news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Self Reminder, Sebuah Catatan Tentang Arti Kemerdekaan Saat Ini

Muhammad Nur
Dosen, peneliti, dan inovator ITS Surabaya
Konten dari Pengguna
5 September 2017 22:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Nur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai pengingat kita semua sebagai alumni dan calon alumni PTN, khususnya Mesin ITS. Kita semua dulu saat kuliah telah (dengan sadar atau tidak sadar) berjanji untuk memajukan dan memberikan manfaat bagi rakyat Indonesia. Begitupun rakyat Indonesia, secara sadar atau tidak sadar telah rela membantu kita di dalam menempuh studi di Teknik Mesin ITS. Rakyat Indonesia telah rela untuk membiayai sebagian kebutuhan kuliah kita lewat dana APBN. Jika dihitung dengan uang sekarang jumlah subsidi yang diberikan rakyat kepada kita semua mencapai 5 juta per mahasiswa per semester. Jadi kita semua telah memakan dana dan keringat rakyat Indonesia. Pertanyaanya rakyat Indonesia yang mana yang memberikan subsidi? Bukan rakyat yang kaya yang kerjaanya memanipulasi pajak tetapi rakyat miskin yang setiap saat harus membayar pajak dengan taat karena mereka tidak mengerti caranya memanipulasi pajak.
ADVERTISEMENT
Rakyat ini tidak meminta apapun dari kita saat kita sudah bekerja. Mereka hanya berharap bahwa kita ingat dengan mereka. Mereka hanya berharap kalau kita lulus kita bisa mengangkat kehidupan dan derajat mereka. Mereka hanya berharap dengan semakin banyaknya sarjana teknik, kehidupan mereka akan lebih baik. Untuk itu saya sering mengatakan kepada mahasiswa di kelas, jika kamu tidak mau belajar dengan baik dan semaunya sendiri dalam menuntut ilmu maka sebenarnya darahmu halal untuk ditumpahkan oleh rakyat Indonesia, karena kamu telah memakan uang mereka tetapi kamu bertindak semaunya sendiri.
Mahasiswa yang kuliah di PTN terbaik di Indonesia jumlahnya tidak lebih dari 1% dari jumlah penduduk. Artinya komunitas atau populasi anda sangat elit, seperti elitnya pasukan TNI. Kita semua adalah Pasukan Elit Rakyat Indonesia di bidang Teknik Mesin. Mestinya kita bertindak seperti pasukan elit yang selalu berada di garis depan untuk menjaga kedaulatan bangsa. Untuk case kita mestinya kita harus selalu di garis depan untuk menjaga kedaulatan teknik mesin di Indonesia. Itulah tugas dan konsekuensi kita semua yang telah dibiayai sekolahnya dari uang rakyat.
ADVERTISEMENT
Kalau kita bercermin saat ini, sudahkah kita sebagai bangsa berdaulat di bidang keteknikmesina n? saya rasa jawabnya adalah tidak. Lihatlah di sekeliling kita, Indonesia masih sangat tergantung dan bertekuk lutut terhadap orang atau produk teknologi dari luar negeri. Coba kalau dihitung berapa uang kita yang lari ke luar Indonesia akibat kita tidak berdaulat di bidang teknik mesin? jika kita mampu berdaulat di bidang teknik mesin, berapa uang rakyat Indonesia yang akan tetap berada di Indonesia perputarannya?
Mobil, Motor, Pembangkit Listrik, Kilang, eksplorasi sumber daya alam, semuanya masih menggunakan teknologi luar. Dan kita harus membayar sangat mahal untuk menggunakan peralatan-peralatan tersebut. Bayangkan jika semua peralatan tadi direkayasa dan dibuat di Indonesia, berapa banyak uang rupiah yang akan tetap berada di Indonesia?
ADVERTISEMENT
Untuk itu, saya sangat miris dan bersedih jika pada akhirnya para pasukan elit di bidang teknik mesin hanya mau memikirkan diri sendiri. Ingatlah kita memiliki tanggung jawab dan hutang yang besar kepada rakyat Indonesia. Maju atau tidaknya Indonesia di bidang teknik mesin dan engineering secara umum terletak pada pundak para pasukan elit yang telah dididik di ITS, ITB, UGM, UI dan perguruan tinggi negeri lainnya.
Ayo kita semua berbuat sesuatu untuk bangsa ini, jangan hanya memikirkan diri sendiri. Ada ratusan Juta rakyat Indonesia menantikan kiprah dan menunggu majunya dan berdaulatnya Indonesia di segala bidang termasuk di bidang teknik mesin.
Mungkin menarik untuk diingat kembali pesan Panglima Besar Sudirman seperti berikut ini dan menurut saya relevan untuk kita semua bukan hanya untuk prajurit TNI tetapi untuk semua "prajurit" Indonesia di segala bidang:
1. Percaya pada diri sendiri
ADVERTISEMENT
2. Teruskan perjuangan kita
3. Pertahankan Rumah dan Pekarangan kita
4. Tentara kita jangan sampai mengenal kata menyerah kepada siapapun juga yang ingin menjajah dan menindas kita kembali.
5. Ingat bahwa prajurit Indonesia bukan prajurit sewaan dan bukan prajurit yang menjual tenaganya karena hendak merebut sesuap nasi
6. Satu satunya hak milik nasional republik yang masih tetap utuh tidak berubah ubah meskipun menghadapi segala macam soal dan perubahan adalah angkatan perang republik Indonesia.
Kalimat diatas ditulis dalam prasasti di kota surabaya di bawah patung jenderal soedirman di jalan Yos Sudarso, didepan kantor walikota surabaya. Kalimat tadi diungkapkan oleh soedirman saat negara kita sedang berperang merebut kemerdekaan sampai tahap awal kemerdekaan bangsa.
Jika direfleksikan saat ini maka, bentuk penjajahan atas Indonesia berupa ketidakmampuan bangsa ini untuk mandiri dan berdiri diatas kaki sendiri seperti yang diilustrasikan diatas. Hampir semua produk merupakan milik bangsa asing. Kita harus membayar mahal untuk semuanya. Devisa kita habis untuk membeli barang barang tersebut. Kalau dulu kita masih dibantu dengan adanya sumber daya alam yang bisa dijual ke luar negeri. Sekarang kita harus bekerja lebih keras agar pajak yang diterima negara cukup untuk membayar semuanya termasuk membayar utang negara yang jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun. Untuk itulah perlu kesadaran bersama bahwa bangsa Indonesia harus berjuang untuk mandiri di semua bidang sehingga bangsa ini dapat menjadi bangsa yang bermartabat. Saatnya "prajurit-prajurit" Indonesia di semua bidang melihat kembali dan mengadopsi semangat para pahlawan yang rela untuk gugur demi melihat bangsa dan anak cucu mereka dapat merdeka dari penjajahan atau kalau saat ini pengaruh dari bangsa lain.
ADVERTISEMENT
Saat para insinyur dan mahasiswa teknik di Indonesia mengatakan bahwa Indonesia Bisa Merdeka dan tidak tergantung dengan negara lain.
Salam dari bumi perjuangan kampus Sukolilo.