news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Baiq Nuril: Saya Jijik Dengar Cerita Muslim

26 November 2018 11:17 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Baiq Nuril saat wawancara eksklusif dengan kumparan. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Baiq Nuril saat wawancara eksklusif dengan kumparan. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Psikis Baiq Nuril masih terguncang. Dia belum kuasa menceritakan pelecehan seksual secara verbal yang dilakukan Muslim, mantan kepala sekolah SMAN 7 Mataram, pada dirinya. Kasus tersebut menyeret Nuril hingga meja hijau.
ADVERTISEMENT
Pengadilan Negeri Mataram menyatakan ia tak bersalah, namun putusan kasasi Mahkamah Agung berkata lain. Nuril divonis enam bulan penjara dan denda Rp 500 juta.
Semua berawal ketika Nuril menjadi tempat curhat Muslim terkait kegiatan seksualnya dengan staf TU berinisial L. Nuril risih dengan kelakuan kepala sekolahnya itu. Ia lantas merekam telepon Muslim untuk jadi bukti betapa kelakuan kepala sekolahnya tak tertahankan.
"Awalnya karena risih aja dan saking intensnya dia telpon, sering bertatap muka, dan cerita caranya berhubungan badan itu. Itu yang bikin saya risih sekali," ujar Nuril ketika mengunjungi kumparan bersama dua kuasa hukumnya, Aziz Fauzi dan Joko Jumadi, pada Rabu (21/11).
Pernah Nuril tak mengangkat telepon mesum Muslim. Keesokan harinya, Nuril dimarahi Muslim habis di sekolah. Nuril juga mengaku pernah diajak bersenggama oleh mantan kepala sekolah mesum tersebut. Penolakan Nuril dijawab Muslim dengan dalih singkat, “Hanya bercanda.”
ADVERTISEMENT
Nuril tak bisa berbuat banyak karena khawatir ia akan dipecat. “Kelihatan sekali berada dalam posisi relasi kuasa yang tidak seimbang. Mengikuti apa yang dimau oleh atasannya,” kata Aziz Fauzi, kuasa hukum Nuril.
Masalahnya, niat merekam yang semula untuk melindungi diri menjadi bumerang bagi Nuril. Rekaman yang menyebar lewat pegawai perpustakaan bernama Imam Mudawin membuat Muslim tak terima. Muslim melaporkan Nuril ke polisi dengan tuduhan pelanggaran UU ITE Pasal 27 ayat 1 soal konten asusila karena telah menyebarkan rekaman tersebut.
ADVERTISEMENT
Kamis (22/11) minggu lalu, Nuril berbagi kisahnya saat berkunjung ke kantor kumparan. Dia ditemani dua kuasa hukumnya, Aziz Fauzi dan Joko Jumadi. Nuril membocorkan watak asli dari Muslim dan hal-hal yang pernah dia lalui sehingga berani untuk merekam pembicaraan tidak senonoh atasannya itu.
Baiq Nuril saat wawancara eksklusif dengan kumparan. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Baiq Nuril saat wawancara eksklusif dengan kumparan. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Di salah satu acara televisi swasta minggu lalu, Kejari bilang Anda pernah bersama L ke hotel dan tahu tujuannya untuk berhubungan dengan Muslim.
Nuril: Ceritanya, saya ke rumah Bu L diantar sama suami saya. Sama si Rafi (anak Nuril yang paling kecil) ikut. Pagi sebelum saya berangkat ke rumah L, kepsek ini nelpon, "Nanti kalau kita sudah nyampe hotel, kamu keluar ya. Ada yang mau saya bicarakan sama L mengenai keberangkatan kita ke Jakarta dalam rangka acara ketua komite sekolah. Nanti kamu keluar.”
ADVERTISEMENT
Saya jawab, “Oh, iya”.
