OJK: Industri Halal RI Masih Kalah Dibanding Malaysia

15 Desember 2017 17:24 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi produk halal. (Foto: Munady)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi produk halal. (Foto: Munady)
ADVERTISEMENT
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis data Global Islamic Economy Indicator (GIE) yang mencatat indusri halal Indonesia berada di posisi ke-10 dengan skor 36. Sedangkan skor tertinggi masih di pegang Malaysia, yaitu 121.
ADVERTISEMENT
Bahkan untuk per indikator seperti halal food, halal travel, modest fashion dan halal media, Indonesia tidak masuk dalam 10 besar.
"Halal food enggak masuk, travel enggak masuk, tapi ada di halal kosmetik. Kita nomor 8," ungkap Kepala Departemen Perbankan Syariah OJK, Ahmad Soekro, di Gedung OJK, Jakarta, Jumat (15/12).
Menurutnya, Malaysia dapat menempati posisi pertama karena adanya dukungan pemerintah. "Kalau di Malaysia itu kan dukungan pemerintah sudah sejak lama. Indonesia sudah mulai nih. Pak Joko Widodo sudah mulai mendirikan komite nasional. Mudah-mudahan kita bisa mengejar ketertinggalan dengan Malaysia," ungkap Ahmad.
Menurut Ahmad, dibutuhkan koordinasi antar lembaga untuk mengembangkan keuangan syariah agar Indonesia dapat mengejar ketertinggalan. "Jadi (mengembangkan) secara keseluruhan. Keuangan syariah, tidak hanya perbankan saja," ungkap Ahmad.
ADVERTISEMENT
Khusus dari sisi perbankan, Ahmad mengimbau agar bank syariah juga bisa memberikan pelayanan yang lebih baik pada masyarakat. Hingga Oktober 2017, OJK mencatat share aset perbankan syariah terhadap perbankan nasional sebesar 5,55%.
"Pelayanan yang lebih baik, tentunya bank syariah harus sama bagusnya dengan bank konvensional. Harus sama dari segi pelayanan teknologi, sumber daya manusia," ujarnya.
Ahmad mengatakan, produk-produk yang dikeluarkan bank syariah seperti jual beli dan bagi hasil dinilai sangat cocok untuk masyarakat Indonesia. Ditambah dengan target market yang juga cukup besar.
"Juga dengan populasi umat muslim yang besar tentu menjadikan potensi besar. Tapi jangan hanya umat muslim, perbankan dan keuangan syariah untuk semua umat. Oleh karna itu bisnis keuangan syariah harus lebih maju," tutupnya.
ADVERTISEMENT