Rapor Buruk Lorenzo di Musim 2017 Berujung Ultimatum Ducati

5 Desember 2017 20:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jorge Lorenzo terpuruk di musim 2017. (Foto: AFP/Jose Jordan)
zoom-in-whitePerbesar
Jorge Lorenzo terpuruk di musim 2017. (Foto: AFP/Jose Jordan)
ADVERTISEMENT
Bersama Yamaha, Jorge Lorenzo sukses menggapai prestasi gemilang di kelas MotoGP. Dimulai ketika ia bergabung pada 2008 silam, pebalap asal Spanyol itu sukses merengkuh gelar juara dunia kelas premier pertamanya pada tahun 2010.
ADVERTISEMENT
Dua tahun berselang, Lorenzo meraih gelar juara keduanya dan pada 2015 lalu, dirinya berhasil merengkuh gelar juara dunia MotoGP ketiganya. Semua gelar itu ia dapatkan ketika berseragam tim Yamaha (Fiat Yamaha, Yamaha Racing, dan Movistar Yamaha).
Jalan hidup kemudian membawa Lorenzo berpindah tim dan menyeberang ke Ducati pada 2017. Sementara, Yamaha sendiri lebih memilih mempertahankan Valentino Rossi dan merekrut pebalap muda, Maverick Vinales, dari Suzuki. Mulai dari situ, tantangan baru menghampiri Lorenzo.
Dimulailah perjalanan baru Lorenzo bersama Ducati di musim 2017 pada seri pembuka di Qatar. Namun, hasil balapan perdana Lorenzo tidaklah begitu impresif di mana dia hanya finis di urutan ke-11. Mengecewakan? Sudah pasti.
Nasib semakin buruk bagi Lorenzo pada seri kedua di GP Argentina. Alih-alih memperbaiki penampilan, Lorenzo malah terjatuh dan tidak bisa meneruskan balapan. Miris? Tentu saja.
ADVERTISEMENT
Angin segar kemudian sedikit berembus kepada Lorenzo saat berhasil meraih podium pertamanya pada balapan di GP Spanyol. Saat itu, Lorenzo finis di posisi ketiga, di bawah Dani Pedrosa dan Marc Marquez.
Namun demikian, Lorenzo yang dikenal sangat kompetitif ketika bersama Yamaha, tidak lagi berwujud seperti itu di musim perdananya mengendarai motor Desmosedici. Secara keseluruhan, di musim 2017 lalu Lorenzo hanya bisa meraih tiga podium tanpa sekali pun mencicipi peringkat pertama--catatan terburuknya sejak menjadi rookie di kelas 250cc pada musim 2005 silam.
Alhasil, peringkatnya di papan klasemen pun mengalami penurunan drastis musim ini. Hanya mengumpulkan 137 poin, Lorenzo menyelesaikan musim di urutan ketujuh. Ini menjadi catatan terburuknya selama sembilan tahun berkarier di MotoGP.
ADVERTISEMENT
Jika mencari masalahnya, tentu soal adaptasi motor menjadi persoalan yang kentara di sisi Lorenzo. Berpindah dari Yamaha ke Ducati yang notabene memiliki karakteristik motor berbeda, membuat Lorenzo juga harus menyesuaikan diri. Dan nyatanya, itu tidak berjalan lancar.
Hal paling kentara adalah gaya membalap Lorenzo ketika di Yamaha terbilang lebih halus, sedangkan berada di Ducati menuntutnya untuk lebih banyak menggunakan rem belakang. Lorenzo jelas-jelas kewalahan. Ia pun mengakui hal tersebut.
"Saya sedang belajar bagaimana caranya menghentikan motor dengan rem belakang. Masih belum alami, tapi cepat atau lambat saya bakal bisa. Sudah 9 tahun saya tak pakai rem belakang," katanya seperti dikutip dari Crash.
"Evolusi gaya membalap saya sangat lambat, sampai saya mengunakan fairing baru. Seperti memainkan Messi di lapangan tengah: dia tentu saja akan tetap bermain bagus, tapi tak bisa mencapai potensi terbaiknya karena dia tak terbiasa di posisi itu," ucap Lorenzo sepeti dilansir Marca.
ADVERTISEMENT
"Hal yang sama terjadi pada saya. Saya harap Ducati bisa memberikan saya sesuatu sehingga saya bisa merasa lebih nyaman di atas motor," pungkasnya.
Pernyataan ini mengarah juga pada pabrikan Ducati yang memang belum bisa mencari solusi paling tepat soal masalah-masalah di motor pebalapnya. Ditambah larangan penggunaan winglet pada musim 2017, Ducati setengah mati mencari solusi untuk memberikan gaya downforce yang sama saat motor menggunakan winglet, namun dengan bentuk yang lain.
Masalah ini jelas pelik bagi Ducati yang kita ketahui merajai lintasan lurus namun payah ketika membalap di lintasan yang memiliki banyak tikungan tajam.
Di sisi lain, melalui kepala krunya, Cristian Gabarrini, Ducati pun mengatakan bahwa hasil yang diraih oleh Lorenzo pada musim 2017 sangat tidak bisa ditolerir. Nihilnya raihan podium pertama Lorenzo jadi alasan kuat di balik munculnya peringatan ini.
ADVERTISEMENT
"Pada awal musim, kami fokus pada kepercayaan diri Jorge dengan motornya. Nanti, dia harus selalu di posisi lima besar, dan akhirnya, dia harus berjuang meraih kemenangan, tidak peduli balapannya apa atau kondisinya bagaimana," ungkap Gabarrini seperti dilansir Autosport.
"Pada balapan terakhir dia ada di Jerez (pramusim, red), dan dengan dua putaran lagi, kami akan mengonfirmasikannya. Jika tahun depan kita menemukan masalah yang sama seperti tahun 2017, kita tidak akan punya alasan. Musim seperti kemarin tidak bisa diterima," tegasnya.
Gabarrini juga menambahkan, kendati usaha yang telah dilakukan Lorenzo untuk menyesuaikan diri dengan karakteristik Ducati, dia masih mempertahankan "esensi" dari gaya membalap dengan kecepatan tinggi dan mulus.
"Jorge telah menyesuaikan gayanya untuk mengambil poin terkuat dari dari motor baru ini. Dia berusaha keras melakukan hal-hal yang tidak datang secara alami ini," katanya.
ADVERTISEMENT
"Dengan Yamaha, dia tahu bagaimana motornya akan bereaksi kapan saja dan dia harus menerapkannya dengan Ducati. Dia bilang belum kehilangan gayanya, esensinya. Dia hanya mengadaptasinya," pungkasnya.
Berkeluh kesah memang sah-sah saja, namun Lorenzo pun harus bisa membuktikan kapabilitasnya sebagai pemegang tiga titel juara dunia MotoGP kepada Ducati dan khalayak luas, bahwa apa pun motor yang ia kendarai, dia bisa meraih hasil yang impresif tiap musimnya.
Kemudian, melihat dua tes pramusim terakhir di Valencia dan Jerez, Lorenzo bisa tampil cukup konsisten dengan menjadi pebalap tercepat keempat di dua tes itu. Jadi, akankah musim 2017 itu menjadi anomali belaka di karier cemerlang Lorenzo, atau akankah itu justru kembali terulang tahun depan?
ADVERTISEMENT