news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

PLTS Atap : Apakah Sebuah Solusi Tercepat Menuju Energi Bersih?

Reza Arrafi
Mahasiswa S1 Teknik Elektro Universitas Telkom
Konten dari Pengguna
4 Maret 2023 14:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Reza Arrafi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap
zoom-in-whitePerbesar
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap
ADVERTISEMENT
Pernahkah kalian berfikir bahwa tahun ini lebih panas daripada tahun-tahun sebelumnya? Jika kalian berfikir demikian maka apa yang kalian rasakan juga dirasakan oleh orang lain di seluruh dunia. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan iklim yang dampaknya dirasakan oleh seluruh makhluk hidup. Beberapa dampak langsung yang dirasakan seperti suhu bumi yang meningkat dan kenaikan permukaan air laut yang disebabkan oleh mencairnya es di sebagian wilayah artik. Dam
ADVERTISEMENT
pak lainnya seperti beberapa tumbuhan dan hewan akan musnah dan luas ekosistem daratan akan berubah.
Permasalahan mengenai iklim global mendorong adanya gerakan internasional untuk segera mengatasinya. Melalui konferensi internasional COP21 Paris yang dibawah naungan Dewan UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) menghasilkan suatu kesepakatan yang dikenal dengan Paris Agreement. Adapun has
il kesepakatan dari Paris Agreement, yaitu:
1. Berupaya membatasi kenaikan suhu global sampai di angkat minumum 1,5 sampai 2 derajat Celcius
2. Mengurangi tingkat emisi gas rumah kaca dan aktivitas serupa, guna meminimalkan emisi gas serta mencapai target net zero emission
3. Seluruh negara wajib memiliki dan menetapkan target pengurangan emisinya yang akan ditinjau setiap lima tahun sekali
ADVERTISEMENT
4. Negara maju membantu negara miskin dalam pendanaan atau pembiayaan iklim, mendukung implementasi energi baru terbarukan yang lebih efektif, serta beradaptasi dengan perubahan iklim
Selain Paris Agreement dunia juga telah sepakat dalam Sustainable Development Goal’s (SGD’s) 2030 pada poin ke-5 tentang energi bersih dan terjangkau dan poin ke-13 tentang penanganan perubahan iklim. Dari kesepakatan internasioal tersebut, pemerintah Indonesia mengambil langkah membuat target net zero emission tahun 2060 atau lebih cepat. Target tersebut bukanlah sebuah mimpi belaka, pemerintah telah menyiapkan timeline dalam rangka mencapai net zero emission tahun 2060. Langkah-langkah yang diambil pemerintah dalam mencapai net zero emission, yaitu menggantikan secara bertahap PLTU, mulai membangun pembangkit listrik tenaga nuklir, mulai beralih menggunakan kendaraan bertenaga listrik, dan memaksimalan penggunaan energi baru terbarukan sebagai sumber utama penghasil energi listrik.
ADVERTISEMENT
Dalam hal sumber daya en
ergi baru terbarukan, Indonesia memiliki pontensi energi baru terbarukan yang sangat melimpah. Sumber tersebut berasal dari panas bumi, mikrohidro, bayu, panas matahari, dan masih banyak lagi. Menurut IRENA (International Renewable Energy Agency), Indonesia memiliki potensi 3.692 gigawatt (GW) yang berasal dari energi baru terbarukan, namun baru sekitar 10,5 gigawatt (GW) atau sekitar 0,3% pemanfaatannya dari total potensi yang ada. Saat ini pemerintah tengah menggaungkan penggunaan energi baru terbarukan khususnya di sektor panas matahari, diantaranya seperi membangun PLTS berskala besar seperti PLTS Oelpuah di Kupang dan PLTS Likupang di Kabupaten Minahasa Utara. Pemerintah juga membuat PLTS terapung terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, yaitu PLTS terapung Cirata yang terletak di Kabupaten Purwakarta. Selain melakukan pembangunan PLTS berskala besar, pemerintah juga mengajak masyarakat untuk mulai menggunakan PLTS Atap sebagai pengganti dari energi listrik yang diterima dari PLN. Pemerintah memiliki target setuja surya atap dalam mendukung pemanfaatan energi baru
ADVERTISEMENT
terbarukan.
Mungkin untuk orang awam akan bertanya-tanya, apa itu PLTS Atap dan bagaimana cara kerjanya? PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) Atap merupakan suatu pembangkit listrik yang bersumber dari panas matahari yang nantinya akan di konversi menjadi energi listrik. PLTS Atap memiliki 3 sistem, yaitu ongrid, offgrid, dan hybrid. PLTS Atap ongrid artinya sumber energi yang digunakan berasal dari panas matahari yang dikombinasikan dengan energi listrik yang didapatkan dari PLN. Kemudia PLTS At
ap offgrid artinya sumber energi yang digunakan hanya mengandalkan energi listrik yang dihasilkan oleh panas matahari. Sementara PLTS Atap hybrid artinya kombinasi antara ongrid dan offgrid.
Lalu apa saja yang diperlukan dalam membangun suatu PLTS Atap? Terdapat beberapa komponen yang dibutuhkan dalam pembangunan PLTS Atap, seperti panel surya, inverter, MCB, dan baterai. Panel surya berfungsi untuk menangkap iradiasi matahai yang kemudian akan dialirkan ke inverter un
ADVERTISEMENT
tuk diubah dari arus DC menjadi arus AC, dan setelah itu disalurkan ke pengguna untuk dapat digunakan. Hal yang membedakan antara ongrid dan offgrid terletak pada penggunaan baterai dimana pada sistem offgrid kelebihan daya yang tidak digunakan oleh pengguna akan disimpan pada baterai, sehingga pada saat malam hari.
Lalu adakah kendala yang dihadapi dalam pemanfaatan PLTS Atap di Indonesia? Kendala pertama tentuanya adalah biaya, dimana pemasangan PLTS Atap membutuhkan biaya yang tidak kecil, walaupun secara tidak langsung merupakan investasi jangka panjang yang dilakukan oleh pengguna. Biaya yang mahal tersebut dikarenakan beberapa komponen yang dibutuhkan dalam pembangunan PLTS Atap masih diperoleh dari China. Selain itu, belum adanya regulasi pasti dalam bentuk undang-undang sehingga pemanfaatan energi baru terbarukan termasu
ADVERTISEMENT
k PLTS Atap belum maksimal. Ditambah dengan PLN yang berencana menghapus kebijakan ekspor impor listrik, dimana ekspor impor listrik merupakan salah satu hal yang memikat calon penggu
na.
Lantas apa apa yang harus dilakukan saat ini selain langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah dalam rangka memaksimalkan penggunaan energi baru terbarukan di Indonesia?