Memiliki Algoritma Sendiri atau Menjadi Data Orang Lain?

Ricky Suwarno
CEO dan Pendiri Karoomba Asia. Anggota Asosiasi untuk Kecerdasan Buatan China (CAAI)
Konten dari Pengguna
23 April 2019 14:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ricky Suwarno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Homo Deus: A brief history of tomorrow adalah buku yang sangat terkenal beberapa tahun yang lalu. Penulisnya bernama Yuval Noah Harari. Menurutnya, hanya 1 persen orang yang akan menguasai algoritma di masa depan. Sementara 99 persen lainnya adalah orang yang memberikan data. Istilahnya, sebagai kelinci atau produk orang lain.
Anugerah terbesar di dra digital adalah setiap orang bisa menjadi insinyur algoritma sendiri, atau sebaliknya menjadi sumber data bagi orang lain.
Kata 'programmer' pertama kali muncul di dunia pada awal abad ke-19, bukan pada tahun 1940-an setelah munculnya komputer. Namun, jauh 100 tahun sebelumnya, orang Prancis bernama Jacal menciptakan mesin tenun tekstil Jacquard yang dikendalikan dengan pita kertas berlubang. Prototipe dari mesin pelubang kertas yang digunakan di komputer pada kemudian hari dan dinamakan algoritma.
ADVERTISEMENT
Jadi, algoritma adalah serangkaian prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya, dan kemudian ikuti implementasinya saja. Tidak peduli, apakah komputer atau binatang atau orang yang mengimplementasinya. Singkatnya, algoritma harus memenuhi syarat, seperti lapisan bawah harus netral, potensi tanpa pikiran, dan hasilnya terjamin atau bisa dipastikan.
Lapisan bawah harus netral, artinya tidak memiliki kecenderungan dan selalu bersikap sama terhadap semua orang. Ketika Anda memulai suatu algoritma, Anda sebenarnya menyerahkan kontrol subjektif dari tindakan Anda, tetapi sebaliknya, mengambil inisiatif untuk dikendalikan oleh algoritma.
Potensi tanpa pikiran artinya 'Mr. Serba Oke'. Segalanya oke. Contohnya, serial televisi bergenre martial arts, The Condor Heroes, pada tahun 1995, yang memiliki tokoh bernama Guo Jing. Contoh lain untuk typical ini adalah film adaptasi novel Forrest Gump pada 1994. Tampaknya polos atau terkadang bodoh, tetapi kenyataannya mereka adalah algoritma yang baik.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, terjamin dan bisa dipastikan, artinya siapa pun yang mengetahui dan menggunakan algoritma Anda, pasti dapat mengantisipasi setiap tindakan Anda di masa depan.
Ilustrasi kecerdasan buatan. Foto: Gerlat/Pixabay
Meskipun saya sendiri tidak mengerti programming, tetapi saya mengembangkan program saya sendiri. Misalnya, saya menulis artikel tentang teknologi AI terbaru sebanyak 2 halaman A4, lalu dikirim ke akun Facebook setiap hari, dan hari ini pas berjalan 6 bulan.
Saya berjanji untuk membagi pengetahuan ini kepada anak-anak di Tanah Air selama 10 tahun, di mana nantinya saya akan berhenti menulis sampai awal November 2027. Apakah ini sebuah algoritma?
Saya menulis artikel setiap hari dan secara bertahap mulai dikenali oleh beberapa pembaca yang setia di Tanah Air, Amerika, China, Malaysia, Singapura, Thailand, Australia, Korea, atau bahkan Brasil. Walaupun baru menulis setengah tahun, mungkin ada pembaca yang sudah merasa tidak segar lagi. Ditambah tingkat dan kemampuan saya sendiri sangat terbatas. Lalu, mengapa saya tidak menyerah?
ADVERTISEMENT
Sebab, saya sadar walau artikel saya adalah produk konten, tetapi juga produk kredit atau kepercayaan. Walaupun bukan artikel yang sangat terkenal, tetapi telah ada sebagian kecil anak-anak muda di Tanah Air yang berminat mengetahui perkembangan teknologi di dunia luar. Terutama, di antara dua negara raksasa dan superpower, Amerika Serikat dan China, yang akan membawa arah perubahan dan kemakmuran dunia melalui teknologi AI.
