25% Produksi Minyak Nasional Dipasok dari Blok Cepu

Konten Media Partner
12 Desember 2017 13:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
25% Produksi Minyak Nasional Dipasok dari Blok Cepu
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
ANTUSIAS : Perwakilan EMCL Rexy Mawardijaya sedang memberikan penjelasan produksi Blok Cepu kepada peserta lokakarya jurnalistik
ADVERTISEMENT
SuaraBanyuurip.com - d suko nugroho
Semarang - Produksi minyak dari Lapangan Banyuurip, Blok Cepu, di wilayah Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang dikelola ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), sekarang ini telah mencapai 205 ribu barel per hari (bph). Sedangkan target produksi minyak nasional tahun 2017 adalah sebanyak 815 ribu bph.
"Produksi minyak Banyuurip sekarang sudah menyumbang 25 persen target nasional," kata Juru Bicara dan Humas EMCL, Rexy Mawardijaya, saat membuka Lokakarya Jurnalistik bertema "Mewujudkan Media yang Berintegritas dan Terpercaya di Era Digital" di Semarang, Jawa Tengah, Senin (12/12/2017).
Saat ini EMCL tengah mengembangkan Lapangan Kedung Keris (KDK) di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, untuk menjaga produksi. Produksi minyak dari Lapangan KDK nantinya akan dialirkan lebih dulu ke pusat fasilitas pemrosesan (central processing facility/CPF) Banyuurip sebelum dialirkan ke Floating Storage and offloading (FSO) Gagak Rimang di tengah laut Palang Tuban.
ADVERTISEMENT
"Kita sedang menyiapkan konstruksi pendukung untuk eksploitasi minyak di Lapangan Kedung Keris yang direncanakan berproduksi pada akhir tahun 2019 sebesar kurang lebih 10.000 Bph," ucap Rexy.
Untuk diketahui, industri hulu migas masih sangat vital dan strategis bagi negara (Obvitnas). Karena industri ini mendominasi kebutuhan energi (sumber enrgi primer), penerimaan negara (APBN), produksi lebih banyak dialokasikan untuk kebutuhan pasar domestik.
"Industri hulu migas ini juga Mlmenumbuhkembangkan perekonomian nasional, energi sebagai kebutuhan induk kebutuhan nasional," kata Kepala Perwakilan Satuan Kerja Khusus Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Jawa Bali Nusa Tenggara (Jabanusa), Ali Masyhar.
Industri hulu migas ini, lanjut Ali, bergantung pada tiga hal. Yakni supply (Demand), tambahan cadangan, dan peningkatan investasi. Hal itu sesuai Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Kepmen ESDM) No. 3407-K/07/MEM-2012 tentang Penetapan Obyek Vital Nasional di Sektor Energi dan Sumberdaya Mineral, dan Permen ESDM No. 04 tahun 2017 tentang Obyek Vital Nasional di Sektor Energi dan Sumberdaya Mineral.
ADVERTISEMENT
Namun kondisi saat ini, ungkap Ali, industri hulu migas di tanah air mengalami sejumlah kendala. Yakni 90% produksi berasal dari lapangan tua (mature), laju penurunan produksi dengan berbagai usaha 3% per tahun, laju penurunan alamiah 10-12% per tahun, temuan hidrokarbon lebih didominasi gas sejak 2002.
Selain itu Indonesia telah menjadi importir netto sejak 2004. Jarak produksi vs konsumsi semakin besar, harga minyak dunia drop yakni USD 61,49 /barel (10 Desember 2017).
Kondisi ini, kata Ali, berakibat pada biaya produksi tidak sebanding dengan harga jual, sehingga terjadi pemangkasan biaya operasi, menunda investasi di wilayah kerja migas.
"Dampak buruknya penerimaan APBN turun, dan lesunya perekonomian global," jelas Ali.
Untuk mencagah hal tersebut terus dilakukan sejumlah upaya di antaranya penahanan laju penurunan produksi, peningkatan cadangan minyak dan gas, pencapaian reserve, pengendalian atas cost recovery, realisasi penerimaan negara sesuai target APBN 2017, dan perbaikan tata kelola industri hulu migas.(suko)
ADVERTISEMENT
Sumber Berita Utama: http://suarabanyuurip.com/kabar/baca/25-produksi-minyak-nasional-dipasok-dari-blok-cepu