Minyeuk Pret, Minyak Wangi asal Aceh yang Harumnya hingga ke Amerika

16 Februari 2018 13:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Tak hanya berfungsi sebagai pengharum tubuh, kehadiran parfum memiliki peranan penting dalam menunjang penampilan. Banyak orang yang merasa tidak percaya diri saat keluar rumah tanpa menggunakan parfum. Tak heran, berbagai brand berlomba-lomba mengeluarkan rangkaian parfum mulai dari harga yang terjangkau hingga jutaan rupiah.
ADVERTISEMENT
Prancis menjadi salah satu negara yang terkenal akan produksi parfumnya. Salah satu yang paling populer hingga kini adalah No. 5 atau Mademoiselle lansiran rumah mode ternama, Chanel.
Tetapi Indonesia juga tak kalah unggul dalam memproduksi parfum. Di Aceh, ada satu label parfum lokal yang semakin hari semakin menunjukkan eksistensinya. Minyeuk Pret namanya.
Minyak wangi asal Aceh, Minyeuk Pret (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
Penamaan Minyeuk Pret diangkat dari bahasa indatu nenek moyang bangsa Aceh. Menurut sejarah orang tua Aceh zaman dahulu, penyebutan parfum itu disebut dengan Minyeuk Pret (minyak yang di semprot).
Minyeuk Pret digagas oleh empat pemuda Daudy Sukma, Fajar Sukma, Teuku Muda Surmansyah, dan Bismi Farhan. Ide pembuatannya sederhana, yakni karena minyak nilam Aceh adalah salah satu minyak terbaik di dunia yang sejak ratusan tahun lalu telah diekspor ke Prancis untuk dijadikan parfum seharga jutaan rupiah.
3 aroma Minyeuk Pret (Foto: Zuhri Noviandi)
Berangkat dari hal itu, empat pemuda ini akhirnya mencoba untuk memproduksi parfum sendiri dari kualitas minyak nilam yang memang telah di akui dunia.
ADVERTISEMENT
“Timbul ide kenapa tidak kita memproduksi sendiri parfumnya, toh minyak nilam memang sudah tersedia di daerah kita sendiri,” kata Daudy Sukma pada kumparan(kumparan.com) saat ditemui tempat penyulingan Minyeuk Pret di Jalan Wedana, Desa Lam Ara, Keutapang, Banda Aceh, beberapa waktu lalu.
Daudy Sukma, founder Minyeuk Pret (Foto: Zuhri Noviandi)
Berawal dari sana, Daudy Sukma sebagai penggagas utama kemudian membaca berbagai teori dan metode baik dari hingga tutorial proses pembuatan parfum di YouTube. Selanjutnya, ia mengajak ketiga temannya untuk mencoba mempraktikkannya. Setelah trial and error, pada 2014 lalu mereka berhasil mengeluarkan 11 aroma minyak wangi.
Dari 11 aroma parfum itu kemudian mereka melakukan survei pasar dan menanyakan pendapat masyarakat setempat. Hasilnya, dipilihlah tiga aroma yang paling banyak disukai masyarakat. Aroma tersebut adalah Coffee, Seulanga, dan Meulu.
ADVERTISEMENT
Ketiga aroma andalannya itu menjadi best seller di setiap daerah. Untuk Aceh sendiri, yang paling banyak diminati adalah aroma Seulanga dan Coffee, sementara di wilayah Pulau Jawa adalah aroma Meulu.
Minyeuk Pret pertama kali dirilis pada 1 April 2015 dan hingga kini sudah tersebar di seluruh Indonesia. Tak hanya di dalam negeri saja, Minyeuk Pret berhasil masuk ke pasar internasional dan dijual di 11 negara, beberapa di antaranya adalah Inggris, Arab Saudi, Amerika, Malaysia, Taiwan, Bangladesh, Uni Emirat Arab, India, dan Thailand. Di Indonesia sendiri, ada sekitar 300 reseller, 17 outlet mitra, 5 distributor dan 12 suplier.
Daudy Sukma, penggagas Minyeuk Pret (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
Harga jual Minyeuk Pret dibanderol seharga Rp 110 ribu (30ml). Dalam sebulan, mereka mampu menjual rata-rata 500 buah dengan omzet sekitar Rp 300 jutaan.
ADVERTISEMENT
Selain ketiga parfum tersebut, Minyeuk Pret saat ini juga telah memproduksi dua varian terbaru yaitu aroma Jeumpa dan Sanger Espresso (dari biji kopi gayo) dengan harga Rp 330 ribu per botol (50ml).
Daudy yang merupakan alumni dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh jurusan Ekonomi Manajemen itu mengaku memang gemar berbisnis. Mulai dari katering makanan, ternak bebek dan ayam, hingga toko buku.
Tempat produksi Minyeuk Pret (Foto: Zuhri Noviandi)
Untuk usaha minyak wangi ini, ia optimistis akan sukses karena sejatinya bisnis parfum tak akan pernah mati. Maka ia tak ragu untuk mengajak teman-temannya yang memang memiliki keterampilan dalam bidang marketing.
"Awalnya ada yang ragu dan pesimis tapi inilah kami berempat yang bertahan dan semua masalah kita hadapi bersama," lanjut Daudy lagi.
Proses produksi Minyeuk Pret (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
Hingga kini, Minyeuk Pret memiliki 11 orang karyawan yang semuanya adalah anak muda. Seluruh karyawan tersebut dibagi ke dalam beberapa tim. Ada yang bertugas membersihkan semua bahan sesuai standar yang layak, kemudian ada ruangan produksi yang tidak bisa dilewati begitu saja oleh semua orang, ada juga ruang cuci, proses penimbangan, ruang mixing atau pencampuran. Seluruh proses produksi ini diiringi dengan lantunan ayat suci Al-Quran atau salawat.
ADVERTISEMENT
Setelah proses pencampuran selesai, seluruh bahan-bahan didiamkan selama 24 jam. Selanjutnya baru parfum dimasukkan ke wadah untuk diisi ke dalam botol dan dikemas. Voila, Minyeuk Pret siap disemprot ke tubuh.