Peneliti Temukan Fosil Laba-laba Berusia 100 Juta Tahun

7 Februari 2018 10:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Laba-laba 100 juta tahun. (Foto: University of Kansas)
zoom-in-whitePerbesar
Laba-laba 100 juta tahun. (Foto: University of Kansas)
ADVERTISEMENT
Fosil amber adalah getah pohon yang berubah menjadi fosil setelah melewati proses jutaan tahun. Fosil ini tak hanya cantik dilihat, amber juga memiliki kemampuan untuk menyimpan fosil spesies lain di dalamnya dengan cukup sempurna. Salah satunya temuan baru ini.
ADVERTISEMENT
Dilansir Science Alert, seekor makhluk yang berasal dari kelas arachinida, kelas makhluk hidup yang antara lain beranggotakan laba-laba, kalajengking, tungau, serta ketonggeng, ditemukan di dalam fosil amber.
Diperkirakan usia makhluk tersebut adalah 100 juta tahun. Temuan ini menunjukkan, kelas arachinida telah hidup di planet kita setidaknya sekitar 280 juta tahun.
Makhluk yang dinamakan Chimerarachne yingi itu memiliki banyak kesamaan dengan laba-laba modern. Mereka sama-sama memiliki delapan kaki, taring, dan spinneret (organ pemintal jaring pada laba-laba) di bagian belakangnya, dekat dengan bagian opisthosoma atau bagian torso.
Fosil laba-laba 100 juta tahun. (Foto: Bo Wang)
zoom-in-whitePerbesar
Fosil laba-laba 100 juta tahun. (Foto: Bo Wang)
Yang membuat makhluk ini berbeda dari saudaranya, laba-laba modern, adalah kehadiran ekornya yang disebut telson. Ekor ini kira-kira berukuran antara tiga hingga 2,5 milimeter.
ADVERTISEMENT
Memang dalam kelas arachinida modern sendiri ada kalajengking yang memiliki tambahan ekor seperti C. yingi. Tetapi seluruh laba-laba modern diketahui tidak memiliki telson.
Peneliti berpendapat, meski kegunaan sesungguhnya dari telson C. yingi tidak diketahui, ada kemungkinan ekor tersebut digunakan sebagai salah satu indra perasanya dan digunakan untuk mendeteksi sesuatu.
"Segala jenis tambahan flagelliform (sejenis antena panjang serangga) biasanya berfungsi seperti antena," jelas Paul Selden, ahli paleontologi dan ahli arachnologi dari University of Kansas.
"Digunakan untuk merasakan dan mendeteksi lingkungan. Hewan yang memiliki ekor panjang yang pipih biasanya memiliki bagian untuk mendeteksi sesuatu," tambahnya.
Fosil laba-laba 100 juta tahun. (Foto: Bo Wang)
zoom-in-whitePerbesar
Fosil laba-laba 100 juta tahun. (Foto: Bo Wang)
Selain itu dijelaskan juga bahwa ada kemungkinan serangga ini hidup di dekat pepohonan, karena ia sendiri ditemukan di dalam fosil getah pohon. Sayangnya, selain hal ini, tidak banyak yang diketahui mengenai kehidupan C. yingi.
ADVERTISEMENT
"Kita tidak mengetahui apakan dia (C.yingi) menenun jaring," ujar Selden.
"Spinneret digunakan untuk memproduksi jaring sutra dan memiliki beberapa alasan, yaitu melindungi telur, membuat tempat berlindung atau sarang, membuat tempat tidur atau untuk meninggalkan jejak. Jika mereka bersarang di suatu tempat dan meninggalkan tempat itu, mereka akan meninggalkan jejak agar bisa kembali ke sarangnya," kata Selden.
Dua Studi dengan Hasil Berbeda
Ada dua tim peneliti yang mempublikasikan studi mengenai C. yingi, dan tiap studi memiliki kesimpulan yang berbeda. Salah satu studi dipimpin oleh Bo Wang dan yang lainnya dipimpin oleh Diying Huang. Kedua tim ini berasal dari institusi yang sama, yaitu Chinese Academy of Sciences.
Sebelumnya, Selden yang juga merupakan anggota salah satu tim studi tersebut, pernah mempelajari suatu serangga yang mirip dengan C. yingi tetapi berusia jauh lebih tua. Spesies yang dinamai Uraraneida itu diperkirakan hidup sejak 380 juta tahun lalu hingga 290 juta tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Perbedaan antara dua serangga ini adalah C. yingi memiliki pedipalp (sejenis capit terletak di bagian depan serangga) yang dapat digunakan untuk melakukan transfer sperma. Adapun Uaraneida diketahui tidak memiliki spinneret.
Laba-laba. (Foto: Thinkstock/Perytskyy)
zoom-in-whitePerbesar
Laba-laba. (Foto: Thinkstock/Perytskyy)
Menurut tim yang dipimpin Wang, hal ini menunjukkan bahwa serangga tersebut cukup dekat dengan leluhur laba-laba modern atau Araneae yang telah memiliki spinneret tetapi belum kehilangan bagian ekornya.
Sementara itu, tim yang dipimpin Huang berpendapat bahwa C. yingi merupakan jenis yang sama dengan Uraraneida.
"Fosil baru yang berada dalam kondisi sangat baik, menunjukkan seluruh karakter yang sama dengan Uraraneida dan juga jenis laba-laba lainnya yang memiliki bagian perut yang tersegmentasi serta memiliki katup dan juga flagellum (sejenis antena pada tubuh serangga)," jelas tim Huang pada studi mereka.
ADVERTISEMENT
Tim Huang juga menambahkan bahwa C. yingi juga memiliki karakteristik yang sebelumnya hanya ditemukan pada Araneae seperti pedipalp dan juga spinneret yang berkatup.
Mereka juga menjelaskan bahwa laba-laba juga hidup bersama dengan Uraraneida pada zaman Kapur, dan hal ini bisa menjadi bukti bahwa Uraraneida tidak berevolusi menjadi Araneae yang merupakan leluhur laba-laba modern.
Masih diperlukan riset lebih banyak lagi untuk menyelesaikan perdebatan ini. Tetapi jangan jadikan perdebatan ini menghalangi kita dalam mengagumi keindahan fosil C. yingi di dalam fosil getah amber itu.