang luar biasa meski dirinya tak memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Mengangkat karya Pram yang dinilai sakral oleh beberapa penikmat sastra Tanah Air, film 'Bumi Manusia' menghadirkan beberapa fakta menarik di baliknya. Berikut kumparan merangkum beberapa fakta di balik film tersebut.
1. Sempat ditawar Oliver Stone, sebelum jatuh ke tangan Hanung Bramantyo
Hanung Bramantyo dan Oliver Stone. (Foto: Instagram @hanungbramantyo; AFP/Stringer)
zoom-in-whitePerbesar
Hanung Bramantyo dan Oliver Stone. (Foto: Instagram @hanungbramantyo; AFP/Stringer)
Sebelum Hanung Bramantyo terpilih untuk menyutradarai film 'Bumi Manusia'. Rupanya sutradara sekelas Oliver Stone juga sempat ingin mengangkat novel tersebut ke dalam bentuk film.
Astuti Ananta Toer, anak ketiga Pram, membenarkan ada pihak asing yang pernah menawarkan diri untuk memfilmkan novel tersebut. Nilai yang filmmaker Hollywood itu tawarkan terbilang cukup fantastis, kabarnya hingga mencapai USD 1,5 juta.
“Tapi kemudian Pram berpikir, kenapa orang Indonesia tidak mau membuat film saya, jadi kalau ada yang mau membuat film saya, ini saya batalkan,” ungkap Astuti ketika ditemui di kawasan Gamplong, Sleman, Yogyakarta, beberapa waktu lalu.
Pramoedya Ananta Toer (Foto: AP Photo)
zoom-in-whitePerbesar
Pramoedya Ananta Toer (Foto: AP Photo)
Setelah itu, mulai banyak rumah produksi Tanah Air lainnya yang juga sempat menunjukkan ketertarikannya pada novel 'Bumi Manusia'. Akhirnya, Pram menolak tawaran dari pihak asing.
ADVERTISEMENT
“Dan akhirnya pihak Indonesia itu tidak jadi, Berapa kali itu tawaran ada tapi tidak jadi,” kata Astuti.
Beberapa produser yang ingin memfilmkan novel 'Bumi Manusia' kerap kali membicarakan perihal untung dan rugi. Hal ini sempat membuat Astuti tak nyaman. Hingga pada akhirnya rumah produksi Falcon Pictures yang mendapat kepercayaan untuk merealisasikan hal tersebut.
Menurut Frederica selaku produser film tersebut, pihaknya telah memegang lisensi sejak tahun 2014. Sebelumnya juga sempat berembus kabar bahwa Anggi Umbara yang akan menggarap 'Bumi Manusia'.
“Jadi baru hari ini sebenarnya kami secara resmi merilis Mas Hanung akan menyutradarai film 'Bumi Manusia',” katanya.
2. Hanung Bramantyo sempat menawarkan diri langsung pada Pram
Hanung Bramantyo. (Foto: Munady)
zoom-in-whitePerbesar
Hanung Bramantyo. (Foto: Munady)
Saat masih berkuliah, Hanung rupanya sempat menawarkan diri secara langsung pada Pram, untuk mengangkat buku tersebut ke dalam bentuk film. Namun, saat itu Pram menolak.
ADVERTISEMENT
“'Jadi mohon maaf, bukan saya enggak mendukung mahasiswa seperti Bung, tapi saya hidup dari sastra, dari penulisan. Karena itu makanya saya berhitung di sini', dia (Pram) bilang begitu,” ujar Hanung sambil bercerita, ketika ditemui di kawasan Gamplong, Sleman, Yogyakarta, beberapa waktu lalu.
Pada tahun 2007, Hanung juga sempat mendapat tawaran untuk membesut film dari karya pertama Pram, 'Tetralogi Buru'. Namun, ketika itu Hanung memang belum terbilang matang sebagai seorang sutradara. Salman Aristo yang menolak permintaan Hanung untuk membantunya, berhasil meredam semangat Hanung yang terbilang nekat saat itu.
