Kerajaan Bisnis Arini Subianto

20 Desember 2017 11:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Arini Saraswaty Subianto menjabat erat tangan kami di kantornya, PT Persada Capital Investama. Dari kantornya yang terletak di lantai 10 Menara Kadin, Kuningan, Jakarta Selatan, gedung-gedung pencakar langit ibu kota tegak menjulang.
ADVERTISEMENT
Berlawanan dengan bangunan-bangunan yang terlihat tinggi angkuh itu, wajah ramah Arini menyambut kami, tim kumparan, Selasa (12/12). Ia melempar senyum dan menyapa. “Apa kabar semua?”
Seperti kepribadian hangat si empunya, ruangan kantor itu terasa nyaman, kental dengan nuansa rumah. Beberapa lukisan terpampang di dinding, dan bejana besar berwarna emas diletakkan di salah satu sudut.
Mengenakan blus putih tanpa lengan dan rok hitam, Arini memasuki ruangan dengan menenteng termos kopi.
“Setiap pagi, saya harus minum kopi. Saya suka kopi susu. Kalau siang, saya pilih teh,” kata perempuan yang menyandang predikat wanita terkaya di Indonesia versi Forbes itu.
Awal bulan ini, Desember 2017, Forbes menempatkan nama Arini di peringkat ke-37 dalam daftar 50 orang terkaya Indonesia. Total kekayaannya ditaksir mencapai USD 820 juta atau sekitar Rp 11 triliun.
ADVERTISEMENT
Namun sang wanita kaya tampak tak terlalu memusingkan predikat “terkaya”-nya itu. Tak terlihat kesan kaku atau formal dari Arini. Ia low profile dan bicara apa adanya.
“Saya keringat dingin. Tidak biasa diwawancara seperti ini,” kata dia.
Padahal, usai “dinobatkan” Forbes sebagai wanita terkaya di Indoesia, Arini sudah pasti menerima lonjakan permintaan wawancara.
Arini Subianto, wanita terkaya di Indonesia. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Arini merupakan anak tertua dari tiga bersaudara yang semuanya perempuan. Sepeninggal ayahnya, konglomerat Benny Subianto, Arini didaulat keluarga besarnya untuk memimpin seluruh unit usaha di bawah naungan PT Persada Capital Investama.
Jika karena itu ia kini beroleh julukan wanita terkaya, Arini tak tahu persis bagaimana cara Forbes menghitungnya. Sebab, kata Arini, ia hanya mewakili keluarganya di Persada Capital Investama.
ADVERTISEMENT
To be fair, sebenarnya saya mewakili adik-adik dan ibu saya,” kata perempuan yang meraih gelar Master of Business Administration dari Fordham University Graduate School of Business Administration, New York, itu.
Oleh karena itu, publikasi Forbes tentang dirinya membuat Arini kaget. Jika boleh memilih, dia lebih baik tidak diekspose karena keluarganya memang tak terbiasa berada di bawah lampu sorot publik.
Benny Subianto, ayah Arini Subianto. (Foto: Instagram/@Ardantya Syahreza)
Jejaring bisnis Arini tentu tak lepas dari Benny Subianto. Sang ayah, pria asal Madura, adalah seorang pengusaha veteran yang merintis bisnis dari nol sebagai sales di Astra International Tbk pada 1969.
Benny kemudian dipercaya William Soeryadjaya, pendiri Astra, untuk mengembangkan bisnis ke sektor perkebunan dan alat berat. Ia pun ikut mendirikan perusahaan sawit Astra Agro Lestari dan distributor peralatan berat United Tractor. Di dua perusahaan itu, Benny sempat menjabat posisi tertinggi sebagai presiden direktur.
ADVERTISEMENT
Setelah pensiun dari Astra pada 2002, Benny mendirikan PT Persada Capital Investama. Usahanya melejit dan ia mulai masuk jajaran kelompok orang terkaya di Indonesia. Pada 2010, keuletan dan konsistensi Benny membuat namanya ada di urutan 21 orang terkaya Indonesia versi Forbes.
Persada Capital Investama menggarap beberapa sektor industri, mulai perkebunan, pertanian, konstruksi, properti, pertambangan, hingga pelayanan kesehatan. Salah satu sumber pendapatannya adalah dari Adaro Energy Tbk, perusahaan pertambangan dan produsen batu bara besar di Indonesia.
