Lembong: Investor Lebih Pilih Tunda Investasi Akibat Rupiah Melemah

12 Juli 2018 14:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BKPM Thomas Lembong (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BKPM Thomas Lembong (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Belum stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpengaruh terhadap iklim investasi di dalam negeri. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) per hari ini, nilai tukar rupiah diperdagangkan di Rp 14.435 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
Menurut Kepala BKPM Thomas Lembong, melemahnya nilai tukar rupiah membuat investor memilih untuk menunda investasi di dalam negeri. Mereka, kata Lembong, memilih untuk menanamkan modalnya di negara yang dianggap menawarkan investasi yang lebih menjanjikan.
"Tantangan kita, slow down, kalau itu pun terjadi biasanya karena penundaan, shock dengan gejolak rupiah, terus dia nunda dulu sampai situasi lebih stabil," kata Lembong saat ditemui di Gedung BKPM, Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (12/7).
Kepala BKPM Thomas Lembong (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BKPM Thomas Lembong (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
Lembong menuturkan, penundaan investasi tersebut akan berpengaruh terhadap realisasi capaian investasi BKPM. Apalagi, nantinya, angka tersebut dirilis oleh BKPM di setiap kuartal.
"Masalahnya kan kita mempublikasikan angka realisasi kuartalan. Jadi kalau ada investor besar yang menunda 6 bulan, buat dia tidak ada bedanya, tapi buat kita dampak ke angka kuartalan bisa sangat besar. Itu tantangan kita," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Lembong juga mengaku, dengan kondisi rupiah yang masih fluktuatif dan juga adanya perang dagang Amerika Serikat (AS)-China merupakan tahun yang berat untuk dunia investasi. Akan tetapi, Lembong mengapresiasi langkah pemerintah dalam mencari jalan keluar untuk tetap mempertahankan laju investasi di dalam negeri.
"Harus kami akui bahwa kondisi lagi agak berat. Diawali kuartal II dengan gejolak rupiah sekarang diamplikasi lagi dengan trade war yang semakin mengalami eskalasi," ujarnya.