Saat Lahan Pekuburan Makin Sulit

Muhammad Zeinizen
Suami Hesti Sutanti; ayah Riza, Azzam dan Salsa
Konten dari Pengguna
8 Februari 2018 20:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Zeinizen tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hadits Buraidah bin Hushaib , Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya aku dahulu telah melarang kalian untuk berziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah karena akan bisa mengingatkan kalian kepada akhirat dan akan menambah kebaikan bagi kalian.” (HR. Muslim)
ADVERTISEMENT
dari sahabat Buraidah juga, beliau berkata: “Rasulullah telah mengajarkan kepada para sahabatnya, bilamana berziarah kubur agar mengatakan:
“Assalamu’alaikum wahai penduduk kubur dari kalangan kaum mukminin dan muslimin. Kami Insya Allah akan menyusul kalian. Kalian telah mendahului kami, dan kami akan mengikuti kalian. Semoga Allah memberikan ampunan untuk kami dan kalian.”(HR. Muslim 3/65)
Pada satu kesempatan menemani seorang sahabat dari Jakarta yang berkampung halaman di Meulaboh, Aceh Barat, sekira tahun 2004-an sebelum tsunami datang dan Bandara Polonia masih beraktifitas ada ceritanya yang masih kurekam jelas.
Sahabat itu transit seharian menunggu peti jenazah kedua orangtuanya yang dibawa dari Jakarta menuju Banda Aceh untuk kemudian dimakamkan di Meulaboh, Aceh Barat.
ADVERTISEMENT
Kutanyakan padanya, kok dimakamkan di Meulaboh, apalagi sahabat itu dan seluruh kakak dan adiknya sudah merantau ke Jakarta. Dia hanya menjawab, aku tak sanggup kalau pada satu hari makam ayah dan mamakku harus digusur, karena makamnya berada di pinggiran Jakarta Selatan.
Kutanyakan lagi, kok tahu akan digusur. Sahabat itu mengaku kalau dirinya sudah dibisikkan sama tetangganya yang bekerja di kantor kecamatan, tanah kuburan itu akan digusur dan para ahli waris hanya diberi pilihan membongkar sendiri atau dibongkar pengembang untuk kemudian terserah entah mau dibawa sisa tulang belulangnya.
Mirisnya, tanah pekuburan itu akan dibangun kawasan apartemen. Sahabat itu sambil menangis hanya bisa berkata,"kubawa sajalah ayah dan mamakku pulang ke kampung, biarlah kami di Jakarta mudik walau hanya setahun sekali untuk ziarah, walau sedih sebenarnya, tak bisa kami berlima berziarah tiap saat,"akunya.
ADVERTISEMENT
Menerawang pikiranku kembali saat diskusi dengan seorang teman kemarin. Dia mengaku lahan pekuburan sekitar rumahnya di Sei Mati, Kecamatan Medan Maimoon, Kota Medan, semakin sempit dan kalaupun ada, biasanya petugas pemakaman tanya dulu, apa sudah ada keluarga dekat kita seperti suami, istri yang dimakamkan di sana. Kalau ada, maka petugas akan menggalinya dan menggabungkan jadi satu kuburan.
Tidak ada yang berbeda dengan tempatku tinggal. Seingatku, aku sudah punya 3 kartu STM untuk tanah kuburan dan yang terakhir karena penasaran, sebelum tutup wirid jelang Ramadhan kutanyakan, kok sudah 3 kartu STM tanah kuburan. Dijawab seorang pengurus, tanah kuburan kita (warga Johor) sudah habis, dan kita akan membeli lahan di sekitar Asrama Armed Delitua, Deliserdang, atau sekitar 30 KM dari tempat kami tinggal. Aku hanya berdoa, semoga saja tak habis lahan kuburannya.
ADVERTISEMENT
Persoalan lahan kuburan yang sudah semakin langka sudah seharusnya jadi pemikiran para pengambil kebijakan di seluruh daerah di Indonesia. Pesatnya pembangunan tak pelak mengurangi luas lahan pekuburan. Tidak ada kalimat tabu, pantang, pamali dsb membangun di samping tanah kuburan. Dimana ada tanah kosong maka pengembang ramai-ramai membangun apartemen, rumah yang belum tahu entah untuk siapa. Belum lagi kalau pun ada lahan pekuburan, di sekitarnya sudah ada sampah yang dibiarkan berserakan seperti di kawasan Delitua. Bahkan, ada kawasan pekuburan jadi arena judi yang berulangkali digerebek polisi.
Hanya kelompok tertentu di negeri ini yang bisa sesuka hatinya membangun rumah di tengah kota, kemudian menutupinya dengan jerejak besi kukuh agar tidak bisa dilihat berapa sebenarnya penghuni rumahnya. Apakah penghuninya bisa berbahasa Indonesia, atau minimal hafal lagu Indonesia Raya plus Pancasila serta butir-butir Pancasila, tak ada yang tahu. Yang kelompok itu tahu, lahan di Indonesia masih sangat luas, dan banyak-banyaklah kaumnya diajak urban ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Semoga saja para pengambil kebijakan di Indonesia sadar, saat mereka mati, entah dimana lagi mau ditanam. Saat terjadi perdebatan para pengurus mayat untuk dikuburkan di mana karena lahannya sudah habis untuk apartemen dsb, barulah mereka (si jenazah yang pejabat tadi) minta kepada malaikat untuk hidup lagi dan siapkan perda menyediakan lahan kuburan untuk dirinya dan keluarganya.
Orang kaya mati,
Orang miskin mati
Raja-raja mati,
Rakyat biasa mati,
Semua kita akan menghadap illahi...(mengulang kaji)