“Tentunya mungkin tak akan jadi film maksimal karena saya masih belajar,” kata suami Zaskia Adya Mecca tersebut.
Konferensi Pers Film Bumi Manusia (Foto: Giovanni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi Pers Film Bumi Manusia (Foto: Giovanni/kumparan)
Hingga akhirnya, Hanung mendapat tawaran dari pihak rumah produksi Falcon Pictures untuk menyutradarai film ‘Bumi Manusia’. Lalu, kesempatan itu tak ia sia-siakan.
ADVERTISEMENT
Ia merasa sudah cukup matang setelah melewati berbagai perjalanan yang cukup panjang dalam kariernya. Termasuk saat harus berurusan dengan hukum dalam beberapa filmnya.
“Hati ini mungkin sudah berdarah, seberdarah Pak Pram. Mungkin kecil banget, tapi saya bilang ini saatnya,” kata Hanung.
3. Iqbaal Ramadhan perankan sosok Minke
Iqbaal Ramadhan (Foto: Giovanni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Iqbaal Ramadhan (Foto: Giovanni/kumparan)
Iqbaal Ramadhan terpilih untuk memerankan sosok Minke, yang merupakan pemeran utama dalam film itu. Sebelumnya, Iqbaal juga terbilang sukses memerankan sosok Dilan dalam film ‘Dilan 1990’.
Iqbaal merasa sangat senang sekaligus khawatir dipercaya untuk memerankan sosok Minke. Sebab, ia mendapatkan peran yang lebih kuat dan menantang.
“Gua deg-degan banget duduk di sini. Saya berusaha tenang, bangga banget dan senang gabung di proyek se-epic ini,” kata Iqbaal ditemui dalam konferensi pers Film Bumi Manusia di kawasan Gamplong, Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Pria berusia 18 tahun itu mengenal novel 'Bumi Manusia' sejak dua tahun lalu. Saat sekolah di Amerika Serikat, ia diminta untuk membaca dua buku sastra.
“Saya ambil jurusan bahasa Indonesia, saya harus baca dua buku sastra. Banyak pilihan. Entah bagaimana saya memilih buku 'Bumi Manusia' untuk ujian akhir,” tutur Iqbaal.
Iqbaal Ramadhan dan Mawar De Jongh. (Foto: Instagram @falconpictures_)
zoom-in-whitePerbesar
Iqbaal Ramadhan dan Mawar De Jongh. (Foto: Instagram @falconpictures_)
Dalam film ‘Bumi Manusia’, Iqbaal beradu akting dengan Mawar Eva De Jongh yang memerankan sosok Annelies. Iqbal mengaku akan membangun chemistry dengan Mawar. Hal ini mengingat mereka baru pertama kali bertemu.
“Sebenarnya ketemu Mawar baru di Bandara. Mulai besok kami ada workshop dan ketemu banyak lagi. Jadi ke depannya, gua pengin banyak ngobrol sama Mawar biar dapet chemistry-nya,” tandasnya.
ADVERTISEMENT
4. Punya semangat milenial, Iqbaal dinilai cocok perankan Minke
Iqbaal Ramadhan (Foto: Instagram @iqbaal.e)
zoom-in-whitePerbesar
Iqbaal Ramadhan (Foto: Instagram @iqbaal.e)
Mengangkat latar tahun 1908-an, kata-kata modern menjadi sangat populer ketika itu. Hanung menyambungkan istilah tersebut dengan milenial, yang memang seringkali digunakan di masa ini.
Menurutnya, karakter modern dan milenial memiliki semangat yang sama. Hal ini membuatnya yakin sosok milenial dapat menghadirkan karakter Minke dalam novel tersebut. Iqbaal Ramadhan dinilai Hanung menjadi sosok yang tepat untuk memerankan karakter Minke.
“Jadi saya tidak perlu harus kasih buku yang tebal pada Iqbaal. Dia menjadi generasi milenial saja, tinggal saya kasih baju dan itulah pemikiran Minke sebetulnya. Tinggal bahasa Inggrisnya saya ganti bahasa Belanda,” katanya.
