Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Perubahan Iklim Berdampak Pada Penyu Hijau?
29 Mei 2022 15:14 WIB
Tulisan dari Ria Febrianti Setiyaningrum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Penyu (Sea Turtle) atau dalam bahasa ilmiah dapat disebut Chelonioidea merupakan salah satu satwa peninggalan dari zaman purba 110 juta tahun silam, dan sekarang menjadi satwa langka, loh. Di dunia terdapat 7 jenis penyu dan 6 jenis diantaranya ada di Indonesia. Apa Saja?
ADVERTISEMENT
Keenam jenis penyu diantaranya, penyu sisik atau Hawksbill (Eretmochelys imbricta), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu belimbing atau Leatherback (Dermochelys coriacea), penyu lekang atau Olive ridley (Lepidochelys olivacae), penyu tempayan atau Loggerhead (Caretta caretta), dan penyu pipih atau Flatback (Natator depressus)
Penyu hijau (Chelonia mydas) merupakan salah satu jenis penyu yang tinggal di perairan Indonesia. Penyu hijau sendiri termasuk ke dalam filum Chordata dan famili Chelonideae. Penyu ini merupakan penyu yang paling sering ditemukan dan hidup di laut tropis. Cara mengenalinya sangat mudah, yaitu dengan melihat morfologi penyu itu sendiri. Penyu hijau bukanlah penyu berwarna hijau, tetapi bagian lemak atau kerapas yang terdapat di bawah sisiknya tersebut yang berwarna kuning-kehijauan. Selain itu, penyu hijau memiliki bentuk kepala yang kecil dengan paruh yang tumpul dan cangkangnya berbentuk bulat telur yang bisa berwarna kehitam-hitaman, kecokelat-cokelatan, atau keabu-abuan. Lantas, apa hubungan antara penyu hijau dengan perubahan iklim?
ADVERTISEMENT
Perubahan iklim (Climate Change) merupakan hal yang disebabkan oleh pemanasan global atau global warming. Dampak perubahan iklim antara lain, perubahan pola curah hujan, kenaikan suhu udara dan permukaan air laut, peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrem, dan yang paling mengkhawatirkan adalah perubahan ratio-sex pada penyu. Bagaimana perubahan ratio-sex dapat terjadi pada penyu?
Perubahan iklim berdampak pada perubahan ratio-sex penyu karena jenis kelamin penyu tidak ditentukan oleh kromosom seperti halnya manusia maupun mamalia lainnya, melainkan ditentukan oleh suhu yang diterima telur saat dieram. Setiap jenis penyu laut memiliki temperature dependent sex determination (TSD) mereka sendiri, yang berarti suhu yang diterima selama telur dieram atau diinkubasi akan menentukan jenis kelamin penyu, yakni apakah embrio penyu berkembang menjadi penyu jantan atau penyu betina.
ADVERTISEMENT
Penyu memiliki suhu standar inkubasi 29 derajat Celsius. Dan apabila suhu lebih tinggi atau lebih rendah penyu akan condong ke salah satu jenis kelamin, yaitu apabila suhu berubah menjadi lebih rendah maka tukik (anak penyu) berpeluang besar berjenis kelamin laki-laki, sedangkan apabila suhu berubah menjadi lebih tinggi maka tukik (anak penyu) berpeluang besar berjenis kelamin betina.
Mekanisme fisiologis temperatur dalam mempengaruhi jenis kelamin diakibatkan adanya kerja enzim aromatase pada organ gonad. Enzim aromatase sendiri berfungsi mengubah hormon androgen menjadi hormon estrogen, yaitu semakin tinggi suhu maka enzim aromatase semakin meningkat dan hormon estrogen turut meningkat pula sebab berlaku perbandingan lurus. Sehingga, hormon estrogen yang tinggi membentuk tukik (anak penyu) berjenis kelamin betina.
ADVERTISEMENT
Cara mengenali jenis kelamin penyu sangat lah mudah. Pengenalan kelaminnya dapat dilihat dari bentuk ekornya, yaitu penyu jantan memiliki ekor yang lebih panjang daripada penyu betina.
