Masjid Kisas, Masjid Sederhana di Tepi Laguna

Media Center Haji
Kumpulan berita penyelenggaraan ibadah haji, khususnya hasil karya Tim Media Center Haji
Konten dari Pengguna
18 September 2017 15:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Media Center Haji tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Masjid Kisas, Masjid Sederhana di Tepi Laguna
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Jeddah (MCH) --- Lalu-lalang kendaraan di Jalan Madinah al-Munawwarah Kota Jeddah masih ramai, menjelang Maghrib sore itu. Di seputar kawasan Masjid Juffali beberapa kendaraan terparkir rapi. Di pinggir laguna, di samping masjid, sejumlah warga lokal nampak menikmati pemandangan.
ADVERTISEMENT
Mereka duduk-duduk di tepi pantai, mencicipi makanan ringan sembari menatap kejernihan air laut yang kontras dengan gedung-gedung megah di seberang laguna. Sore atau malam hari memang selalu menawarkan sensasi berbeda di kawasan elite Jazirah Arabia. Apalagi di musim panas seperti ini. Dan laguna atau pantai menjadi tempat favorit melepas penat.
Jika tepian pantai dilengkapi bangunan masjid, maka lengkap sudah ‘kesempurnaannya’ sebagai tempat wisata. Masjid itu pasti akan ramai dikunjungi orang. Sudah tradisi di berbagai kawasan Arab Saudi, panggilan azan akan selalu memutus sejenak segala bentuk aktivitas warga. Walau asyik dibuai indahnya tamasya, mereka bakal beranjak ke masjid begitu mendengar azan.
Masjid berdesain sederhana namun elegan ini berhadapan dengan kantor Departemen Luar Negeri Arab Saudi yang terletak di seberang jalan. Dipisahkan Jalan Madinah Al-Munawwarah. Masjid indah ini lebih dikenal dengan sebutan Masjid Kisas, karena kerap digunakan sebagai tempat eksekusi para pelanggar hukum yang menerima vonis hukuman kisas.
ADVERTISEMENT
Tempat kisas ini hanya berupa bangunan terbuka tanpa tembok, berukuran sekitar 20 meter persegi. Satu area dengan tempat parkir kendaraan. Bangunan berlantai keramik yang terletak di halaman masjid bagian belakang itu hanya didominasi empat tiang penyangga dan atap. Tak ada pernik lain yang menempel. Tak nampak pula kesan seram sebagai tempat eksekusi.
Sebagaimana masjid-masjid bersejarah lain di seputar Kota Jeddah, masjid ini juga ramai dikunjungi peziarah atau jemaah haji. Sore itu misalnya, terlihat empat unit bus memasuki halaman parkir masjid, beberapa saat setelah kumandang azan Maghrib. Dari model pakaian dan kopiah yang bertengger di kepala penumpang pria, jelas bahwa mereka adalah jemaah haji Indonesia. Ternyata mereka adalah rombongan jemaah kloter 71 Embarkasi Surabaya (SUB 72).
Masjid Kisas, Masjid Sederhana di Tepi Laguna (1)
zoom-in-whitePerbesar
Ruang wudu Masjid Kisas terbilang bersih dan mewah, seperti halnya masjid-masjid besar di Kota Suci. Di ruang utama, karpet tebal nan empuk terhampar menutupi seluruh lantai tempat shalat. Tiang-tiang besar nampak kokoh menyangga bangunan. Sekeliling dinding dihiasi kaligrafi-kaligrafi indah, cuplikan beberapa surat dalam Alquran.
ADVERTISEMENT
Melongok ke atas, sejumlah lampu kristal menggantung di atap. Seolah membentuk harmoni simetris dengan tiang yang berwarna putih. Nuansa ibadah di masjid ini kian membuat ekstase karena didukung suhu ruangan yang begitu dingin.
Keanggunan interior dan kesejukan udara yang ditopang tata cahaya nan redup merupakan satu keunggulan masjid ini. Intensitas cahaya yang memancar dari lampu-lampu di seluruh ruangan sepertinya sengaja diatur agar tak menyilaukan mata jemaah. Dengan begitu, orang yang shalat (mushalli) diharapkan dapat menyerap aura masjid ini dengan ketundukan mendalam.
