Spanduk 'Filipina Provinsi di China' Muncul secara Misterius di Manila

12 Juli 2018 16:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Banner bertuliskan "Selamat datang di Filipina, Provinsi Cina" (Foto: Reuters/Erik De Castro)
zoom-in-whitePerbesar
Banner bertuliskan "Selamat datang di Filipina, Provinsi Cina" (Foto: Reuters/Erik De Castro)
ADVERTISEMENT
Spanduk kontroversial bertuliskan 'Selamat Datang di Filipina Provinsi di China' muncul secara misterius di lima jembatan penyeberangan di ibu kota Manila. Penampakan spanduk tersebut memicu kemarahan warganet Filipina.
ADVERTISEMENT
Spanduk itu terpampang tepat di saat peringatan dua tahun kemenangan Filipina di pengadilan arbitrase atas gugatan terhadap China terkait sengketa Laut China Selatan.
Hingga kini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas pemasangan spanduk berbahasa China dan Inggris itu. Saat ini, spanduk kontrovesial tersebut telah dicabut oleh berwajib di Manila.
Banner bertuliskan "Selamat datang di Filipina, Provinsi Cina" (Foto: Reuters/Erik De Castro)
zoom-in-whitePerbesar
Banner bertuliskan "Selamat datang di Filipina, Provinsi Cina" (Foto: Reuters/Erik De Castro)
Mantan Ketua Pengacara Filipina di Pengadilan Arbitrasi Florin Hilbay mengaku geram dengan munculnya spanduk kontroversial di beberapa sudut Manila.
"Tidak lucu," ujar Hilbay dalam facebooknya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (12/7).
Selain Hilbay, beberapa netizen menyebut spanduk itu adalah bentuk protes terhadap sikap Pemerintah Filipina yang tak tegas terhadap China terutama di Laut China Selatan meski sudah menang pengadilan arbitrase.
ADVERTISEMENT
"Ini berlebihan, tapi negara saat ini sudah dijual," ujar seorang warganet Filipina.
Banner bertuliskan "Selamat datang di Filipina, Provinsi Cina" (Foto: Reuters/Erik De Castro)
zoom-in-whitePerbesar
Banner bertuliskan "Selamat datang di Filipina, Provinsi Cina" (Foto: Reuters/Erik De Castro)
Juru bicara Presiden Filipina Harry Roque mengatakan spanduk itu adalah sesuatu yang absurd. Dia yakin, pelaku pemasangan dan pembuatan spanduk merupakan musuh politik pemerintah.
Sampai saat ini, Kementerian Luar Negeri China belum memberi komentar soal spanduk di Manila itu.
Pada dua tahun lalu pengadilan arbitrase memutuskan China tidak memiliki keterikatan sejarah di China Selatan. Oleh karenanya, China divonis telah melanggar kedaulatan Filipina di Laut China Selatan dengan tindakan mereka melarang nelayan Filipina melaut serta membangun pulau bulatan.
Setelah menang di pengadilan, Filipina di bawah pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte nyatanya mengambil kebijakan luar negeri berbeda dari perkiraan sebelumnya. Manila malah memilih untuk mendekat ke China.
ADVERTISEMENT
Duterte bahkan menerima pinjaman serta menginginkan memperkuat investasi serta perdagangan dengan China. Berulang kali, pujian disampaikan Duterte kepada Presiden China Xi Jingping.
Pada Febuari lalu, Duterte mengeluarkan candaan yang menyulut amarah warga negaranya sendiri setelah menawarkan Filipina untuk menjadi salah satu provinsi di China.