Tapera: Rumah Impian atau Mimpi Buruk bagi Lingkungan?

Reynaldi Achmad Haryanto
Seorang mahasiswa Manajemen UIN Syarif Hidayatullah jakarta yang hobby membaca tentang berita Ekonomi dan Bisnis
Konten dari Pengguna
11 Juni 2024 9:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Reynaldi Achmad Haryanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sebuah Ilustrasi bagaimana Tapera dapat memperkeruh lingkungan kita jika tidak ada regulasi pasti atas keberlanjutan di dalamnya, Sumber : Generated Photo from Gemini
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah Ilustrasi bagaimana Tapera dapat memperkeruh lingkungan kita jika tidak ada regulasi pasti atas keberlanjutan di dalamnya, Sumber : Generated Photo from Gemini
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) hadir sebagai angin segar bagi masyarakat Indonesia yang mendambakan rumah sendiri. Program ini bertujuan mulia, yakni membantu pekerja mendapatkan akses ke perumahan yang layak dan terjangkau. Namun, di tengah gegap gempita program ini, muncul pertanyaan krusial: Apakah Tapera sudah selaras dengan prinsip-prinsip Ekonomi Hijau yang semakin digaungkan di seluruh dunia?
ADVERTISEMENT
Mimpi Hijau Tapera
Tapera memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak pembangunan perumahan yang berkelanjutan. Bayangkan, jika setiap rumah yang dibangun melalui Tapera menggunakan material ramah lingkungan, hemat energi, dan dilengkapi sistem pengelolaan limbah yang baik. Jejak karbon dari sektor perumahan dapat dipangkas secara signifikan. Selain itu, dengan mendorong penggunaan energi terbarukan seperti panel surya, Tapera dapat menjadi bagian dari solusi krisis energi yang kita hadapi.
Lebih dari sekadar bangunan fisik, rumah yang dibangun melalui Tapera dapat menjadi hunian yang sehat dan nyaman. Dengan sanitasi yang baik, ventilasi alami, dan pencahayaan yang cukup, kualitas hidup penghuninya dapat meningkat secara signifikan. Bukankah ini sejalan dengan tujuan Ekonomi Hijau, yaitu menciptakan kesejahteraan manusia tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan?
ADVERTISEMENT
Bayang-Bayang Kelam
Namun, di balik potensi positifnya, Tapera juga menyimpan bayang-bayang kelam. Regulasi yang belum memadai menjadi salah satu batu sandungan utama. Hingga saat ini, belum ada aturan yang secara tegas mewajibkan pengembang untuk membangun rumah ramah lingkungan dalam program Tapera. Akibatnya, banyak proyek perumahan yang masih mengabaikan aspek keberlanjutan.
Lebih parah lagi, beberapa proyek perumahan yang didanai oleh Tapera justru menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Penggunaan lahan yang tidak terkendali, pembukaan lahan hijau, dan peningkatan konsumsi energi menjadi masalah yang kerap terjadi. Ironisnya, tujuan Tapera untuk menyediakan rumah murah justru berpotensi mengorbankan kelestarian lingkungan.
Belajar dari Kasus Nyata
Sebuah studi kasus di kawasan pinggiran Jakarta menunjukkan bagaimana proyek perumahan yang didanai oleh Tapera menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius. Pembukaan lahan besar-besaran untuk membangun rumah mengakibatkan hilangnya habitat alami dan peningkatan risiko banjir. Selain itu, penggunaan material bangunan yang tidak ramah lingkungan dan minimnya ruang terbuka hijau membuat lingkungan perumahan menjadi panas dan tidak nyaman.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, ada juga proyek perumahan yang berhasil mengintegrasikan prinsip-prinsip Ekonomi Hijau ke dalam Tapera. Salah satu contohnya adalah perumahan di Yogyakarta yang menggunakan konsep bangunan hijau. Rumah-rumah tersebut dilengkapi dengan panel surya, sistem pengumpulan air hujan, dan taman-taman vertikal. Hasilnya, perumahan tersebut tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memberikan kenyamanan dan kesejahteraan bagi penghuninya.
Menuju Tapera yang Lebih Hijau
Untuk mewujudkan Tapera yang lebih hijau, diperlukan langkah-langkah konkret. Pertama, pemerintah perlu memperkuat regulasi terkait pembangunan perumahan berkelanjutan. Aturan yang ketat harus diterapkan untuk memastikan setiap rumah yang dibangun melalui Tapera memenuhi standar ramah lingkungan.
Kedua, perlu ada insentif bagi pengembang yang membangun rumah hijau. Insentif ini bisa berupa keringanan pajak, kemudahan perizinan, atau bahkan subsidi langsung. Dengan demikian, pengembang akan lebih termotivasi untuk membangun rumah yang tidak hanya murah, tetapi juga berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Ketiga, masyarakat juga perlu diedukasi tentang pentingnya rumah hijau. Dengan pemahaman yang lebih baik, masyarakat akan lebih memilih rumah yang ramah lingkungan, meskipun harganya mungkin sedikit lebih mahal.
Tapera memiliki potensi besar untuk menjadi program perumahan yang berkelanjutan. Namun, untuk mewujudkan potensi tersebut, diperlukan komitmen dan upaya dari semua pihak. Pemerintah, pengembang, dan masyarakat harus bekerja sama untuk memastikan bahwa Tapera tidak hanya mewujudkan mimpi memiliki rumah, tetapi juga mimpi akan lingkungan yang lebih baik.
Sumber Bacaan :