Konferensi Pers Film Bumi Manusia (Foto: Giovanni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi Pers Film Bumi Manusia (Foto: Giovanni/kumparan)
Selain itu, jelas diceritakan dalam novel tersebut bahwa Minke masih berusia 20 tahun. Iqbaal diyakini Hanung memiliki semangat yang sama dengan Minke di zaman itu. Jika dulu Eropa menjadi kiblat bagi Minke, kini generasi Iqbaal kiat berkiblat pada kebudayaan global.
ADVERTISEMENT
“Itulah milenial, itulah Minke sebetulnya. Buat saya, ini saat yang tepat bagaimana 'Bumi Manusia', berada di zamannya,” kata sutradara berusia 42 tahun itu.
5. Iqbaal Ramadhan diminta tumbuhkan kumis
Iqbaal Ramadhan (Foto: Munady)
zoom-in-whitePerbesar
Iqbaal Ramadhan (Foto: Munady)
Memerankan sosok Minke rupanya membuat Iqbaal harus melakukan sedikit perubahan pada fisiknya. Ya, Iqbaal mengaku bahwa dirinya diminta untuk menumbuhkan kumis.
Ia mengaku akan segera mencari cara untuk menumbuhkan kumis. Apalagi, sosok Minke kala itu memiliki kumis yang cukup panjang.
“Entah pakai make up atau apa, ini kan settingan-nya 1908. Kumis pada saat itu kan lagi hit banget, jadi gitu,” ungkap Iqbaal.
6. Pemeran Minke dan Annelies diminta atur berat badan
Iqbaal Ramadhan dan Mawar De Jongh. (Foto: Instagram @falconpictures_)
zoom-in-whitePerbesar
Iqbaal Ramadhan dan Mawar De Jongh. (Foto: Instagram @falconpictures_)
Rupanya peran Minke juga menuntut Iqbal untuk menaikan berat badannya. Namun, untuk hal ini ia tampak sangat optimis dapat melakukannya dalam waktu 1,5 bulan.
ADVERTISEMENT
“Sekarang gue 60, naikin 10 kilogram bisalah, makan banyak,” ujar pria berusia 18 tahun ini, seraya tersenyum.
Berbeda dengan Iqbaal, Mawar justru diminta untuk menurunkan berat badannya. Saat ini, ia mengaku berat badannya berkisar di angka 53 kg.
“Iya beneran, aku disuruh 49 kg, kalau bisa 45 kg,” tutur wanita berdarah Medan-Belanda tersebut.
Mawar sendiri mengaku kesulitan untuk menurunkan berat badan. Padahal, berbagai metode diet sudah digunakan untuk sampai pada berat badan yang diharapkan. Namun olahraga tetap ia lakukan sebagai salah satu upayanya.
“Karena mau diet kayak apapun, ngurangin makanan, tapi enggak gerak ya, tetap aja sih ya,” pungkasnya.
7. Sha Ine Febriyanti jadi Nyai Ontosoroh, Ayu Laksmi sempat ditawarkan peran yang sama
Konferensi Pers Film Bumi Manusia (Foto: Giovanni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi Pers Film Bumi Manusia (Foto: Giovanni/kumparan)
Aktris Sha Ine Febriyanti dipercaya memerankan karakter Nyai Ontosoroh dalam film ‘Bumi Manusia’ yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Rupanya, sudah dari sejak lama Ine berkeinginan untuk memerankan sosok Nyai Ontosoroh. Keinginan itu muncul sejak pertama kali ia membaca novel karya Pramoedya Ananta Toer itu di usia 19 tahun.
ADVERTISEMENT
“Ya, yang terlibat di sini sepertinya memang berjodoh dengan ‘Bumi Manusia’. Aku baca buku ini dari umurku 19 tahunan. Harusnya anak 19 tahun jadi Annelies ‘kan. Tapi di usia itu, aku justru ingin sekali jadi Ontosoroh. Pak Pram berhasil membuat karakter itu dengan sangat agung, karakter yang menggetarkan,” kata Ine saat ditemui di kawasan Gamplong, Sleman, Yogyakarta, beberapa waktu lalu.
