Di Balik Mars Perindo yang (Pernah) Membius

9 November 2018 11:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kader Perindo pada rapimnas partai. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kader Perindo pada rapimnas partai. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Lagu Perindo memenuhi kategori mars. Ideal―pendek, direct, nggak macam-macam. Iramanya bersemangat. Ada energi di situ. Secara keseluruhan asyik. Kalau (lagu parpol) yang lain, ada yang mau seperti mars, tapi bukan mars, (malah) jadi seperti pengiring senam. ― Addie MS, komponis
ADVERTISEMENT
Aplaus pantas diberikan untuk Liliana Tanoesoedibjo, istri Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo, yang berhasil menciptakan mars partai yang begitu ear-catching. Kalau tak asyik, lagu itu tentulah tak bakal melekat di benak banyak orang walau diputar seribu kali pun di jaringan televisi MNC Group.
“Singkat, padat, jelas. It’s really a march. Beat-nya march, jadi bagus. Lirik bagus, reff bagus, message jelas,” puji Giring Ganesha, vokalis Nidji yang juga caleg PSI, usai mendengar Mars Perindo mengalun saat berbincang bersama kumparan di Jakarta Selatan, Rabu (7/11).
Bahkan, yang mungkin tak disadari orang, bait per bait Mars Perindo merupakan abreviasi atau kependekan dari kata “Mars Perindo” sendiri. Ini jadi salah satu pembeda Mars Perindo dengan mars-mars partai politik lain di Indonesia―selain soal ini mars sungguhan, dan yang lain mars-marsan.
ADVERTISEMENT
Begini maksud dari abreviasi tersebut:
MMarilah seluruh rakyat Indonesia AArahkan pandanganmu ke depan R Raihlah mimpimu bagi nusa bangsa SSatukan tekadmu ‘tuk masa depan
P Pantang menyerah, itulah pedomanmu EEntaskan kemiskinan, cita-citamu R Rintangan tak menggetarkan dirimu IIndonesia maju, sejahtera, tujuanmu N Nyalakan api semangat perjuangan D Dengungkan gema, nyatakan persatuan OOleh Perindo… oleh Perindo… jayalah Indonesia
Cukup jelas, kan? Seluruh huruf awal dari tiap baris, bila dibaca ke bawah membentuk frasa “MARS PERINDO”.
Liliana Tanoesoedibjo (paling kanan), istri Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Liliana Tanoesoedibjo (paling kanan), istri Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
“Mars Perindo diciptakan secara khusus oleh Bu Liliana Tanoesoedibjo, jadi liriknya disesuaikan untuk Perindo. Bu Liliana kan pencipta lagu. Banyak lagu yang dia ciptakan, dan ketika Perindo berdiri, beliau menyumbang satu mars―yang menurut seluruh pengurus partai bagus sekali, sehingga kami tetapkan sebagai Mars Perindo,” ujar Sekjen Perindo, Ahmad Rofiq, Minggu (4/11).
ADVERTISEMENT
Liliana, ujarnya, bukan cuma menggubah lirik, tapi juga melodi. “Semua dari Bu Liliana.”
Sayangnya, menurut Giring, komponis Addie MS, dan seniman Eros Djarot, Mars Perindo tak sekalian dibuat orkestra megah. Ketiganya kompak soal itu: orkestra akan membuat mars partai jadi lebih sempurna.
“Bisalah di-hire orkestra, pasti hasilnya lebih bagus,” ujar Giring.
“Padahal kalau dibawakan dengan orkes live itu energinya akan berlipat ganda. Sayang, mars bagus tidak direpresentasikan maksimal. Hanya pakai suara mesin yang minimalis. Harusnya bisa lebih serius dari itu,” kata Addie secara terpisah di kediamannya, Cinere, Depok, Selasa (6/11).
Eros sependapat. “Hary Tanoe kan punya banyak uang. Cobalah bikin mars pakai orkestrasi yang benar. Padahal lagunya cukup bagus.”
ADVERTISEMENT
Tak sedikit orang yang mengapresiasi, bahkan ketagihan, Mars Partai Perindo. Kalau tak percaya, lihat saja komentar-komentar netizen di unggahan video YouTube Mars Partai Perindo, terutama para orang tua dan kakak yang mempunyai anak dan adik balita.
