Menemukan Diri yang Sejati : Who Am I?

Reza Athabi Zayeed
Mahasiswa Manajemen SDM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
19 Mei 2024 14:29 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Reza Athabi Zayeed tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernahkah terbesut dalam benak pikiran teman-teman pertanyaan Siapa Aku ? Jika pernah maka kemungkinan teman-teman sudah pernah atau sedang mengalami fase pencarian jati diri yang sebenarnya. Pertanyaan “Who am, I” menyiratkan adanya suatu ketidaktahuan mengenai kejelasan siapa diri kita sebenarnya. Orang-orang yang mencoba menjawab pertanyaan itu biasanya mencari jawaban yang filosofis dengan tujuan mendapatkan feedback yang setara akan makna pertanyaannya (karena pertanyaan siapa aku memiliki kecenderungan makna filosofis yang mendalam, alih-alih pertanyaan yang bisa dijawab dengan konkrit dan pasti).
ADVERTISEMENT
Siapa kita itu bergantung dari apa yang kita tahu dan pahami tentang diri kita sendiri. Diri merupakan akumulasi dari segala peristiwa yang kita lalui. Pemahaman kita mengenai diri (self) berasal dari apa yang kita terima dari lingkungan sekitar. Istilah-istilah seperti “Kamu adalah apa yang kamu makan”, “Kamu adalah apa yang kamu lihat”, dan Kamu adalah apa yang kamu lakukan” mengandung suatu kebenaran perihal bagaimana diri dibentuk oleh realita sekitar. Pengalaman yang dilalui seseorang akan membentuk persepsi dan cara pandangnya mengenai dunia didalam pikirannya. Pemahaman tersebut yang akan mengantarkan seseorang kepada kesadaran dirinya, akan seperti apa dan bagaimana dia “ada” pada realita.
Ilustrasi Interaksi diri dengan realitas sosial dalam keseharian. Sumber Gambar : https://www.istockphoto.com/id/foto/kelompok-peserta-bisnis-multiras-asia-mengobrol-santai-setelah-acara-konferensi-yang-gm1633283544-532671560
Jika menggunakan pendekatan teoritis, maka pemikiran dari salah seorang tokoh Psikoanalisis, Sigmund Freud, dapat dijadikan dasar dalam mencoba menjelaskan apa itu diri ?. Menurut pandangan Freud, diri kita ini terbagi menjadi beberapa unsur. Bagian-bagian tersebutlah yang kemudian menyusun strukur kepribadian kita hingga disebut sebagai diri (Self). Walaupun Freud seorang tokoh Psikoanalisis yang sering disebut sebagai bapak Psikologi Modern, Tetapi Pendekatannya dalam menjelaskan dan menguraikan dimensi-dimensi psike dan kepribadian manusia syarat akan gagasan filosofis. Itulah mengapa, pertanyaan dari “Who am I” yang diajukan diatas, kiranya akan lebih selaras jika dijelaskan melalui pendekatan konsep diri (self) Freudian.
ADVERTISEMENT
Diri (Self) merupakan aktualiasi dari kepribadian. Ada 3 unsur yang saling berkorelasi dalam mekanisme pembentukan diri. Ketiganya adalah Id, Ego dan Super Ego. Id sebagaimana yang pernah didefinisikan oleh Freud, merupakan dorongan atau insting primordial manusia yang bersifat impuls dan beraktivitas pada ranah kenikmatan. Id dapat dilihat dengan jelas pada anak-anak usia balita. Dorongan alamiah yang dimiliki oleh anak-anak pada usia tersebut masih berupa pemenuhan akan kenikmatan dan kesenangan saja, seperti makan, minum, dll. Id merupakan dorongan dasar yang berasal dari aktifitas neurosis pada dalam diri manusia. Id memiliki kecenderungan impulsif yang kuat akan pemenuhan kenikmatan jasmani sehingga diperlukan Ego untuk mengendalikan dorongan tersebut. Ego adalah jembatan atau perantara yang dapat mengantarkan keinginan dan hasrat yang berasal dari Id agar tersalurkan dengan cara-cara yang diterima oleh realita. Sebagai permisalan, ketika seseorang merasa lapar, untuk memenuhi kebutuhannya akan rasa lapar itu, dia berupaya untuk mencari sesuatu yang kemudian bisa dimakan. Jika Id nya saja yang bekerja, maka seseorang tersebut tidak akan peduli bagaimana caranya mendapatkan makanan. Entah mengambil milik orang lain yang ada disekitar tanpa sepengetahuan orang tersebut, atau bahkan mencuri di warung atau toko makanan yang ada. Disinilah peran Ego dibutuhkan. Ego mencoba agar dorongan akan pemenuhan kenikmatan yang berasal dari Id bisa tersalurkan dengan cara-cara yang diterima oleh realita. Sebagai contoh, Ego akan berusaha agar ketika seseorang merasa lapar, maka mendorong seseorang untuk mendapatkan makanan dengan cara yang lebih baik, bisa dengan membeli makanan tersebut, atau dengan meminta kepada orang-orang disekitar.
