Hubungan Gerindra dan Kelompok 212: Melawan Kekuatan Kapitalis-Neolib

14 Januari 2018 4:08 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
FPI & FUI mengadu ke Fadli Zon soal kisruh LBH (Foto: Ferio Pristiawan/kumparan)
Waketum Partai Gerindra Arief Poyuono membeberkan hubungan partainya dengan kelompok peserta aksi 212. Menurutnya, hubungan Gerindra dan kelompok 212 hanyalah sebatas teman berjuang dalam melawan kekuatan kapitalis dan neoliberal yang telah mewabah hampir di segala sendi kehidupan.
ADVERTISEMENT
"Hubungan hanyalah kawan seperjuangan untuk melawan kekuatan kapitalis dan neolib yang sudah menguasai politik Indonesia dan sudah menguasai kebijakan Pemerintah yang condong pro asing," ujar Arief kepada kumparan (kumparan.com), Minggu (14/1)
Arief menunjukkan hal paling kentara yang telah dikuasai oleh asing adalah di sektor pangan. Hal itu kemudian berimbas kepada banyak petani yang menjerit dalam kesengsaraan akibat kebijakan pemerintah yang kerap mengimpor makanan dari luar negeri. Bukan sebaliknya, memberdayakan hasil dari petani dalam negeri.
"Kita akan tetap jadi negara pengimpor pangan, sehingga menyebabkan masyarakat kelas petani dan masyarakat bawah kehilangan kue ekonomi Indonesia," tuturnya.
Arief berkata, Gerindra dan kelompok 212 memiliki visi yang sama terutama menyangkut perbaikan nasib rakyat Indonesia. Hanya saja, ia meminta agar publik tidak terus menerus menghubungkan setiap kegiatan kelompok 212 dengan Partai Gerindra. Sebab, tak selamanya aktivitas 212 berhubungan langsung dengan Gerindra.
ADVERTISEMENT
"Aktivitas 212 tidak punya hubungan dengan Partai Gerindra. Kita hanya punya hubungan persahabatan serta visi untuk berjuang bersama melawan kebatilan dan kekuatan ekonomi neolib yang sudah jadi virus di negeri Indonesia," pungkasnya.
Sebelumnya, Riza Patria menegaskan, tidak ada hubungan spesial khususnya Partai Gerindra dengan kelompok 212. Karena pada dasarnya Gerindra adalah partai nasionalis yang memiliki corak pendukung, pemilih, simpatisan, dan kader yang beragam latar belakang.
"Enggak ada hubungan spesial karena hubugan kita dengan semua elemen baik. Partai Gerindra partai nasionalis jadi yang milih Gerindra dari orang Islam sampai Katholik, Hindu, Budha, Konghucu sampai yang enggak punya agama juga," tutur Riza.