Keagungan Makna Gunung Agung dalam Budaya Masyarakat Bali

24 September 2017 16:53 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gunung Agung, Bali. (Foto: Dok. geomagz.geologi.esdm.go.id)
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Agung, Bali. (Foto: Dok. geomagz.geologi.esdm.go.id)
ADVERTISEMENT
Aktivitas vulkanik Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, mengalami peningkatan yang diikuti perubahan status dari Siaga menjadi Awas. Mendidihnya dapur magma di kawah gunung setinggi 3.031 mdpl ini memicu eksodus pengungsi sebanyak 17.551 jiwa per Minggu 24 September 2017 yang tersebar di 7 kabupaten. Provinsi Bali mempersiapkan diri menuju kondisi darurat.
ADVERTISEMENT
Gunung Agung merupakan titik tertinggi di Pulau Dewata yang sekaligus menjadi instrumen kepercayaan masyarakat Hindu Bali. Sebagai masyarakat yang dekat dengan alam, setiap situs baik lautan, dataran, hingga gunung, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari laku spiritual sehari-hari.
Infografis Status Gunung Agung. (Foto: Ridho Robby/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Infografis Status Gunung Agung. (Foto: Ridho Robby/kumparan)
Dosen Departemen Filsafat Universitas Indonesia LG Saraswati Putri atau yang akrab disapa Saras Dewi menuturkan pentingnya Gunung Agung dalam konstruksi spiritualitas Bali. “Kosmologi Hindu adalah Nyegara Gunung, yang berarti bahwa kesucian harus berlaku dari Segara (Laut) hingga Gunung,” ucap Saras ketika dihubungi kumparan (kumparan.com) pada Minggu (24/9).
Perempuan yang juga berasal dari Bali ini menceritakan bahwa narasi lokal tentang Gunung Agung banyak didapati mulai dari dongeng, cerita rakyat, hingga lontar. Pentingnya Pura Besakih bagi masyarakat Bali berkelindan dengan pemaknaan Gunung Agung.
Pura Besakih (Foto: Wikimedia commons)
zoom-in-whitePerbesar
Pura Besakih (Foto: Wikimedia commons)
Narasi kepercayaan begitu kental menubuh pada gunung yang terakhir meletus tahun 1963. Masyarakat Bali menganggap pura yang berada di kaki Gunung Agung sebagai pusat spiritualitas Hindu di Bali. Pura termasuk Kahyangan Jagat, pura utama dalam kepercayaan Hindu pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Dalam catatan sejarah, Pura Besakih dan Gunung Agung menjadi pondasi awal terciptanya masyarakat Bali. Mengutip buku Custodian of the Sacred Mountains: Budaya dan Masyarakat di Pulau Bali karya Thomas A Reuter, menuturkan bahwa Maharishi Markandeya, orang pertama yang memimpin pelarian Majapahit ke Bali, baru berhasil menetap di Bali datang ke kaki Gunung Agung. Sebelumnya, gelombang eksodus yang dipimpin Markandeya berjumlah 800 orang seluruhnya tewas akibat wabah penyakit.
Kepercayaan Hindu juga kental dengan pendewaan terhadap alam. Setiap umat Hindu di manapun selalu menempatkan Gunung di wilayah mereka sebagai tempat suci. Gunung Agung secara khusus menjadi tempat suci sebagai tempat bersemayam Dewa Siwa. Kitab Purana menjadi dasar pendewaan Gunung sebagai simbol Lingga yang menjadi tempat Dewa Siwa berada.
ADVERTISEMENT
Jika Hindu di Jawa berada mendewakan Gunung Semeru dan Gunung Bromo, Hindu di Lombok mendewakan Gunung Rinjani, maka Hindu Bali mempercayai Gunung Agung sebagai Lingga Dewa Siwa.
Kepercayaan dan narasi yang begitu kuat membuat prosesi peribadatan Hindu Bali sarat dengan makna kedekatan dengan alam. Setiap upacara di Pura selalu dirangkaikan dengan Nyegara Gunung. Masyarakat rela naik turun gunung untuk melakukan ritual selama lebih dari satu minggu.
Tak ayal gunung menjadi tempat yang begitu suci bagi masyarakat Bali. Ketika gunung lain begitu mudah didaki, setiap penjelajah harus mematuhi ketatnya aturan yang ditetapkan dengan pertimbangan.
Informasi terkait Gunung Agung. (Foto: Dok. BNPB)
zoom-in-whitePerbesar
Informasi terkait Gunung Agung. (Foto: Dok. BNPB)
Ketika Gunung Agung mulai bergejolak, umat Hindu Bali meresponnya dengan ibadah khusus bernama pengelempana atau Peneduh Jagat di Pura Besakih. Ritual yang dilaksanakan pada Rabu (20/9) digelar guna memohon kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa untuk menormalkan aktivitas vulkanik Gunung Agung. Di samping itu, ritual dilakukan untuk memohon ampun atas apa yang dilakukan manusia kepada alam selama ini.
ADVERTISEMENT
Hari ini status Gunung Agung berada pada level Awas. Banyak penduduk telah diungsikan menuju tempat aman. Hingga saat ini, BNPB mencatat sebanyak 15.142 jiwa menyebar dan menyelamatkan diri ke 125 titik pengungsian di 9 kabupaten di dekat kawasan Gunung Agung. Masyarakat juga diimbau agar menjauhi Gunung Agung dengan radius 9 km hingga 12 km.