ADVERTISEMENT
Gagasan selanjutnya dari pemikiran yang pernah diungkapkan oleh Freud adalah mengenai Super Ego. Bisa dikatakan, bahwa Super Ego adalah gambaran dari manusia ideal sesuai moralitas yang dicita-citakan oleh masyarakat. Super Ego terkait erat dengan nilai dan norma yang dikehendaki suatu masyarakat. Nilai-nilai tersebut yang menjadi acuan agar Ego tidak hanya sekedar dapat menyalurkan hasrat yang berasal dari Id dengan cara-cara yang diterima oleh realita, tetapi juga sesuai dengan nilai dan moralitas yang dikehendaki pada suatu masyarakat. Sebagai contoh, pemenuhan kenikmatan akan rasa lapar, tidak hanya sekedar melalui cara-cara yang diterima lingkungan sekitar, tetapi juga didasarkan pada nilai dan moralitas yang dikehendaki pada suatu masyarakat tersebut. Jika moralitas yang dikehendaki berhubungan erat dengan nilai keagamaan, maka tidak hanya sekedar berupaya untuk mendapatkan makanan dengan cara yang baik, tetapi juga memakannya dimulai dengan doa dan rasa syukur.
Ilustrasi Id Ego dan Super ego sebagai unsur pembentuk internal diri. Sumber gambar : https://www.istockphoto.com/id/foto/superego-gm482786415-37284180
Ketiga unsur tersebut saling berkorelasi didalam diri manusia. Terkadang ada kalanya mereka selaras, tetapi ada kalanya juga mereka saling bertolak belakang. Jika terdapat ketidakselarasan antara ke 3 unsur tersebut maka akan terjadi defense mekanisme, yaitu penyesuaian-penyeusaian yang dilakukan dalam menciptakan kondisi stabilitas internal diri. Dengan memahami ke 3 unsur tersebut, kita dapat menelisik lebih jauh apa kaitanya dengan diri yang selama ini kita pahami, terutama diri kita sendiri.
ADVERTISEMENT
Memang, penjelasan mengenai unsur pembentuk kepribadian (dalam hal ini diri) yang dikemukakan oleh Freud, pada dasarnya adalah unsur yang berasal dari dalam diri. Namun, tidaklah akan terjadi suatu proses mental dan psikologis yang mengarah kepada pembentukan diri jikalau tanpa adanya interaksi dengan unsur eksternal diri. Sebagai contoh aktvitas pemenuhan dorongan Id manusia yang membutuhkan Ego untuk dapat menyalurkannya kepada realita sekitar dan Super Ego yang membuatnya sesuai dengan nilai yang dikehendaki masyarakat. Pada aktivitas tersebut, terdapat interaksi yang terjalin antara unsur internal diri dengan unsur eksternal lingkungan sekitar. Interaksi tersebut merupakan suatu penyerapan yang dilakukan oleh “diri” terhadap apa yang ditemui pada lingkungan eksternal yang kemudian menjadi suatu pikiran, perasaan hingga termanifestasi menjadi suatu tindakan yang muncul karena kesadaran. Artinya pembentukan diri, tidak hanya berasal dari unsur-unsur mental psikologis yang berasal dari internal diri saja, tetapi juga melibatkan aspek-aspek eksternal lingkungan sekitar. Itulah sebabnya, bisa dikatakan bahwa sebenarnya, diri kita ini bukanlah sesuatu yang benar-benar “ori”. Diri bukanlah sesuatu yang bersifat asli atau memang benar-benar “milik kita”, tetapi ada unsur eksternal yang turut membentuk kepribadian sehingga menjadi dasar dalam pembentukan diri.
Sigmund Freud sebagai bapak Psikoanalisis sang pencetus gagasan Id, Ego, dan Super ego yang ada pada dalam diri. Sumber gambar : https://www.istockphoto.com/id/vektor/sigmund-freud-gm177322358-20470141
Lantas bagaimana kita memahami diri kita yang sesungguhnya ? sejatinya, diri merupakan akumulasi dari proses interaksi yang terjadi antara unsur-unsur pembentuk internal dengan apa yang kita temui dan kita dapatkan dari lingkungan eksternal. Entah dari pengalaman, Ingatan, atau pembelajaran yang kita lalui. Integrasi akan proses tersebut membentuk kesadaran akan dunia yang kita pahami. Kesadaran itulah yang kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya kepribadian (diri) yang bisa kita pahami. Kesadaran tersebut bisa dikatakan awal atau dasar dari unsur terciptanya diri kita, Diri yang memegang kendali atas segala kehendak yang bisa kita tentukan. Maka siapa sebenarnya diri kita ? jawabannya adalah kesadaran kita sendiri.
ADVERTISEMENT