Pengajar Berbayar Tawa dan Senyuman

Konten dari Pengguna
17 Januari 2017 14:35 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari humas beacukai tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menjadi pegawai bea cukai tidak memupuskan cita-citanya untuk menjadi guru sekolah dasar. Semenjak Sekolah Dasar Rendy bercita-cita menjadi guru, namun takdir membawanya menjadi pegawai di institusi kepabeanan. Semasa kuliah pria bernama lengkap Rendy Satya Padmanaba ini aktif mengajar dan mengikuti pelatihan public speaking. Hingga, pada saat menjadi pegawai Bea Cukai Surakarta, ia beruntung dapat ambil bagian dalam Kelas Inspirasi Solo yang bertujuan mengenalkan profesi dan pentingnya pendidikan kepada anak usia sekolah dasar, terutama di sekolah marjinal.
ADVERTISEMENT
Kelas Inspirasi itu sendiri adalah gerakan para profesional turun ke Sekolah Dasar (SD) selama sehari, berbagi cerita dan pengalaman kerja juga motivasi meraih cita-cita. Cerita tersebut akan menjadi bibit untuk para siswa bermimpi dan merangsang tumbuhnya cita-cita tanpa batas pada diri mereka. Tujuan dari Kelas Inspirasi ini ada dua, yaitu menjadi wahana bagi sekolah dan siswa untuk belajar dari para profesional, serta agar para profesional, khususnya kelas menengah secara lebih luas, dapat belajar mengenai kenyataan dan fakta mengenai kondisi pendidikan kita (http://kelasinspirasi.org).
Kegiatan Kelas Inspirasi bukan sekedar hanya sekedar forum menyalurkan hobi tetapi merupakan solusi bagi para profesional Indonesia yang ingin berkontribusi dengan mengajar di lingkungannya. Bahkan kegiatan ini juga sudah diliput oleh media nasional baik elektronik, cetak maupun online.
ADVERTISEMENT
Rendy bercerita pada awalnya ia tidak sengaja melihat pengumuman mengenai kegiatan tersebut di media sosial, “Saya mencoba mendaftarkan diri dan diterima sebagai relawan pengajar.” Sesuai dengan tujuan dari kelas inspirasi, Rendy ‘bertugas’ sebagai relawan pengajar yang memaparkan profesi “Bea Cukai” sesuai dengan alam pikiran anak sekolah dasar.
Hal menarik dan menjadi tantangan tersendiri yaitu harus menggunakan pendekatan yang berbeda dengan pengenalan profesi kepada orang dewasa. Anak-anak cenderung dapat diajak berkomunikasi dengan permainan, role play, menonton video, dan gambar-gambar menarik. “Namun bila kita sudah berhasil menaklukan tantangan tersebut, malah kita akan ketagihan. Di kantor saya sekarang, KPU Bea Cukai Tanjung Priok, saya juga sudah sempat mengenalkan profesi “Bea Cukai” kepada siswa-siswi di SD Lazuardi, Cinere.”
ADVERTISEMENT
Kelas Inspirasi adalah awal mula pegawai Bea Cukai kelahiran Magelang, 15 Agustus aktif di dunia pendidikan anak. Setelah kegiatan pertama di Solo, Rendy sempat mengikuti kegiatan serupa di Yogyakarta, Tulungagung, Jakarta, Magelang, hingga Tangerang Selatan. Ada pula kegiatan Komunitas Inspirasi Jelajah Pulau (KIJP) yang sedang berfokus untuk menginspirasi tidak hanya siswa namun juga masyarakat di Kepulauan Seribu. Selain peduli akan pendidikan, KIJP juga memberikan transfer pengetahuan kepada masyarakat mulai dari ketrampilan membuat kerajinan hingga lokakarya wirausaha. Dunia kerelawanan telah membawanya ke berbagai pulau di Indonesia seperti Jawa-Bali-NTB-NTT-Kalimantan-Sulawesi.
“Untuk daerah yang paling jauh, saya pernah mengikuti kegiatan Rote Mengajar saat libur tugas belajar. Selama 18 hari, saya mengajar dan melakukan lokakarya kependidikan di berbagai tempat di Pulau Rote, Pulau Semau, mengunjungi para tentara di Pulau Ndana –pulau terselatan di Indonesia– , hingga belajar mengenai kewirausahaan sosial di Kupang. Sempat pula saya singgah di Kantor Bea Cukai Kupang yang berada di Pelabuhan Tenau dan menyaksikan Pos Bantu Bea Cukai di Rote yang sudah tidak aktif. Bahkan, jalan di tepi Pelabuhan Ba’a, Pulau Rote hingga kini masih menggunakan nama ‘Jalan Pabean’,” ujar Rendy dengan semangat.
ADVERTISEMENT
Bagi Rendy mengajar adalah kegiatan yang menyenangkan dan membuatnya semangat. Setiap mengajar seperti mendapatkan energi baru yang luar biasa dari antusiasme anak-anak. “Memang sedikit melelahkan, namun semua terbayar saat mereka tertawa senang dan merengek agar saya tidak pulang ke kampung halaman. Hal seperti itu yang tak dapat dibeli dengan nilai rupiah.”
