Hadapi Krisis Ekonomi Global, Produk Dalam Negeri Harus Dibela

Konten Media Partner
17 Oktober 2018 11:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hadapi Krisis Ekonomi Global, Produk Dalam Negeri Harus Dibela
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Ketua Japnas Kota Bandung, Dendy Akad Buldansyah (kanan). (Utara Jaya)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Keberadaan produk lokal masih dinilai belum mampu menopang stabilisasi ekonomi, sehingga para pengusaha kerap kesulitan manakala situasi ekonomi global ikut terguncang. Hal inilah yang membuat Jaringan Pengusaha Nasional (Japnas) gencar melakukan kampanye Beli dan Bela Produk Lokal Kita!.
Guna mendukung kampanye tersebut, Ketua Japnas Kota Bandung, Dendy Akad Buldansyah menyatakan pihaknya sedang mempersiapkan pasar khusus bagi produk lokal. Rencananya pasar akan dikembangkan dengan berbasis digital, dan mengakomodir para pengusaha yang memenuhi kualifikasi sebagai produk lokal.
"Kita sedang membangun marketplace, kita isi dengan produk lokal 100 persen, kita verifikasi validasi barang asli dan produk Indonesia, bentuknya retail aja," kata Dendy di sela-sela Rakercab Japnas Kota Bandung, di Hotel El Royale, Bandung, Selasa (16/10/2018).
ADVERTISEMENT
Diungkapkan Dendy, saat ini memang tidaklah mudah mencari produk yang secara keseluruhan bermuatan lokal, karena masih ada ada ketergantungan bahan baku dari luar negeri. Sehingga, pihaknya akan merancang standar minimal sebagai indikator produk lokal yang layak dipasarkan.
"Kriterianya 100 persen lokal itu sulit, tapi minimal bahan bakunya mentahnya sebagian impor kita olah di Indonesia. Minimal 50 persen di atas itu originalitas produknya kurang," ujarnya.
Dendy berharap Pemkot Bandung bisa memberikan bimbingan, khususnya kepada para pengusaha produk lokal. Dengan begitu cita-cita Japnas yang ingin membangunan kekuatan ekonomi melalui produk lokal Kota Bandung bisa terwujud.
"Produk kita berdaya saing rendah, ditambah situasi ekonomi kurang menguntungkan di mana nilai tukar rupiah rendah, BBM naik, TDL (tarif daftar listrik) naik, produktivitas sangat rendah jadinya kualitas rendah dan harga jual semakin tinggi, karena harga material dari impor naik," ujarnya
ADVERTISEMENT
Diungkapkan Dendy, kesulitan tersebut akhirnya mendorong para pengusaha membeli barang jadi dari luar negeri, dan tinggal dikemas lalu diberi merek.
"Sekarang mungkin tidak ada dampaknya, tapi 30 tahun kemudian dampaknya ekonomi kita semakin lemah, pengusaha semakin lemah, justru ekonomi negara lain makin kuat pengusaha negara lain semakin kuat," dia menegaskan.
Untuk itu, Dendy menyatakan bahwa para pengusaha harus bisa bersinergi dengan berbagai pihak, tanpa terkecuali bersama pemerintah. Sehingga, penetrasi kampanye penggunaan produk lokal mampu dilakukan secara komprehensif.
"Ironis walaupun laju pertumbhan ekonomi Kota Bandung 5 persen sekian yang menikmatinya belum tentu pengusaha Bandung. Dengan matketplace produk lokal hanya 10 persen sisanya impor," katanya.(Utara Jaya)