“Setiap adik gue nangis, gue kasih lihat lagu Perindo ini langsung joget.” Atau begini kata yang lain, “Aku nggak tahu lagu ini dikasih bumbu apa, tapi anakku semringah banget kalau lihat iklan lagu ini di TV. Atau, “Bayiku kena wabah Mars Perindo. Kalau lagunya selesai langsung nangis.” Atau, “Lagu ini sangat memikat. Anak saya umur 14 bulan kalau dengar lagu ini, lagi nangis langsung diam.”
Bahkan ada orang tua yang sampai mengundang Hary Tanoe datang ke rumah. “Anakku senang banget sama lagu Perindo. Buat pemimpin Partai Perindo mau dong singgah di rumahku, nyanyi bareng sama anakku yang ngefans banget sama lagunya. Ditunggu, loh.” Atau, “Pak Hary Tanoe mau nggak angkat anak saya jadi kader Perindo.”
ADVERTISEMENT
Mereka sepakat, Mars Perindo yang telah ditonton hampir 4,5 juta kali di YouTube―dan dulu diputar setidaknya 20 kali sehari di seluruh jaringan televisi MNC Group―itu “menghipnotis dan banyak disukai anak-anak balita.”
Masalahnya, para balita tidak punya hak pilih di pemilu. Sementara orang tua balita-balita itu belum tentu bakal memilih Perindo hanya karena mars yang bagus.
“Kalau (pemutaran) lagu itu bikin anak-anak jadi hafal dan nyanyi itu di mana-mana, iya. Tapi apakah kemudian mars itu akan membuat kita memilih Perindo, ya nggak sejauh itu, karena liriknya belum tentu dimaknai lebih jauh oleh orang-orang. Bisa saja cuma masuk telinga kiri, keluar telinga kanan,” kata Karina Adistiana, psikolog pendidikan dari Gerakan Peduli Musik Anak, Rabu (7/11).
Hary Tanoe (kedua dari kiri), Liliana Tanoe (ketiga kiri), dan kader Perindo melakukan long march. (Foto: Fadjar Hadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hary Tanoe (kedua dari kiri), Liliana Tanoe (ketiga kiri), dan kader Perindo melakukan long march. (Foto: Fadjar Hadi/kumparan)
Lagu Mars Partai Perindo kini memang tak sesering dulu muncul di televisi usai teguran tertulis dilayangkan Komisi Penyiaran Indonesia kepada empat stasiun televisi di bawah naungan MNC Group, yakni RCTI, Global TV, MNCTV, dan iNews―meski kemudian KPI kalah saat digugat Partai Berkarya serta Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia terkait aturannya yang melarang lembaga penyiaran untuk menayangkan iklan politik, termasuk mars dan himne parpol, di luar masa kampanye.
ADVERTISEMENT
Mei 2017 saat teguran tertulis dilayangkan KPI, stasiun televisi RCTI, Global TV, MNCTV, dan iNews dianggap melanggar Pasal 11 Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran tentang Perlindungan Kepentingan Publik yang mengharuskan program siaran “dimanfaatkan untuk kepentingan publik dan tidak untuk kepentingan kelompok tertentu” serta “dilarang dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi pemilik lembaga penyiaran bersangkutan dan/atau kelompoknya.
Kala itu―yang belum masuk masa kampanye, Mars Perindo dipasang pada jam tayang utama (prime time) saat jumlah penonton sedang tinggi-tingginya. Ini pula yang membuat mars tersebut “meledak” dan digandrungi banyak orang.
Namun Perindo tak surut. Kini, iklan Partai Perindo tak hanya menampilkan Mars Perindo, namun pula lagu lain berjudul “Indonesia Jaya” sebagai variasi―yang juga digubah oleh Liliana Tanoesoedibjo sejak 2013 tanpa embel-embel “Perindo” dalam liriknya.
ADVERTISEMENT
Dan meski intensitas pemutaran Mars Perindo di ruang publik (televisi) berkurang, lagu itu bisa didapat dengan mudah di sana sini. Misalnya di YouTube dan Spotify. Ya betul, Spotify―aplikasi layanan musik streaming Spotify yang kerap jadi andalan para pengguna ponsel pintar untuk membuang jenuh.
Di Spotify, lagu Mars Perindo―juga Indonesia Jaya yang dibawakan oleh rombongan penyanyi muda Fatin Shidiqia Lubis, Ayu Ting Ting, Chitra Scholastika, Petra Sihombing, Angel Pieters, dan BagasDifa―masuk dalam album “Untukmu Indonesia” karya Liliana.
