Kultur Sepak Bola Argentina: Agama, Kopi Dangdut, dan 'Penyiksaan'

Konten dari Pengguna
6 Oktober 2018 18:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ricardo Perkasa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Eropa mungkin memiliki uang dan dapat membeli pemain-pemain sepak bola termahal di muka Bumi ini. Namun untuk persoalan passion, tidak ada yang dapat menandingi gairah orang-orang Amerika Latin soal sepak bola.
ADVERTISEMENT
Pada tulisan kali ini saya akan mengajak anda ke salah satu negara di Amerika Latin, yaitu Argentina untuk memahami kultur dan arti sepak bola bagi mereka. Memahami kultur sepak bola Argentina akan membuat kita dapat memahami mengapa mereka tidak pernah berhenti menghasilkan para pesepak bola kelas dunia yang kita kenal seperti Maradona, Gabriel Batistuta, dan Lionel Messi.
Foto: Dok. Pribadi
Sepak Bola adalah Agama
Ada frasa di Argentina dalam bahasa Spanyol yang mengatakan “En Argentina, se come, vive, y respira el futbol” (di Argentina, seseorang makan, hidup, dan bernapas sepak bola). Frasa singkat ini menunjukkan betapa sepak bola sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan orang Argentina.
Beberapa orang bahkan menyebutkan sepak bola telah menjadi 'agama' di Argentina.
ADVERTISEMENT
Di Argentina, 'keimanan' terhadap sebuah klub telah dipupuk sejak usia dini. Seorang teman telah mendoktrin anaknya sejak usia 2 tahun dan tampak sangat tersinggung ketika saya mencoba mendoktrin anaknya untuk menyukai klub lain.
Hal tersebut dapat dimengerti karena apabila suatu saat si anak memiliki klub favorit yang berbeda, hal tersebut dapat dianggap kegagalan orang tua dalam mendidik anaknya. Berpindah kesetiaan kepada klub lain diibaratkan seperti berpindah agama, sehingga kemungkinannya sangat rendah.
Hasil Pertandingan Pempengaruhi Mood
Seorang teman menceritakan bahwa ketika Argentina tersingkir dari Piala Dunia 2018, Buenos Aires terlihat seperti kota mati keesokan harinya. Saya dapat mengerti hal tersebut karena saya merasakan secara langsung suasana kekecewaan orang-orang Argentina ketika dikalahkan Chile dua kali di Final Copa America 2015 dan 2016.
ADVERTISEMENT
Saya merasakan bagaimana Buenos Aires seperti dihuni oleh zombie berwajah muram yang tidak berbicara satu sama lain. Saya juga teringat ketika Argentina terancam tidak lolos Piala Dunia 2018, seluruh stasiun televisi meliput hal tersebut layaknya sebuah bencana nasional.
Narasumber yang diundang untuk membicarakan hal tersebut bisa terpancing emosi dan saling beradu mulut layaknya acara debat politik di Indonesia.
Gairah yang Sama di Stadion Maupun di Rumah
Emosi Maradona saat mendukung Argentina. (Foto: Reuters/Sergio Perez)
Apabila anda tinggal di apartemen di Buenos Aires, maka anda akan sering mendengar tetangga anda teriak-teriak dengan sekuat tenaga ketika pertandingan berlangsung. Tidak akan ada tetangga yang protes karena hal tersebut sudah sangat wajar.
Pada saat ada pertandingan penting, jalanan-jalanan di Buenos Aires akan sepi dan jangan pernah berencana bepergian pada jam tersebut karena anda akan sangat kesulitan menemukan kendaraan umum, khususnya taksi.
ADVERTISEMENT
Menonton langsung di stadion akan lebih membuat anda merinding. Atmosfer stadion sangat luar biasa di mana seluruh sudut stadion tidak pernah berhenti bernyanyi dan terlihat bagaimana para suporter benar-benar menggunakan hati ketika memberikan dukungan kepada klubnya.