“Kami senang dapat mengunjungi dua masjid bersejarah di Kota Jeddah,” tutur Sutikno, jemaah haji Kloter SUB 72, saat ditemui usai shalat. Jemaah haji dari Surabaya, Jawa Timur ini sebelumnya telah mengunjungi Masjid Ar-Rahmah atau Masjid Terapung di tepi Laut Merah.
Masjid Kisas, Masjid Sederhana di Tepi Laguna (2)
zoom-in-whitePerbesar
Lawatan Sutikno dan rombongannya dikoordinasi oleh sebuah Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). Masing-masing jemaah membayar sebesar SAR 60 sebagai ongkos keliling Jeddah. Namun, kata dia, tak semua jemaah Kloter SUB 72 ikut rihlah. “Yang ikut hanya yang tergabung dalam KBIH saja,” ia menambahkan.
ADVERTISEMENT
Dapat mendirikan shalat berjamaah di Masjid Kisas merupakan kebanggaan tersendiri bagi Sutikno dan kawan-kawan. Maklum tak semua jemaah haji mendapatkan kesempatan mengunjungi masjid ini, dengan beragam alasan yang melatarinya.
Walau bernama kisas (qishash), yang secara harfiah berarti ‘pembalasan’, aura kesumat tak terasa di sini. Justru sebaliknya, masjid ini menebarkan energi positif yang memancar dari tiap sudut interior bangunan.
“Masjid ini tak seangker sebutannya,” ujar Muhammad Jum’an, warga Jeddah yang rutin shalat berjamaah di Masjid Kisas. “Apalagi dalam setahun ini tak ada kisas di sini.”
Sebagai warga setempat, Jum'an mengaku bangga dengan keberadaan Masjid Juffali, yang kerap dikunjungi jemaah haji dan umrah. Secara khusus ia melempar pujian pada jemaah haji Indonesia, yang menurutnya, santun dan ramah. “Selalu senang berjumpa dengan jemaah haji Indonesia,” sanjungnya.
ADVERTISEMENT
Pria paruh baya ini bersyukur ada warga kaya Saudi yang membangun masjid sedemikian megah. Memang, kata Jum’an, banyak orang kaya di Saudi, namun tak semua mau membangun masjid.
“Padahal, orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Salah satu bentuk ketakwaan adalah membangun masjid, oleh mereka yang diberi kelimpahan harta benda,” paparnya seraya menyitir satu ayat Alquran.
Masjid Juffali atau Masjid Kisas resmi berdiri pada 1986. Sang arsitek, Abdul Wahid al-Wakil, sengaja mendesain masjid ini dengan ‘sentuhan' lokal. Menyesuaikan keberadaannya yang tak jauh dari Kota Tua Jeddah.
Desain nan sederhana namun elegan sengaja ditonjolkan untuk menegaskan karakteristiknya yang melebur dengan area sekitar. Justru berkat kesederhanaan itulah masjid ini masuk dalam nominasi penerima Aga Khan Award; penghargaan bergengsi di bidang arsitektur.
ADVERTISEMENT
Masjid yang dapat menampung 1.000-an jemaah ini didirikan oleh keluarga Ibrahim al-Juffali, satu keluarga kaya di Arab Saudi. Nama keluarga yang dijadikan nama grup perusahaan ini termasuk jajaran elite taipan Timur Tengah.
Usaha keluarga Juffali terentang dari bisnis energi, minyak, kelistrikan, konstruksi, telekomunikasi, manufaktur, hingga televisi. Selain itu, Juffali juga bekerjasama dengan sejumlah perusahaan internasional macam Daimler AG, Bosch, Dow Chemical, Fluor Corp, Carrier, DuPont, Ericsson, IBM, dan lain-lain.
Satu warisan keluarga Juffali—yang hingga kini terasa manfaatnya—adalah Masjid Kisas. Masjid sederhana nan elegan di tepi laguna. (khoirul akhmad)
Sumber : https://kemenag.go.id/berita/read/505668/masjid-kisas--masjid-sederhana-di-tepi-laguna