Dilihat dari kondisi suhu saat ini, suhu berubah menjadi lebih tinggi sehingga terjadi perubahan ratio-sex pada penyu atau secara sederhana penyu tersebut hanya melahirkan tukik (anak penyu) berjenis kelamin betina saja. Para ahli kerap menyebutnya sebagai “feminisasi.” Meskipun pada awalnya peningkatan populasi penyu betina sangat menguntungkan untuk meningkatkan populasi penyu hijau, tetapi semakin lama-kelamaan malah menjadi merugikan seperti halnya Simpson’s Paradox. Hal tersebut tentunya sangat mengkhawatirkan karena populasi penyu jantan akan lebih sedikit karena tidak ada regenerasi dan yang lebih mencemaskan apabila penyu berkelamin jantan punah.
ADVERTISEMENT
Selain perubahan ratio-sex pada penyu hijau, perubahan iklim mengakibatkan terjadinya abrasi pantai. Abrasi pantai membuat kawasan atau daerah untuk penyu bertelur semakin sedikit. Perubahan iklim juga mengakibatkan rusaknya terumbu karang yang menjadi tempat untuk penyu mencari makan.
Perlu diketahui bahwa tidak hanya faktor perubahan iklim saja yang menyebabkan penyu hijau dan penyu lainnya menjadi punah. Namun, terdapat pula faktor alam lainnya yakni pemungutan dan pemangsaan telur yang dilakukan oleh predator seperti biawak, elang, babi hutan, ikan besar, dan lain sebagainya. Sangat menyedihkan bukan apabila penyu semakin langka hingga terjadi kepunahan?. Oleh karena itu, kita harus tanggap untuk menjaga penyu agar tetap lestari.
Salah satu langkah untuk melestarikan penyu yaitu melakukan penelusuran penyu hijau dengan sistem semi alami. Penetasan penyu hijau dilakukan di ruang inkubasi yang telah disiapkan. Dengan suhu yang diatur sedemikian pula agar tukik (anak penyu) yang dihasilkan memiliki ratio-sex yang seimbang. Keuntungan dari ruang inkubasi buatan tersebut adalah telur penyu lebih terjaga dari gangguan predator lain, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Kemudian, tidak melakukan eksploitasi telur penyu. Kita perlu untuk mengedukasi masyarakat agar tidak mengambil telur penyu seenaknya untuk konsumsi pribadi atau memenuhi kebutuhan ekonomi. Hal ini tergolong pencegahan karena eksploitasi atau perburuan telur penyu sangat tidak sebanding dengan ekonomi masyarakat. Masyarakat dapat mencari alternatif ekonomi lain seperti, mencari rumput laut atau menangkap ikan yang jumlahnya masih terbilang banyak.
Dan yang paling penting adalah perlunya penegakkan hukum. Penegakkan hukum merupakan cara yang paling efektif dan efisien untuk melindungi populasi penyu. Dengan adanya penegakkan hukum, masyarakat tidak akan berani untuk membantah peraturan yang ditetapkan. Kemudian pemburu telur penyu, tukik, atau penyu dewasa pun akan berpikir dua kali karena adanya sanksi yang diberikan apabila melanggar peraturan.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Semboor, S. E. N., Tapilatu, R. F., & Sabariah, V. (2021). Profil Suhu Pantai Peneluran Penyu Sidey: Implikasi Estimasi Jenis Kelamin Tukik Penyu. Musamus Fisheries and Marine Journal, 26-37.
Muhammad, S., Wiadnya, D. G. R., & Sutjipto, D. O. (2009). Adaptasi pengelolaan wilayah pesisir dan kelautan terhadap dampak perubahan iklim global. In Makalah Seminar Nasional Pemanasan Global: Strategi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim di Indonesia, Universitas Brawijaya, Malang.
Saputra, D. K., Darmawan, A., & Arsad, S. (2019). Dampak Cuaca Ekstrim Periode Tahun 2016–2018 Terhadap Kawasan Konservasi Penyu Di Sepanjang Pesisir Selatan Jawa Timur. JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research), 3(1), 118-127.
Juliono, J., & Ridhwan, M. (2017). Penyu dan usaha pelestariannya. Serambi Saintia: Jurnal Sains dan Aplikasi, 5(1).
ADVERTISEMENT