Banyak pengalaman yang didapatkan Rendy selama menjadi relawan di Kelas Inspirasi diantaranya bahkan memberi kesan tersendiri baginya. “Salah satunya adalah, ada salah satu murid di SD Onatali bernama Robert yang menitipkan surat ketika saya hendak meninggalkan pulau Rote. Sebenarnya dia sudah merengek dan menangis ingin ikut mengantarkan, namun hari itu ia masuk sekolah hingga siang. Inilah surat, yang masih membuat saya terharu sampai sekarang saat membacanya ulang.”
ADVERTISEMENT
Sebagai pegawai institusi pemerintahan yang menuntut kecermatan dan kesigapan, Rendy harus bisa membagi waktu kerjanya dengan kegiatan di luar pekerjaannya. Untuk kegiatan yang membutuhkan waktu panjang, Rendy biasanya memanfaatkan libur saat tugas belajar. Namun saat tidak tugas belajar, ia mencari kegiatan yang dominan dilaksanakan di akhir pekan. Beruntung sekarang kegiatan Customs Goes to School juga sudah merambah ke tingkat Sekolah Dasar, sehingga pekerjaan dan aktivitas mengajar malah bisa bersinergi.
“Sebagai pegawai Bea Cukai saya percaya setiap bagian dalam tubuh DJBC memiliki fungsi khusus. Kita dapat fokus dan berkarya sesuai dengan bidang yang kita kuasai. Dengan begitu, apapun yang kita lakukan di dalam maupun di luar kantor dapat membawa nama baik institusi.”
ADVERTISEMENT
Bermottokan Khairunnaas anfa’uhum linnaas; sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya, Rendy ingin terus berkarya di dunia pendidikan. “Saya rasa perjalanan dan pendidikan sudah mendarah daging dalam diri saya, saat saya sudah tak mampu melangkah lagi mungkin saat itu saya baru akan berhenti.”
Rendy memiliki harapan terhadap dunia pendidikan di Indonesia bahwa setiap anak Indonesia mempunyai akses yang layak terhadap pendidikan. Setiap warga negara punya kesempatan untuk menjadi terpelajar dan mempunyai lebih banyak pilihan dan kesempatan dalam hidup.
Saat ini Rendy bertugas di Kantor Bea Cukai Tanjung Priok sebagai Seksi Bimbingan Kepatuhan 4, Bidang Bimbingan Kepatuhan dan Layanan Informasi. Pria lulusan STAN ini juga aktif dalam CLiF (Customs Literacy Forum), menjadi ketua komunitas belajar gratis TEBAR ILMU (@ngumbel_).
ADVERTISEMENT
Selain hobi mengajar, Rendy juga hobi traveling dan menulis. Bahkan di sela menempuh ilmu di Universitas Indonesia yang sedang dilakoninya, ia juga menulis buku. Sudah ada beberapa buku yang pernah ia tulis bersama rekan-rekannya, Simfoni Mimpi Anak Negeri (bersama rekan STAN) dan Derap Pengabdian (bersama rekan Bea Cukai).
Rendy juga pernah mengikuti berbagai diklat baik formal sesuai bidang pekerjaan maupun informal. Ia pernah mengikuti Customs Administrative and Management Training di Korea Selatan hingga bergabung dengan Akademi Menulis 5 Menara bersama A. Fuadi selama enam bulan.
Sampai saat ini Rendy belum menginjakkan kakinya di tanah Papua. Bila diberi kesempatan ia ingin menyusul rekannya yang semenjak lulus kuliah sudah membuka beberapa SD di Lanny Jaya. "Ya ingin sekali, satu atau dua minggu berbagi inspirasi di Lanny Jaya, sekaligus mengajarkan Tata Upacara Bendera dan 17an di sana," begitu jawabnya saat ditanya tempat yang ingin ia sambangi lagi.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya berbagi pengalamannya dengan anak-anak daerah, Rendy juga berbagi cerita melalui blognya di http://padmanaba.info/ sedangkan bagi yang ingin berkomunikasi lebih lanjut bisa melalui surel [email protected] dan twitter @rendypadmanaba.
Caption Photo:
1. ‘wefie’ bersama anak-anak. Terlihat dari foto wajah ceria anak-anak diajak berfoto ‘selfie’ seusai acara Rote Mengajar.
2. Instagram cita-cita. Mengambil bentuk dari salah satu sosmed, siswa SD Negeri Kelapa 01 Pagi diminta untuk menggambar dan digantungkan agar selalu diingat.
3. Kelas Inspirasi. Relawan memutar otak bagaimana agar anak-anak bisa memahami apa yang relawan sampaikan.
4. Menonton video. Siswa-siswi SD Pulau Semau, NTT diperlihatkan video profil Bea Cukai
5. Rendy Satya Padmanaba. “Perjalanan dan pendidikan sudah mendarah daging dalam diri saya, saat saya sudah tak mampu melangkah lagi mungkin saat itu saya baru akan berhenti”
ADVERTISEMENT