Kami membawa laporan komite untuk dikerjakan di sana. Saya bawa laptop waktu itu. Saya sampai di rumah Bu L itu. (Kemudian) saya bertiga (Nuril, L, dan Rafi), naik taksi ke hotel. Nah, begitu masuk ke halaman hotel, ternyata Muslim sudah di belakang. Saya tidak tahu kalau dia sudah di belakang dengan mobilnya sendiri. Ternyata berbarengan kita datangnya. Saya bawa laporan komite itu turun, masuk ke kamar hotel.
Begitu masuk (kamar), L ini langsung ganti baju. Bajunya pakai pakaian baju Bali yang long dress tipis. Ingat saya warnanya putih. Begitu dia ganti baju itu saya berpikir, “Seandainya dia punya hubungan, kenapa dia memperlihatkan ke saya? Coba dia sembunyikan saja dari saya". Tapi saya nggak terlalu memikirkan. Kan nggak pantes sekali di depan kepala sekolah dengan pakaian seperti itu.
ADVERTISEMENT
Di kamar itu dia pegang laptop, saya buka buku laporan. Dia di meja, saya di tempat tidur hotel. Baru sebentar, dia langsung lari ke kamar mandi. Kepala sekolah ini kasih kode ke saya untuk keluar kamar.
Muslim, pelapor Baiq Nuril. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Muslim, pelapor Baiq Nuril. (Foto: Dok. Istimewa)
Begitu saya keluar, Rafi mandi di kolam renang sekitar 1,5 jam. Begitu saya masuk (kamar), sambil ngobrol sama Rafi, L teriak dari dalam, “Buka Ril, pintunya nggak dikunci”. Dia di kamar mandi, kepsek di kamar. Masak 1,5 jam di kamar mandi? Kan pas saya keluar kamar dia di kamar mandi, pas saya masuk setelah keluar 1,5 jam, dia di kamar mandi.
Tapi sebelum saya masuk, dia teriak dari teras kamar. Berarti kan dia sudah lihat saya dari kaca. Tapi saya nggak berpikir terlalu jauh. Maksudnya, saya masih belum yakin kalau dia sudah berhubungan suami istri.
ADVERTISEMENT
Nah begitu saya masuk, kepsek sudah dengan pakaian yang saya lihat pertama, L di kamar mandi. Kepsek berdiri di depan kamar tidur. Selimut itu ditutup di dekat bantal. Langsung dia kasih kode lagi untuk menuju ke dekatnya berdiri. Dia buka sprei, terus dia nunjukin bekas spermanya.
Nah, dari situ sudah (berpikir), “Orang ini gila”.
Begitu pulang dari sana ya biasa, mandi, sudah pake pakaian rapi. Itu pun dia sempat ngomong, “Ini nih L nih, kamu jangan macam-macam. Kita ke sini kerja. Kalau seandainya ada orang lain ngomong-ngomong kita keluar, kamu yang saya cari.” Dia sempet ngomong begitu ke L.
Sepulang dari sana apa yang terjadi?
Begitu pulang dari hotel itu, sorenya dia (Muslim) telepon. Awal pembicaraan itu mengenai kita ke Jakarta. Otomatis saya rekam pembicaraan itu. Nah mulai dah dia nyeritain itu terus (kejadian di hotel).
ADVERTISEMENT
Saya lagi nyapu, saya jawab “Iya… Iya…” Saya nggak terlalu dengar apa yang dia omongin.
Anda tidak berani untuk mengakhiri telepon?
Dia suka marah-marah kalau saya nggak dengerin dia ngomong.
Maksudnya marah-marah?
Dia ngomong, “Eh ini dengar, ini dengar”.
Saya jawab, “Iya, saya dengar. Iya”. Kalau nggak angkat telepon, besoknya marah-marah secara langsung.
Kenapa ada niatan dari Anda untuk merekam pembicaraan telepon dengan Muslim?
Awalnya karena risih aja. Saking intensnya dia, selain telepon, sering bertatap muka, dan cerita hal-hal soal caranya berhubungan badan itu. Itu yang bikin saya risih sekali. Di sekolah sudah ada kasak-kusuk saya punya hubungan dengan kepsek.
