Squline, Aplikasi Kursus Bahasa Asing dengan Jadwal Fleksibel

17 Februari 2018 14:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim Squline (Foto: Aditya Panji/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tim Squline (Foto: Aditya Panji/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kehadiran komputer, smartphone, dan Internet, telah membuat sistem belajar-mengajar bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.
ADVERTISEMENT
Perubahan besar di abad 21 ini dimanfaatkan oleh sekolompok anak muda Jakarta untuk menyelenggarakan kursus bahasa asing lewat saluran video call berbasis Internet, yang semua itu disajikan dalam sebuah layanan Squline.
Squline bermula pada tahun 2013 silam, ketika dua pemuda bernama Tomy Yunus Tjen dan Yohan Limerta sedang berada di China dan banyak permintaan dari teman-temannya di Indonesia yang ingin belajar bahasa China. Yohan Limerta, yang kini menjabat sebagai CTO Squline, berkisah awal mula berdirinya Squline adalah untuk mempertemukan siswa yang ingin belajar bahasa Mandarin dengan guru di China yang mahir bahasa tersebut.
Permintaan tersebut membuat mereka menyediakan jasa penghubung antara murid yang hendak belajar bahasa China atau Indonesia, dengan guru bahasa yang ahli di bidang tersebut.
ADVERTISEMENT
Semakin ke sini, permintaan atas hal tersebut semakin besar, dan dari situ pula Tomy dan Yohan memandang ini sebagai sebuah kesempatan bisnis besar.
Tim Squline (Foto: Aditya Panji/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tim Squline (Foto: Aditya Panji/kumparan)
Ketika sudah berada di Jakarta, keduanya meneruskan bisnis ini dengan basis layanan situs web, hingga akhirnya aplikasi Squline untuk Android dirilis untuk publik di tahun 2016. Aplikasi Squline di situs web dan untuk smartphone dirancang guna menampung informasi dasar terkait materi belajar, profil guru, dan di situ juga dan pengguna bisa mengatur tanggal serta jam belajar bahasa.
Sekarang ini Squline telah menyediakan kursus bahasa Inggris, Mandarin, dan Jepang. Tiga bahasa asing ini memang paling banyak dipelajari oleh publik Indonesia, terlebih ketika ada Masyarakat Ekonomi Asia (MEA).
Yohan menyadari, ada potensi yang bisa dimanfaatkan, mengingat banyak orang yang kini memiliki kesibukan dan sulit mengikuti kursus bahasa asing secara tatap muka.
ADVERTISEMENT
"Program belajar di Squline ada beragam, tergantung kebutuhan. Ada yang satu level itu enam bulan. Pengguna bebas memiilih frekuensi belajar. Misalnya, seminggu dua atau tiga kali belajar," ujar Yohan.
Sejauh ini, Squline sudah memiliki 3.000 pengguna berbayar, yang memanfaatkan aplikasinya untuk belajar bahasa asing secara online.
Kursus bahasa asing di mana saja
Untuk mengikuti 'kursus bahasa asing' di Squline, tersedia berbagai program yang biayanya juga beragam menyesuaikan program masing-masing. Untuk belajar bahasa Inggris misalnya, biayanya mulai dari Rp 590 ribu untuk belajar sehari sekali dalam enam bulan saat jam kerja, mulai pukul 8 pagi sampai 10 malam.
"Ada yang Rp 1,2 juta untuk yang sehari tiga kali selama enam bulan. Lalu, short course Rp 690 ribu per bulan untuk delapan kali pertemuan," papar Yohan.
ADVERTISEMENT
Jangan risau dengan jumlah guru di Squline, karena jumlahnya sekarang terbilang sudah cukup banyak, yaitu ada 120 guru. Squline menjalin kerja sama dengan sejumlah institusi pendidikan, seperti Beijing Language Culture College, hingga Universitas Atmajaya untuk mitra kurikulum bahasa Inggris di Squline.
Ide cemerlang yang mempermudah masyarakat dalam mempelajari bahasa asing ini membuat Squline berhasil menjadi salah satu pemenang kompetisi startup The NextDev Competition 2017 yang diselenggarakan oleh Telkomsel. Manfaat kehadiran Squline untuk masyarakat menjadi salah satu alasan juga kenapa mereka terpilih menjadi pemenang.
Para pendiri startup pemenang The NextDev 2017. (Foto: Aditya Panji/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Para pendiri startup pemenang The NextDev 2017. (Foto: Aditya Panji/kumparan)
Untuk mengembangkan kemampuannya, Telkomsel memboyong para pendiri Squline ke Silicon Valley, Amerika Serikat, yang merupakan 'kampung startup' besar populer. Squline akan 'berguru' ke sejumlah lokasi edukatif, seperti Equally dan Art in Action.
ADVERTISEMENT
Tak hanya ingin bahasa asing, tapi juga edukasi lain
Operasional Squline yang kini diperkuat 16 karyawan, mendapatkan dukungan dana pada 2014 lalu lewat proses seed funding, kemudian mereka mendapatkan pre-series A tahun 2016 oleh angel investor.
Sejak pertengahan tahun 2017 lalu, Squline juga sudah membuka putaran pendanaan yang sampai sekarang berjalan untuk investasi tahap terbaru.
Deretan pemenang The NextDev 2017 di San Fransisco (Foto: Aditya Panji/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Deretan pemenang The NextDev 2017 di San Fransisco (Foto: Aditya Panji/kumparan)
Saat ini, aplikasi Squline memang baru tersedia di perangkat Android, tapi Yohan menjanjikan pada kuartal ketiga 2018 bakal diluncurkan untuk perangkat iOS. Bahkan, bahasa yang diajarkan pun nantinya akan diperluas lagi hingga bahasa Arab dan bahasa Indonesia.
Sebagai aplikasi yang menyediakan layanan berbayar, maka Squline juga menerapkan sistem pembayaran di dalam aplikasinya, yang diungkap Yohan bermitra dengan perusahaan fintech Midtrans.
ADVERTISEMENT
Dengan begitu, pengguna bisa membayar menggunakan sejumlah saluran, seperti transfer bank, internet banking, dan kartu kredit.
Salah satu rencana Squline ke depan yang sudah dimantapkan sejak sekarang, yaitu tak hanya menyediakan layanan belajar bahasa asing, tapi juga platform untuk belajar hal apa pun sampai dengan training.
"Ke depannya, Squline mau jadi platform untuk training dan belajar apapun, bukan hanya bahasa. Bisa jadi untuk platform belajar menulis dan desain," ungkap Yohan, menutup pembicaraan.
Startup Squline. (Foto:  Lidwina Win Hadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Startup Squline. (Foto: Lidwina Win Hadi/kumparan)