Novel Terkembang

Bambang Widjojanto
Tim penasihat hukum KPK, pendiri Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KRHN), Kontras, dan Indonesian Corruption Watch (ICW).
Konten dari Pengguna
22 Februari 2018 17:28 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bambang Widjojanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Novel Baswedan di gedung KPK (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Novel Baswedan di gedung KPK (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Siapa nyana, kendati mata indrawinya dirampas, dirusak dengan siraman air keras, tapi mereka tak mampu merampok, melukai dan meluluhkan mata hatinya.
ADVERTISEMENT
Novel datang kembali ke KPK, dia tak bergeming, berdiri tegak lurus walau hanya dengan sebelah mata, menatap dan memastikan masih tetap dalam barisan bergenderang yang akan menerjang koruptor yang kian jalang mempertontonkan kerakusan yang makin tak kepalang.
Lebih dari sepuluh bulan tetirah untuk mengobati luka matanya yang belum pulih benar, kehadirannya ke gedung KPK seolah menghidupkan semangat. Dia seolah tak peduli dan tak pernah menghadirkan adanya sedu sedan.
Lukanya terus dipanggulnya karena dia memang bukan kumpulan yang terbuang sehingga takut ditikam keponggahan koruptor yang kadang berselimut kekuasaan. Yang pasti dia tak peduli dengan matanya yang belum pulih kembali hingga seolah hilang rasa pedih itu.
Kini, Novel menjadi suar dan sekaligus harapan di tengah kecemasan yang merajalela atas upaya pemberantasan korupsi. Lihat saja, hasil rekomendasi Panitia Angket KPK di Senayan, pasal-pasal yang mengatur korupsi di Revisi KUHP, angkara murka sebagaian anggota parlemen yang tak lagi malu mengungkap kemuakannya pada KPK.
ADVERTISEMENT
Atas fakta itu, sebagian kalangan berkesimpulan, kegelapan kian bertambah pekat, kemunafikan menari di puncak kedahsyatannya, keculasan dijubahi pencitraan dan kepemimpinan untuk mengenerjising gerakan perlawanan korupsi dibuat mati suri di pusat kekuasannya. Pendeknya, kita tengah menyaksikan dengan mata telanjang, upaya dan gerakan antikorupsi seolah tengah ditikam berkali-kali tepat di jantung kesadaran dan kehidupannya.
Semoga, hadirnya Novel diharibaan pertiwi, di Gedung Merah Putih KPK, dengan segenap keikhlasannya dapat menjadi virus dan menginsipirasi, tak hanya bagi kalangan di dalam institusi KPK tapi juga seluruh rakyat yang terus berjuang mewujudkan kesejahteraan dan keadilan.
Kami meyakini, kezaliman pasti takluk dan berkalang tanah, bila kita ikhlas bersatu dan berkorban untuk kepentingan kemaslahatan.
Bambang Widjojanto
ADVERTISEMENT