ADVERTISEMENT
Pegawai sekolah kan pulang jam 14.00. Saya setiap hari pulang jam 18.00, kadang malam. Kadang itu yang bikin suami saya mempertanyakan.
Menilik Kasus Baiq Nuril (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menilik Kasus Baiq Nuril (Foto: Basith Subastian/kumparan)
kumparan menerima info, Anda pernah mendapatkan pelecehan verbal ketika diajak ke Jakarta. Bisa diceritakan lengkapnya?
Waktu itu pulang dari Jakarta. Pulang dari sana (Muslim bertanya), “Ayo Ril, kapan kita pergi? Mau kamu pergi lagi ke Jakarta?”
“Ya kepengin. Siapa sih yang nggak kepengin?” saya gituin.
“Ayo sini, kapan kamu mau? Kita cek hotel di sana. Atau nggak usah di Jakarta, di sini aja, sekitaran sini. Hotel mana yang kamu mau, tinggal pilih sekitaran Mataram.
Langsung nih tangan saya mengepal. “Ih saya cuma bercanda,” (kata M). Dia bilang, “Ntar pulang dari sana saya beliin motor. Saya beliin motor Mio.”
SMAN 7 Mataram tempat Baiq Nuril pernah bekerja. (Foto: Jafri Anto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
SMAN 7 Mataram tempat Baiq Nuril pernah bekerja. (Foto: Jafri Anto/kumparan)
Itu kejadian yang beruntun ya. Baru saya cerita ke teman kerja yang Husnul Aini. Saya cerita, “Ya Allah, orang ini kenapa begini? Saya nggak tahu mau cerita ke mana lagi. Dia bilang, dia mau ngajak saya coba ke Jakarta. Nanti pulang-pulang dia mau ngasih saya motor Mio.” Si Aini ini masih sempat ragu.
ADVERTISEMENT
Nah waktu itu saya masuk sore, kebetulan dia (Muslim) mau pinjam sepeda motor saya. “Ih, jangan pakai sepeda motor saya, soalnya remnya agak blong nanti nggak bisa dipakai,” saya gituin.
“Nggak apa-apa dah pinjam.”
“Ih, nggak usah,” saya bilang begitu.
“Coba ikutin saya ngajak itu (ke Jakarta) dulu. Udah nih baru motor.” Itu didengar sama Aini.
Si Aini (bilang), “Ternyata benar Nuril, kamu diajak.”
Aksi Kamisan memberikan dukungan kepada Baiq Nuril di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (22/11/2018). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Kamisan memberikan dukungan kepada Baiq Nuril di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (22/11/2018). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Setelah rekaman telepon mulai tersebar luas, kabarnya Anda sempat bertengkar hebat dengan Muslim sampai saling tunjuk. Ada apa sebenarnya?
Waktu itu rekaman ini sudah mulai tersebar, tapi masih di lingkungan sekolah. Terus, kepala sekolah ini menerbitkan SK. Di SK itu nama saya tidak ada. Itu yang saya mau klarifikasi waktu itu.
ADVERTISEMENT
Itu pun penyampaiannya Muslim ini menyampaikan ke Mulhakim, Mulhakim menyampaikan ke saya. Jadi, bukan dia yang secara langsung menyampaikan kalau rekaman yang di HP tempat rekaman asli itu harus dihapus. Dia tidak secara langsung menyuruh. Hanya saja, saya perlu ngomong sama dia, apa maksudnya dia nggak tulisin nama saya di SK? Pak Mulhakim ini yang menyampaikan kalau saya mau ngomong sama dia (Muslim).
Akhirnya kita pergi bersamaan naik mobil waktu itu. Satu mobil itu tiga orang. (Nuril bertanya) “Kenapa bapak tidak menuliskan nama saya di SK?”