Pada 2005, Benny Subianto dan Edwin Soeryadjaya (anak William Soeryadjaya) membeli saham Adaro senilai USD 45 juta dengan kepemilikan saham 12,4 persen. Arini yang saat ini menjabat sebagai komisaris di Adaro, mengantongi saham 0,04 persen.
Arini Subianto, wanita terkaya di Indonesia. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Meski diterpa badai anjloknya komoditas batu bara selama beberapa tahun terakhir, kinerja perusahaan tetap moncer. Adaro bahkan mulai merambah ke bisnis pembangkit listrik.
ADVERTISEMENT
“Adaro memiliki 8 pilar usaha. Kami berkembang ke arah untuk pemenuhan kebutuhan manusia. Air kita butuhkan, listrik kita butuhkan,” ujar Arini.
Kinerja Adaro sepanjang Januari-September 2017 mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan hingga 37,08 persen menjadi USD 2,44 miliar dari peridode yang sama pada tahun sebelumnya USD 1,78 miliar.
Perseroan juga membukukan kenaikan laba periode berjalan yang dapat didistribusikan ke pemilik entitas induk sebesar 78,11 persen, dari USD 209,11 juta pada Januari-September 2016 menjadi USD 372,45 juta pada Januari-September 2017.
Dua saham utama lain yang dimiliki Persada Capital ada pada produsen minyak kelapa sawit dan karet Triputra Agro Persada, serta produsen karet remah Kirana Megatara.
Kirana Megatara yang pada Juni lalu melantai di bursa, merupakan anak usaha Grup Triputra--perusahaan yang didirikan Benny bersama rekannya, Teddy P Rachmat, pada 2002. Sebelum IPO, kepemilikan saham Persada Capital Investama di Kirana Megatara mencapai 30,58 persen.
Kerajaan Bisnis Arini Subianto. (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
Jaringan bisnis Persada Capital Investama juga tercatat di PT Surya Semesta Internusa Tbk. Pada perusahaan yang bergerak di sektor properti, konstruksi, dan perhotelan tersebut, Persada Capital memiliki saham 7,91 persen.
ADVERTISEMENT
Dari sanalah pundi-pundi kekayaan klan Subianto didapat. Menurut Arini, di tangannya kini, Persada Capital akan mengembangkan usaha ke sektor fasilitas kesehatan. Dia tak ingin sekadar berbisnis, tapi juga mewujudkan misi kemanusian dalam unit usahanya.
“Energi kita butuh, pangan dan properti juga. Yang terakhir tapi sangat penting adalah kesehatan,” kata dia.
Saat ini Persada Hospital sudah berdiri di Malang, Jawa Timur. Selain untuk komersial, ujar Arini, Persada Hospital juga menyediakan layanan bagi peserta Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Bahkan sedang membangun Gedung BPJS.
Toko Aksara. (Foto: Instagram @aksaraindonesia)
Arini tak langsung memegang roda perusahaan keluarga. Pada 1998, sekembalinya ke Indonesia usai menempuh studi di New York, Amerika Serikat, ia mendirikan gift shop di kawasan Blok M, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Bisnis gift shop itu kemudian dikembangkan Arini bersama temannya. Mereka mengombinasikannya dengan toko buku yang kemudian dikenal bernama Aksara pada 2002. Aksara, menurut Arini, ialah perpaduan antara bisnis, hobi, dan kepeduliannya pada soal literasi di Indonesia.
Sejak sang ayahanda berpulang di usia 74 tahun awal tahun ini, Arini--atas kesepakatan keluarga--menggantikan posisi sebagai pengendali perusahaan.
Arini Subianto, wanita terkaya di Indonesia. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Arini kini menjalani hari-harinya seperti Benny dulu. Perempuan yang hari ini, Rabu (20/12), berulang tahun ke-47 itu, tak pernah membayangkan bakal menjadi seorang pengusaha besar seperti ayahnya.
Ia banyak belajar dari sosok ayahya--lelaki pekerja keras yang amat memperhatikan keluarga. Arini selalu ingat ucapan penting sang ayah yang kerap dilontarkan padanya saat ia duduk di bangku SMP.
ADVERTISEMENT
Arini Subianto, wanita terkaya di Indonesia (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)