Bagaimana Kecerdasan Buatan Mengubah Cara Kerja Jurnalisme

Ricky Suwarno
CEO dan Pendiri Karoomba Asia. Anggota Asosiasi untuk Kecerdasan Buatan China (CAAI)
Konten dari Pengguna
4 Juli 2019 18:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ricky Suwarno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi jurnalisme. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi jurnalisme. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Saat ini, mungkin telah banyak orang mencapai kesepakatan. Mencapai suatu konsensus. Bahwa kecerdasan buatan akan berdampak besar pada banyak industri termasuk jurnalisme atau media.
ADVERTISEMENT
Industri berita tradisional telah terpengaruh oleh internet. Apakah teknologi AI merupakan berkah bagi jurnalisme? Adalah pertanyaan yang sering terdengar di kalangan media dan teman-teman wartawan.
Saya adalah orang yang cenderung berpikir positif. Dari sudut pandang positif, AI dapat membebaskan jurnalis atau para wartawan dari tugas-tugas yang monoton dan berulang-ulang, membosankan. Sehingga memungkinkan jurnalis untuk fokus pada konten yang jauh lebih kreatif.
What can i help you with ? tanya Siri
Perusahaan raksasa seperti Associated Press (AP), Washington Post, Bloomberg, Tencent, Alibaba, atau Headline Today sudah menggunakan AI untuk menulis laporan real time. Seperti berita kompetisi olahraga atau laporan pendapatan suatu perusahaan.
Selain membantu para wartawan menulis laporan yang tidak mereka sukai, AI juga dapat memberdayakan kerja para wartawan. Seperti melakukan proses penyelidikan ataupun mengingatkan wartawan untuk menjaga keseimbangan dalam memberitakan suatu laporan, agar jangan ada bias.
ADVERTISEMENT
Teknologi pengenalan suara atau speech recognition dapat membantu dan mengubah rekaman menjadi teks. Financial Times menggunakan AI dan membuat statistik untuk laporannya sendiri. Jika laporan itu terlalu bias terhadap pendapat atau komentar para laki-laki dan mengabaikan perempuan, AI akan mengeluarkan peringatan.
AI dapat membaca file jauh lebih cepat dari para reporter. Dan menemukan kebocoran. AI juga dapat membantu wartawan memeriksa fakta jauh lebih efisien. Beberapa alat kecerdasan buatan dapat membantu wartawan mengidentifikasi keaslian suatu foto atau video.
Tentu saja, tidak semuanya positif. Ketika AI digunakan dalam bidang jurnalisme, itu juga akan membawa beberapa dampak. Salah satu aset paling berharga dari jurnalisme tradisional adalah transparansi dan kredibilitas.
Ketika algoritma diterapkan pada laporan berita, mengharuskan algoritma itu untuk bisa ditafsirkan supaya orang dapat lebih percaya terhadap laporannya.
ADVERTISEMENT
Munculnya kecerdasan buatan tentu saja akan menantang hak cipta tradisional. Algoritma secara otomatis akan membaca berbagai sumber informasi yang dapat diandalkan. Dan secara tidak langsung, mungkin akan melibatkan masalah hak cipta orang lain.
Selain itu, pemahaman para wartawan tentang teknologi AI, serta kerja sama antara industri konten dan industri teknologi, juga telah menjadi masalah penting. Misalnya, setelah pendiri Amazon, Jeff Bezos, mengakuisisi Washington Post, Jeff menambahkan puluhan ilmuwan data untuk mendukung pekerjaan kantor editorial surat kabar.
Just like grandma says, teknologi kecerdasan buatan akan mengubah departemen editorial berita tradisional. Meskipun tidak sepesimistis seperti yang dipikirkan banyak orang, namun sudah saatnya bidang jurnalisme membuat beberapa perubahan supaya tidak ketinggalan zaman.