“Kamu makanya jangan percaya sama Imam (Imam Mudawin, teman Nuril yang mengetahui dan menyebarkan rekaman) itu. Kamu tahu kan waktu itu dia dan Pak Zaki, sempat singgung waktu itu. Saya tahu memang saudaranya dia itu. Dia itu tidak bisa dipercaya. Lihat saja tekstur giginya itu agak jarang-jarang. Kalau orang agak jarang giginya itu suka ngomongin orang.” Dia (Muslim) ngomong begitu waktu itu.
Liku Perkara Hukum Baiq Nuril (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Liku Perkara Hukum Baiq Nuril (Foto: Basith Subastian/kumparan)
Akhirnya saya bilang, “Makanya kenapa bapak nggak tulisin nama saya?” Saya bisa nunjuk dan sampai saya berkata yang berani.
ADVERTISEMENT
Sampai dia ngomong waktu itu, “Kalau kamu mau ngelaporin saya tentang rekaman ini kamu tidak akan berhasil.”
Kenapa? Karena saya perempuan. Kalau perempuan itu tidak bisa menjadi saksi. Harus ada dua lagi saksi yang mendengarkan.
Joko: Itu kaitannya dengan kalau dia melaporkan bahwa dia (Muslim) ada perzinahan dengan L. Dalam perspektif hukum Islam, untuk melaporkan perzinahan itu ada saksi. Karena dia perempuan, kan tidak bisa menjadi saksi. Karena, disebutkan kalau perempuan harus dua orang (untuk menjadi saksi).
Baiq Nuril (tengah) bersama kedua pengacaranya Aziz Fauzi (kiri) dan Joko Jumadi (kanan). (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Baiq Nuril (tengah) bersama kedua pengacaranya Aziz Fauzi (kiri) dan Joko Jumadi (kanan). (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Apa pernah ada upaya dari Muslim untuk berdamai?
Joko: Jadi, saya masih ingat hari itu tanggal 29 Maret 2017. Saya ditelepon oleh salah seorang dosen di Fakultas Hukum Universitas Mataram. Waktu itu ada cerita, ada tiga anak terlantar karena ibunya ditahan sama polisi, kemudian bapaknya masih bekerja di Gili Trawangan. Saya mendengar itu kemudian saya cari. Itu dua hari setelah Nuril ditahan.
ADVERTISEMENT
Ketemulah saya dengan suaminya. Suaminya sudah nggak ada semangat sama sekali dan waktu itu semua keluarga masih menyemangatkan Nuril.
Waktu itu sebenarnya sebelum proses di kepolisian dia ditahan, sebenarnya (Muslim) sudah mulai melakukan upaya perdamaian. Tetapi waktu upaya perdamaian itu, dia mintanya ya minta maaf pakai baliho dan billboard di tengah kota, di dekat Islamic Center.
Yang kedua, katanya adalah kasus itu juga keluar uang banyak. Ya dia mau dikembalikan. Jadi ditanya waktu itu 500 juta. Itu cerita si Muslim.
Ketika kita tahu kasus ini dan waktu kita melihat keluarga juga sudah berusaha ke wali kota untuk dimediasi, nggak bisa. Akhirnya sudah pasrah.
Aksi Kamisan memberikan dukungan kepada Baiq Nuril di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (22/11/2018). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Kamisan memberikan dukungan kepada Baiq Nuril di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (22/11/2018). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Kepada masyarakat yang memberikan banyak dukungan, apa yang ingin Ibu Nuril sampaikan?
ADVERTISEMENT
Nuril: Saya cuma bisa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Saya tidak bisa membalas apa-apa, hanya dengan doa.
Mudah-mudahan semuanya dikasih kesehatan, dikasih umur yang panjang. Insyaallah yakin karena di atas segalanya masih ada Tuhan.
Karena begitu besar dukungan dari semua pihak, itu yang bikin saya harus kuat. Saya harus berani. Masa orang yang memberikan semangat saja sudah (berani), berarti saya harus lawan. Lawan ketakutan itu.
Simak selengkapnya di Liputan Khusus kumparan: Baiq Nuril Melawan.