Berbicara soal nyanyian, jangan heran apabila anda menonton di stadion-stadion Argentina, anda akan mendengar irama 'kopi dangdut' sebagai salah satu lagu dukungan para supporter. Hal ini karena kopi dangdut memiliki irama yang serupa dengan sebuah lagu asal Venezuela berjudul Moliendo Café dan lagu ini juga sangat terkenal di Argentina.
ADVERTISEMENT
Klub Lebih Penting dari Timnas
Semula saya berpikir Timnas Argentina adalah yang utama di hati pencinta sepak bola Argentina, namun perkiraan saya keliru. Di Argentina, kecintaan kepada klub seperti River Plate dan Boca Juniors melebihi kecintaan mereka terhadap Timnas-nya.
Ketika saya mengatakan klub lebih penting, bukan berarti mereka tidak mencintai Timnas. Ingat, fanatisme terhadap sepak bola di sana sangat tinggi, jadi tempat kedua di hati mereka pun levelnya masih sangat fanatik.
Selain itu, pertandingan Timnas adalah satu-satunya kesempatan untuk melihat bintang-bintang yang dimiliki Argentina karena hampir seluruhnya bermain di Eropa.
Tidak seperti orang-orang Indonesia yang umumnya memiliki klub favorit di liga-liga Eropa, orang Argentina mayoritas tidak memiliki klub favorit dari kompetisi Eropa. Mereka hanya menyaksikan klub-klub Eropa yang diperkuat atau dilatih oleh orang Argentina.
ADVERTISEMENT
Pembinaan atau Talenta?
Messi dkk. merayakan kemenangan. (Foto: Edgard Garrido/Reuters)
Membahas sepak bola Argentina tentu kita juga ingin mengetahui mengapa mereka bisa terus-menerus menghasilkan pemain-pemain kelas dunia. Hampir seluruh klub besar di Eropa memiliki pemain Argentina dan juara-juara liga besar di Eropa pada musim lalu, seperti Juventus, Barcelona, Manchester City, dan PSG, semua diperkuat oleh pemain Argentina.
Perlu di ketahui bahwa AFA (PSSI-nya Argentina) dan PSSI memiliki satu persamaan, yatu dipenuhi oleh masalah. Kompetisi di Argentina juga sering mengalami permasalahan, seperti sulitnya menetukan format kompetisi, masalah hak siar, dan sebagainya.
Melihat kondisi asosiasi sepak bolanya, mungkin kita berpikir bahwa faktor talenta lebih berperan penting dalam menciptakan pemain kelas dunia. Namun, pada kenyataannya ada beberapa hal lainnya yang turut menentukan.
ADVERTISEMENT
Sepak bola yang telah memiliki tradisi dan mengakar membuat klub-klub telah memiliki formula pembinaan yang dirancang untuk membentuk pemain kelas dunia. Seorang teman pernah mengikuti latihan dengan Boca Juniors, salah satu klub terbesar di Argentina, dan mengatakan bahwa itu bukan latihan melainkan 'penyiksaan'.
Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai kaliber dunia, seseorang memang harus melalui latihan yang amat sangat keras. Hampir seluruh pemain kelas dunia Argentina jika ditanyakan mengenai kunci keberhasilan mereka, maka mereka akan menjawab: kerja keras adalah yang utama untuk selalu mengingatkan para pemain muda bahwa semua kesuksesan mereka saat ini diraih dengan usaha yang keras dan pengorbanan.
Selain itu, orang-orang Argentina dalam hal sepak bola memang sangat kompetitif. Hal tersebut terlihat ketika kita main bola dengan mereka. Meski pertandingan tersebut hanya untuk bersenang-senang, tetapi wajah mereka akan sangat kecut apabila timnya kalah dan bisa langsung pergi pulang ngambek.
ADVERTISEMENT
Sebagai penggemar sepak bola, memiliki kesempatan untuk merasakan kultur sepak bola Argentina yang penuh gairah dan daya magis merupakan pengalaman yang tidak terlupakan.
Pada tulisan berikutnya, saya akan mengupas topik menarik lainnya dari sepak bola Argentina, yaitu rivalitas antara River Plate dan Boca Juniors, seteru abadi dua klub dari ibu kota Argentina, Buenos Aires.