Pada tahun 2005, perempuan kelahiran Semarang ini pernah menjajal ikut casting untuk memerankan sosok Nyai Ontosoroh. Namun, Ine dan Nyai Ontosoroh sepertinya belum berjodoh kala itu. Sebab, ia tak mendapatkan peran yang telah diidam-idamkannya dari sejak lama.
“Beberapa kali casting enggak jadi, aku sempat berpikir enggak cocok jadi Ontosoroh,” ucap Ine.
Ayu Laksmi. (Foto: Munady Widjaja)
zoom-in-whitePerbesar
Ayu Laksmi. (Foto: Munady Widjaja)
Namun di lain sisi, Ayu Laksmi yang berperan sebagai Ibu Minke mengaku sempat mendapat tawaran untuk memerankan Nyai Ontosoroh. Hal tersebut terjadi saat film ini akan di garap oleh tim produksi sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Meski sempat berusaha mempelajari karakter Nyai Ontosoroh, menurut Ayu, ia percaya bahwa Ine Febrianti adalah orang yang cocok dan sanggup memerankan tokoh tersebut. Sebab, menurutnya, Nyai Ontosoroh adalah karakter yang luar biasa.
"Oh, saya ditawari sama sutradara sebelumnya sebagai Nyai Ontosoroh. Tapi, karena belum berjodoh sama perannya, tapi berjodoh sama filmnya. Setelah sekian tahun kembali lagi (main film)," ungkap Ayu.
8. 60 persen pemain berasal dari Belanda
Konferensi Pers Film Bumi Manusia (Foto: Giovanni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi Pers Film Bumi Manusia (Foto: Giovanni/kumparan)
Film ini juga akan menjadi film pertama Hanung yang paling banyak melibatkan para pemain dari Belanda. 60 persen pemain yang terlibat dalam film ini adalah orang Belanda asli yang benar-benar melewati proses casting langsung di negeri kincir angin tersebut.
Menurutnya, di zaman itu hanya ada tiga bahasa yakni Belanda, Melayu, dan Jawa. Sehingga film itu juga akan menggunakan bahasa Belanda.
ADVERTISEMENT
“Enggak ada bahasa Inggris, jadi enggak mungkin ada istilah-istilah, ‘Come on, man’ itu enggak ada. Jadi semua istilahnya pakai Jawa, Melayu atau Belanda,” pungkasnya.
9. Hanung akan gunakan studio besar di kawasan Gamplong
Lokasi Syuting Film Bumi Manusia (Foto: Giovanni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lokasi Syuting Film Bumi Manusia (Foto: Giovanni/kumparan)
Dalam penggarapan film tersebut, Hanung mendapat kesempatan untuk membuat sebuah set besar dalam studio, yang juga digunakan untuk penggarapan film ‘Sultan Agung’. Tak tanggung-tanggung, lahan seluas 2,5 hektare disulapnya menjadi kota Surabaya yang merupakan setting dalam novel tersebut.
“Tempat ini akan diberikan, dihidupi, dan akan dikembangkan oleh produser-produser dari PH-PH,” katanya.
Lokasi Syuting Film Bumi Manusia (Foto: Giovanni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lokasi Syuting Film Bumi Manusia (Foto: Giovanni/kumparan)
Studio yang dihibahkan oleh Mooryati Soedibyo itu mempunyai potensi untuk digunakan hingga sepuluh hektare. Bekerja sama dengan pemerintahan sekitar, terwujudlah sebuah studio yang bisa digunakan untuk berbagai macam syuting itu.
ADVERTISEMENT
“Film-film yang dibangun setnya di sini bisa mendapatkan box office karena itu satu-satunya cara tempat ini bisa berkembang,” ungkapnya.
Lokasi Syuting Film Bumi Manusia (Foto: Giovanni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lokasi Syuting Film Bumi Manusia (Foto: Giovanni/kumparan)