news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Parent Educator, Tidak Sekadar Menjadi Orang Tua Biasa

8 Februari 2018 17:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prof. Dr. Hj. Lucky Herawati, SKM, M.Sc (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Prof. Dr. Hj. Lucky Herawati, SKM, M.Sc (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
ADVERTISEMENT
Lucky Herawati, dosen Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekes Kemenkes) Yogyakarta menjadi guru besar pertama Politeknik Kesehatan di Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Lucky dikukuhkan menjadi guru besar di bidang ilmu kesehatan masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Bangga dan berhasil menembus batas. Karena yang tadinya Politeknik Kesehatan itu batas pangkatnya hanya lektor kepala 4c," kata Lucky seusai acara pengukuhannya di PPSDM Kesehatan, Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat, Kamis (8/2).
Lucky bersyukur mendapat kesempatan sebagai profesor pertama dari 200 doktor di lingkungan Poltekes Kemenkes.
"Saat ini dianugerahkan jabatan tertinggi yang pertama guru besar bidang pendidikan kesehatan masyarakat dari seluruh doktor sekitar 200, alhamdulillah saya diberi amanah yang pertama," terang Lucky.
Parent educator yang diteliti Lucky mengenai pencegahan rokok terhadap remaja yang melibatkan peran aktif orang tua. Penelitian ini mengantarkan Lucky sebagai profesor pertama Poltekes di lingkungan Kemenkes.
"Parent educator itu orangtua tidak sekedar jadi orang tua yang biasa, tapi jadi educator jadi terus menerus," jelas Lucky.
ADVERTISEMENT
Dalam penelitian tersebut Lucky mengambil tiga provinsi untuk dijadikan sampel yaitu Provinsi Yogyakarta, Bali dan Kalimantan Selatan, dengan usia sampel berkisar 13 tahun hingga 14 tahun. Mereka adalah siswa-siswaSMP dari kelas VII, VIII, dan IX.
"Dari tiga provisnsi itu saya mengujicobakan parent educator, akhirnya maju, dari orang sehari (konsumsi rokok) 13 batang, menjadi sehari 8 batang," ujar Lucky.
Lucky menceritakan penelitiannya ini berhubungan dengan program GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat), ia berharap parent educator hasil penelitiannya akan menjadi kegiatan bersama dengan melibatkan seluruh stake holder dan masyarakat khususnya di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, yang memiliki hubungan langsung dengan perokok. Lucky mengungkapkan, kegiatan selama ini belum massif dan terkoordinasi dengan baik.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya ini tidak bisa berdiri sendiri dari lingkungan tiga tadi. Ada masyarakat, masyarakat yang bergerak tidak hanya departemen kesehatan. Di lingkungan, semua yang mengintervensi lingkungan harus bergerak tidak hanya Kemenkes. Kemudian dari pemberdayaan keluarga, tidak bisa dari Kemenkes," ujar Lucky.
"Saat ini majunya baru satu demi satu, majunya sendiri-sendiri, tidak simultan. Simultan itu bareng terkoordinir, harus ada koordinasi dari Kementerian Kesehatan," imbuh Lucky.
Menurut lucky, agar kegiatan tersebut berjalan tanpa cela, harus ada koordinasi dari kementerian yang terkait.
"Selanjutnya, nah seperti saya bilang tadi tiga (lingkungan) itu harus dijalankan bersama-sama simultan, berkoordinasi, nah kementerian-kementerian yang notabene di atas itu, ya bergerak bersama," tutupnya.