Segala yang Memabukkan itu Tidak Baik, Termasuk Statistik Sepak Bola

19 Oktober 2018 10:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Manajer Burnley, Sean Dyche. (Foto: Reuters/Paul Childs)
zoom-in-whitePerbesar
Manajer Burnley, Sean Dyche. (Foto: Reuters/Paul Childs)
ADVERTISEMENT
Statistik, bagi Sean Dyche, tak ada bedanya dengan anggur, wiski, ataupun minuman-minuman keras lainnya. Semua itu, pada hakikatnya, punya efek samping yang sama. Yakni, sama-sama memabukkan.
ADVERTISEMENT
Walau demikian, Dyche tidak sampai menyebut bahwa statistik merupakan barang haram. Pelatih Burnley itu cuma ingin agar orang-orang tidak terlalu terobsesi padanya.
Sabtu (20/10/2018) malam WIB, Burnley akan bertandang ke Etihad Stadium, kandang Manchester City. Menghadapi laga ini, Dyche mengutarakan optimismenya dengan cara yang tak biasa. Pelatih berambut merah itu bertekad untuk mengulangi apa yang diperbuat Timnas Inggris kala menghadapi Spanyol di Estadio Benito Vilamarin, Selasa (16/10) dini hari WIB silam.
Pada pertandingan tersebut, jika statistik dijadikan patokan, seharusnya Inggris tidak akan bisa menang menghadapi tuan rumah. Penguasaan bola mereka cuma 26 persen, upaya mencetak gol mereka cuma 5 (berbanding 24 milik Spanyol), jumlah umpan mereka (283) kalah telak dari Spanyol (749), dan bahkan, Inggris sama sekali tak mendapatkan sepak pojok.
ADVERTISEMENT
Namun, papan skor berkata lain. Inggris menang 3-2 pada pertandingan itu. Tiga gol yang dicetak The Three Lions itu kesemuanya dicetak pada babak pertama melalui tiga tembakan yang mereka lepaskan ke gawang David de Gea. Raheem Sterling mencetak dua gol, satu gol lain dicetak Marcus Rashford.
"Apakah kita bermain cantik? Tidak. Apakah kita menang? Well, British Bulldog, kita menang, jadi ayolah. Di dalam hati, semua fans sepak bola pasti ingin timnya menang. Kalian bisa ngomong sampai sapi-sapi balik ke rumah, tetapi keinginan fans itu tidak akan berubah," kata Dyche dalam konferensi pers prapertandingan seperti dikutip dari Reuters.
"Secara statistik, kita dihajar, bos. Tapi, kita tetap menang. Aku betul-betul bahagia. Kita baru saja mengalahkan Spanyol. Enggak ada, tuh, yang bilang, 'Oh, kita enggak pegang bola terlalu sering' atau 'Umpan kita sedikit banget, nih'. Enggak ada yang bilang begitu."
ADVERTISEMENT
"Aku tahu, kok, statistiknya seperti apa, dan nyatanya kita tetap dipuji, 'kan? Permainan kita kemarin betul-betul luar biasa. Cara kita menang kemarin itu memang berbeda. Kita menang lewat organisasi permainan, lewat serangan balik, dan dengan menendang bola lebih dari 10 yard. Kita sering melakukan itu, lho, kemarin, dan semua orang bahagia," sambung Dyche.
Faktanya, Burnley saat ini adalah tim dengan penguasaan bola rata-rata terendah kelima di Premier League. Berdasarkan data dari WhoScored, di tiap laganya The Clarets cuma mampu menguasai bola sampai 45,6 persen. Hanya Watford, Brighton and Hove Albion, Cardiff City, dan Newcastle United yang punya catatan lebih rendah.
Sebaliknya, City adalah jagonya dalam urusan mensirkulasi bola dari kaki ke kaki. Sampai sekarang mereka masih jadi tim dengan rata-rata penguasaan bola tertinggi, 65,3 persen. Di bawah mereka ada Chelsea yang menguntit dengan rata-rata tak jauh berbeda, 62,7 persen.
ADVERTISEMENT
Reaksi Eric Dier usai menekel Sergio Ramos saat Inggris berhadapan dengan Spanyol di ajang UEFA Nations League. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Reaksi Eric Dier usai menekel Sergio Ramos saat Inggris berhadapan dengan Spanyol di ajang UEFA Nations League. (Foto: Reuters/Carl Recine)
Namun, Burnley sendiri sudah punya pengalaman manis manakala menghadapi tim yang begitu dominan dalam penguasaan bola. Musim lalu, mereka menang 2-0 atas Liverpool. Padahal, kala itu anak-anak asuh Juergen Klopp sanggup mencatatkan penguasaan bola sampai 80 persen. Semangat inilah yang ingin ditebar kembali oleh Dyche jelang laga menghadapi City.
"Di lubuk hati yang terdalam kita semua pengin menang. Selama ini, orang-orang sudah dimabukkan dengan kegilaan-kegilaan soal 'menang dengan cara yang benar'. Kuberi tahu, ya, orang-orang itu cuma ingin melihat gol. Titik. Kalau kebetulan prosesnya cantik, ya, itu bonus," ujar pria 47 tahun tersebut.
"Kami di Burnley memainkan sepak bola yang berbeda. Kami tidak asal bermain. Kami bermain dengan umpan panjang di belakang bek lawan dan itu membutuhkan kecepatan. Di manakah tempat terbaik untuk menggunakan kecepatan? Ya, di belakang empat bek lawan."
ADVERTISEMENT
"Ada tim yang bermain bagus, tetapi hancur secara statistik. Itulah kenapa, kita semua enggak boleh mabuk statistik. Kalian boleh saja menang lewat permainan yang indah, tetapi kalau kalian menang dengan cara biasa saja, ya, enggak masalah juga," tutup Dyche.
Musim lalu, dengan gaya bermain yang sama persis dengan musim ini, Burnley sukses finis di urutan tujuh klasemen. Mereka pun akhirnya berhak lolos ke Kualifikasi Liga Europa. Akan tetapi, prestasi Chris Wood dkk. musim ini belum terlalu bagus. Saat ini, mereka masih tertahan di peringkat 12 dengan koleksi 8 poin.