Lagu apa pun yang jadi musik pengiring Perindo, partai itu tentu tetap beriklan. Terlebih saat ini sudah masa kampanye. Data Adstensity yang memonitor iklan televisi memperlihatkan, selama sepekan terhitung 2-8 November 2018 misalnya, Perindo memasang iklan di media-media milik empunya sebanyak 700 kali―tidak termasuk iNews.
ADVERTISEMENT
Rincian penayangan iklan selama seminggu tersebut adalah 218 kali di GTV (dulu Global TV), 234 di MNCTV, dan 248 di RCTI. Dengan angka 700 kali seminggu itu, artinya Perindo dalam sehari rata-rata melemparkan 100 iklan ke publik―yang diklaim partai itu tidak gratis meski pemimpin Perindo dan pemilik MNC Group adalah orang yang sama.
“Nggak mungkin nggak bayar. (MNC Group) sebagai perusahaan tbk (terbuka), laporan pajak dan sebagainya itu jelas,” kata Arya Sinulingga, Direktur Corporate Secretary MNC Media, kepada kumparan.
Hal senada diucapkan Sekjen Perindo, Ahmad Rofiq. “MNC itu perusahaan terbuka. Publik juga punya saham di situ. Jadi kami harus bayar, nggak bisa nggak bayar. Kalau nggak bayar bisa berpengaruh terhadap nilai saham MNC.”
ADVERTISEMENT
Ia lebih lanjut menyatakan, Perindo “ploting iklan melalui agen―dibahas detail jam berapa dan di TV apa, sedangkan soal harga ada yang mengatur.”
Jika memang Perindo merogoh kocek, maka menurut Adstensity, biaya yang harus ia keluarkan selama kurun waktu 2-8 November 2018 saja minimal berjumlah Rp 87,4 miliar, dengan rincian Rp 17,6 miliar di GTV, Rp 29,8 di MNCTV, dan Rp 40 miliar di RCTI. Itu ditambah Rp 24 juta untuk MetroTV―televisi milik Ketua Umum NasDem Surya Paloh tempat Perindo memasang iklan 4 kali saja dalam sepekan.
Pembekalan caleg Perindo. (Foto: Rafiq/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pembekalan caleg Perindo. (Foto: Rafiq/kumparan)
Mars Perindo, kata Rofiq, merupakan bagian dari pengenalan Partai Perindo kepada masyarakat. “Cara pengenalan partai kan macam-macam. Ada yang lewat bendera, baliho, nah kalau kami lagu. Mars yang cukup bagus buat kami ini―mudah, ringan, enak didengar, gampang dihafal―layak dikonsumsi publik.”
ADVERTISEMENT
Jadi, tegas Rofiq, Perindo tak menggunakan lagu marsnya untuk keperluan internal semata.
“Jadi kami sangat senang dengan dampak yang muncul dari mars ini ketika dipasang di media,” kata Rofiq, merujuk pada tingkat pengenalan publik terhadap partainya yang meningkat gara-gara Mars Perindo.
Celoteh Musisi soal Mars Partai. (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Celoteh Musisi soal Mars Partai. (Foto: Basith Subastian/kumparan)
Peneliti politik LIPI Wasisto Raharjo Jati berpendapat lain dari Perindo. Perindo, menurutnya, mestinya tak bisa senang apalagi tenang karena tak punya basis massa jelas.
“Tidak ada relasinya antara Mars Perindo dengan elektabilitas partai. Daripada dengar marsnya, massa ingin melihat substansi program yang dibuat Perindo. Jadi, Perindo perlu kerja keras untuk menampilkan karakteristiknya,” kata Wasisto, Kamis (8/11).
Apalagi, lanjutnya, Perindo adalah partai baru ‘non-kloning’. “Kalau partai baru tapi kloning seperti Berkarya bisa merebut massa dari Golkar. Tapi Perindo tidak memiliki basis massa potensial untuk direbut.
ADVERTISEMENT
Wasisto bisa jadi benar, bila melihat elektabilitas Perindo yang konsisten merosot dari bulan ke bulan. Mei 2018, ektabilitas Perindo berdasarkan survei Cyrus Network melejit ke angka 4,3 persen. Juli, turun ke 3,5 persen dalam survei Median dan 3,1 persen menurut survei LSI Lingkaran. Agustus, turun lagi ke angka 2,1 persen berdasarkan survei Alvara Research Center dan 1,7 persen di survei LSI Lingkaran.
Jadi, mars bagus memang bukan jaminan―meski tentu, cukup menghibur karena iramanya yang asyik.
------------------------
Simak selengkapnya Liputan Khusus kumparan: Siapa Peduli Mars Parpol?