Usai Tsunami Palu, Ada yang Jual BBM Rp 100 Ribu per Botol Air Mineral

30 September 2018 13:54 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga membawa BBM di SPBU, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9). Gempa dan tsunami yang melanda wilayah Palu mengakibatkan kesulitan BBM. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
zoom-in-whitePerbesar
Warga membawa BBM di SPBU, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9). Gempa dan tsunami yang melanda wilayah Palu mengakibatkan kesulitan BBM. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
ADVERTISEMENT
Kondisi kota Palu dan Kabupaten Donggala menjadi tak menentu seusai tsunami dan gempa berkekuatan 7,4 magnitudo yang menerjang pada Jumat (28/9) lalu. Warga mulai panik, mereka pergi ke perbukitan dan tempat yang lebih tinggi untuk menyelamatkan diri.
ADVERTISEMENT
Kondisi lalu lintas pun menjadi semrawut, macet pun tak terhindarkan. Mobil dan motor tertahan di jalan raya karena mogok kehabisan bahan bakar. Warga pun berebut bahan bakar di beberapa SPBU di Kota Palu. Bahkan, harga bahan bakar minyak (BBM ) di sana saat kondisi kota Palu porak poranda melambung tinggi.
"Kondisi kota Palu saat ini sudah parah banyak warga yang panik, mengungsi ke daerah pegunungan, mobil-mobil berhenti di tengah jalan, karena mati. Kondisinya menjadi lebih ruwet," kata relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Nimas, saat berbincang-bincang dengan kumparan, Minggu (30/9).
Warga mengantre BBM di SPBU, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9). Gempa dan tsunami yang melanda wilayah Palu mengakibatkan kesulitan BBM. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
zoom-in-whitePerbesar
Warga mengantre BBM di SPBU, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9). Gempa dan tsunami yang melanda wilayah Palu mengakibatkan kesulitan BBM. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
"Warga berebut BBM di SPBU. Bahkan saya sempat ditawari bensin Rp 100 ribu untuk satu botol air minum mineral (800 ml)," terang Nimas.
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut diperparah dengan sambungan listrik padam dan krisis air bersih.
"Air mulai krisis, sebenarnya semalem sudah menemukan bagaimana caranya pakai genset, tapi kan kalau pakai genset butuh bahan bakar, bahan bakar sudah mulai menipis, air krisis kebutuhan makanan menipis sudah mulau menipis," kata Nimas.