Belanda Pintu masuk ke Uni Eropa

Ricky Suwarno
CEO dan Pendiri Karoomba Asia. Anggota Asosiasi untuk Kecerdasan Buatan China (CAAI)
Konten dari Pengguna
12 Juni 2019 18:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ricky Suwarno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Karena keterbukaan dan kemajuan teknologinya, menjadikan Belanda sebagai pilihan utama bagi perusahaan besar selain London sesudah Brexit
zoom-in-whitePerbesar
Karena keterbukaan dan kemajuan teknologinya, menjadikan Belanda sebagai pilihan utama bagi perusahaan besar selain London sesudah Brexit
ADVERTISEMENT
Oleh: Ricky Suwarno
12 Juni 2019
Hari ini, Uni Eropa telah menjadi pusat perhatian dunia. Pengunduran diri perdana menteri Inggris, Theresa May dan Pemilu eropa. Tetapi hari ini kita akan membahas mantan penjajah Negara kita, negeri Bunga Tulip, Belanda.
ADVERTISEMENT
Seperti kita ketahui, saat ini portal ke Eropa adalah Inggris. Inggris, telah menjadi pintu masuk yang menghubungkan seluruh pusat pasar Eropa. Ada banyak perusahaan besar, kantor pusat, atau pusat produksi terletak di Inggris. Bahan baku dan suku cadang dari seluruh dunia dikumpulkan di Inggris, kemudian dirakit, dan dijual ke negeri-negeri lain. Itulah perwujudan dari status portal.
Akan tetapi, bilamana Inggris keluar dari Uni Eropa, perusahaan-perusahaan ini akan mengalami kesulitan. Seperti pajak ekspor impor, pelat penjualan lintas negara, perpanjangan waktu pengiriman barang di perbatasan negara dan sebagainya. Dengan serangkaian masalah ini, menyebabkan banyak perusahaan memasuki situasi “Siaga Perang” untuk memindahkan bisnis keluar dari Inggris. Fenomena ini, dinamakan “Perusahaan Pengungsi.”
Sekarang ada beberapa negara Eropa, seperti Perancis, Jerman, dan Irlandia berebut perusahaan pengungsi ini, misalnya Toshiba, Panasonic, HSBC, Airbus dan lain-lain. Dalam situasi ini, Belanda menjadi kuda hitam yang sangat berpeluang memperoleh semua perusahaan pengungsi tersebut.
ADVERTISEMENT
Sejak Inggris mengumumkan Brexit, 60 perusahaan telah memindahkan kantor mereka ke Amsterdam, ibukota Belanda. Sisanya, masih ada 250 perusahaan internasional sedang membahas relokasi dengan pemerintah belanda.
Cooper, salah satu wartawan dari Financial Times melihat dari segi budaya menyimpulkan mengapa Belanda berkemungkinan menjadi Pintu Gerbang untuk masuk ke Eropa. Cooper melihat dari segi budaya bahasa Inggris.
Di Belanda, bahasa Inggris sebagai bahasa kedua memiliki tingkat penetrasi yang sangat tinggi. Banyak Universitas di Belanda, dimana 70 persen untuk gelar master S2 semuanya menggunakan bahasa Inggris. Disamping itu, banyak tukang cukur, supir bus maupun toko kopi berbicara bahasa Inggris yang fasih. Bahkan, banyak pakar memprediksi bahasa Inggris berkemungkinan menggantikan bahasa Belanda di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
Salah satu universitas Nasional Belanda, namanya Free University Amsterdam bahkan telah membatalkan gelar S1 untuk bidang bahasa Belanda dan Kesusastraan. Alasannya, hampir tidak ada murid yang berminat dalam bidang ini.
Belanda telah menjadi Negara yang tingkat Internasionalnya paling tinggi di dunia. Melampaui AS maupun Singapura.
Seperti biasanya, sindikat pos dari Jerman, DHL, akan merilis laporan setiap tahun. Yang disebut dengan Global Competitiveness Index (GCI). Mereka akan mengevaluasi tingkat globalisasi lebih dari 100 negara di dunia. Misalnya, jumlah investasi lintas batas negara, jumlah imigran dan turis pengunjung setiap tahun, sambungan telepon internasional, dan lain-lain. Semakin tinggi indeksnya, berarti semakin tinggi tingkat globalisasi suatu Negara. Dan, Belanda menduduki peringkat teratas.
Logistik dari negeri Belanda juga sangat maju. Jika suatu perusahaan dari Amsterdam atau Rotterdam mengirim suatu paket, dalam waktu 42 jam, mereka bisa mencapai sampai 160 juta orang. Tentu saja, ini tidak bisa dibandingkan dengan China. Tetapi, kalau di Eropa hal ini adalah hal yang sangat luar biasa.
ADVERTISEMENT
Demikian pula halnya, perusahaan multinasional pertama dalam sejarah manusia lahir di Belanda. “East India Company” atau perusahaan perdagangan india timur di abad ke-17. Dan sejak saat itu, telah banyak orang asing yang berbisnis di Belanda. Di puncak kejayaannya, Belanda hampir memonopoli separuh dari bisnis dunia.
Belanda adalah Negara kedua terbesar di dunia yang mengekspor produk pertanian, selain AS. Kok bisa Negara sekecil Belanda menjadi salah satu pengekspor terbesar?
Jawabannya, terletak pada teknologi tinggi Belanda.
Di Negara lain, satu hektar tanah bisa menghasilkan rata-rata 9 ton kentang. Tetapi, dengan teknologi tinggi Belanda bisa menghasilkan 20 ton kentang per satu hektar. Para petani Belanda menggunakan drone DJI untuk mengumpulkan data, dengan traktor tanpa pengemudi, serta menggunakan cahaya LED untuk memelihara tomat. Secara singkatnya, Belanda adalah Silicon Valley nya bidang pertanian dunia.
ADVERTISEMENT
Just like grandma says, seperti kutipan salah satu protagonist dalam “Games of Thrones” si Jari Kecil, “Chaos is not a pit, Chaos is a ladder” yang mempunyai makna “kekacauan bukanlah suatu lubang, kekacauan adalah sebuah tangga”. Kutipan ini sangat cocok diperlakukan dalam dunia Eropa saat ini. Brexit bagi Inggris mungkin suatu lubang, tetapi bagi negara lain seperti belanda, itu adalah sebuah tangga, “suatu peluang emas”.
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang perkembangan teknologi terkini, bisa menelusuri: https://artificialintelligenceindonesia.com/