news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bagaimana Seorang Pemimpin Besar Mengambil Keputusan?

Sridewanto Pinuji
Penulis untuk topik mengenai kepemimpinan. Sila kontak [email protected]
Konten dari Pengguna
28 Desember 2017 4:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sridewanto Pinuji tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bagaimana Seorang Pemimpin Besar Mengambil Keputusan?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Mana jalan yang harus ditempuh? (Sumber: Pixabay)
Sebuah organisasi atau seseorang seringkali dihadapkan pada satu dilema ketika harus mengambil sebuah keputusan yang penting.
ADVERTISEMENT
Organisasi atau orang tersebut sering mengambil keputusan berdasarkan asumsi atau dugaan. Namun, persoalan yang timbul adalah manakala asumsi ini berdasarkan informasi yang keliru atau tidak lengkap. Hasilnya adalah sebuah keputusan yang tidak tepat dan dapat membahayakan keberlanjutan dan eksistensi dari organisasi atau orang tersebut.
Sayangnya, seseorang atau sebuah organisasi tidak dapat terlepas dari asumsi. Setiap tindakan yang kita lakukan dan keputusan yang kita ambil seringkali dipengaruhi oleh asumsi atau kebenaran menurut kita.
Beragam cara ditempuh oleh seseorang atau sebuah organisasi untuk mencapai tujuannya. Biasanya, orang dan organisasi tersebut akan mengumpulkan data yang diperlukan guna mendukung pengambilan keputusan. Metode yang ditempuh pun beragam, mulai dari yang formal seperti poling dan penelitian pasar (market research), hingga informal seperti menanyakan pendapat dan masukan dari teman dekat. Hasil yang diharapkan dari proses ini adalah terwujudnya keputusan yang benar.
ADVERTISEMENT
Namun, rupanya tidak semua keputusan benar. Bahkan, keputusan yang telah melalui proses pengumpulan data yang rumit pun tak jarang keliru. Keputusan yang keliru ini dapat terjadi tanpa memperhitungkan seberapa banyak data yang dilibatkan.
Manakala sebuah keputusan keliru, maka dampaknya bisa kecil atau besar. Akibat yang muncul dapat berupa gangguan sebentar pada seseorang atau organisasi. Namun, dampak tersebut dapat pula berupa hambatan yang tak mudah dilalui hingga mampu mengancam keberlangsungan atau eksistensi seseorang dan organisasi.
Selain asumsi dan pengumpulan data, persepsi atau tanggapan seseorang atau organisasi juga kerap menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Lagi-lagi, persepsi ini pun tak selalu akurat. Sehingga, hasil akhirnya pun sama, yaitu sebuah keputusan yang buruk.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, bagaimana menghasilkan keputusan yang baik?
ADVERTISEMENT
Seseorang atau organisasi kemudian akan mencoba untuk mengumpulkan lebih banyak data dan informasi untuk menghasilkan keputusan yang baik. Namun, benarkah data dan informasi yang lebih banyak akan berujung pada keputusan yang benar?
Sayangnya, kendati data dan informasi yang dikumpulkan sudah cukup banyak, namun beberapa hal muncul. Pertama, tidak terjadi hasil yang diharapkan walaupun data dan informasi yang digunakan sudah cukup lengkap. Kedua, hasil yang diharapkan hanya berlangsung dalam waktu singkat. Ketiga, terjadi hal lain di luar perkiraan.
Melihat berbagai dampak tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa lebih banyak data dan informasi tidak selalu berujung kepada satu keputusan yang tepat. Hal ini terjadi karena barangkali ada satu detail penting yang luput dari perhatian. Dalam kondisi ini, seseorang atau organisasi akan mencoba melihat kembali semua sumber data, bahkan mungkin mencari yang baru, dan seluruh proses kembali berulang.
ADVERTISEMENT
Bila diawali dari asumsi yang keliru, maka lebih banyak data tak selalu dapat menolong. Ada faktor lain yang perlu diperhatikan, terkadang di luar rasionalitas, analisis, dan informasi yang diperlukan oleh otak seseorang.
Seorang pemimpin yang besar rupanya tidak melulu bergantung pada data dan informasi. Sebab, mereka memerhatikan pula hal lain di samping data dan informasi. Bahkan, terkadang ada satu masa ketika data dan informasi tidak tersedia.
Tidak jarang, seorang pemimpin besar mengabaikan data, informasi, dan saran. Mereka mempercayai intuisi atau keberanian dan keputusan yang sudah diambil sejak awal. Manakala mereka mengambil keputusan di awal tersebut, pada saat yang sama mereka juga telah menentukan hasil.
Mereka yang menghasilkan lebih banyak produk dari sumber daya yang lebih sedikit, dan mereka yang lebih memiliki pengaruh, adalah mereka yang membangun perusahaan, menghasilkan produk, bahkan merekrut orang-orang berdasarkan niatan awal.
ADVERTISEMENT
Mereka yang berhasil adalah yang berdasarkan niatan atau keputusan awal. Pemimpin besar mengetahui berbagai hal yang luput dari perhatian kebanyakan orang. Kemudian, hal inilah yang menjadi dasar keputusan-keputusan mereka. Bahkan, mereka telah mampu mengambil keputusan di awal waktu, sebelum informasi dan data terkumpul.