Paling tidak, saya telah membangun kredit dalam waktu sependek ini. Sebab, mungkin ada teman-teman yang berpikir, Ricky adalah orang yang dapat diandalkan. Terlepas dari apakah artikel saya menarik atau tidak, tetapi artikel saya akan muncul tiap hari di Facebook, Linkedin, Twitter, maupun Medium.
Atau bahkan, mungkin ada beberapa teman yang tidak lagi membaca artikel saya, tetapi terkadang mereka masih melihat saya aktif menulis dan berpikir, "Wow, Ricky ini masih terus menulis".
ADVERTISEMENT
Pada awal November 2027, sampai saat saya berhenti menulis, bayangkan apa yang telah saya lakukan? Kegigihan selama 3.650 hari akan menjadi ambang batas yang tidak mudah dilintasi. Sebab, ini adalah ambang pintu persyaratan yang terakumulasi melalui waktu yang tidak mudah dilintasi oleh siapapun, walaupun seberapa kaya atau sukses diri saya.
Wirausahawan atau pegiat startup seperti saya yang tidak mempunyai dana atau latar belakang, apalagi saya juga bukan orang yang genius. Jadi, modal apa yang dapat saya ciptakan dengan tangan kosong? Kegigihan. Untuk menulis artikel setiap hari.
Ini adalah modal kredit saya di masa depan. 10 tahun kemudian. 20 tahun kemudian. Ketika orang-orang membicarakan Ricky, mereka akan mengatakan bahwa Ricky adalah orang yang bersikeras menulis artikel teknologi AI setiap hari selama 10 tahun.
Ilustrasi main media sosial. Foto: Dok. Freepik
Ini hanyalah contoh kecil dari apa yang terjadi pada saya. Sebenarnya, ada banyak orang di Tanah Air yang juga melakukan hal yang sama. Misalnya, Bapak Dahlan Iskan atau bapak secangkir kopi, Denny Siregar, yang sangat saya hormati. Mereka adalah guru yang secara tidak langsung memprogram dan menyusun algoritma sendiri.
ADVERTISEMENT
Ini adalah anugerah terbesar bagi setiap orang awam seperti saya di era digital. Di era ini, setiap orang dapat mengkompilasi algoritma mereka sendiri. Semua orang dapat melihat kepastian diri kita sendiri, sehingga calon mitra percaya dan akan mendatangi kita. Pada akhirnya, kita mungkin dapat mengakumulasi aset kredit yang sangat besar.
Kenyataan yang saya pelajari di era digital dan kecerdasan buatan ini adalah perusahaan besar atau organisasi besar tampaknya serba bisa dan mahakuasa. Mereka menggunakan algoritma untuk menghitung setiap pengguna. Seolah-olah, mereka adalah satu-satunya yang memiliki masa depan paling cemerlang.
Namun sebaliknya, ini adalah era persaingan algoritma. Setiap orang dapat menggunakan set algoritma mereka sendiri untuk bersaing dengan algoritma luar. Setiap orang memiliki peluang yang sama untuk menang.
ADVERTISEMENT
Menurut saya, 0rang-orang di era digital akan dibagi menjadi dua jenis. Pertama, orang yang mementingkan kebebasan dan keenakan saat ini. Selalu mengejar dan mencari hal yang paling nyaman. Dan tentu saja, keinginan mereka akan terpuaskan dan mereka akan bahagia.
Namun, "Sorry", hidup mereka juga akan dicincang oleh algoritma orang lain. Tiap hari belanja di Taobao atau Amazon, posting dan chatting di Facebook atau Tik Tok, sehingga kontribusi terbesar mereka bagi dunia ini adalah menghasilkan sejumlah besar big data. Dan, mengoptimalkan algoritma orang lain. Mereka sendiri adalah data bagi orang lain.
Tipe kedua, orang yang memiliki algoritma sendiri. Mendisiplinkan diri sendiri untuk menciptakan algoritma, terus menerus menghasilkan aset kredit, dan terus membentuk kerja sama yang efektif. Mereka yang senantiasa menulis artikel secara teratur, atau mereka yang secara ketat mengontrol jadwal mereka, atau mereka yang gigih melakukan satu hal untuk waktu yang lama, jadi tidak peduli apakah dia bisa memprogram atau tidak, pada dasarnya dia adalah seorang insinyur algoritma.
ADVERTISEMENT
Tentu saja, kita juga dapat menggunakan algoritma orang lain. Seperti teman baik saya yang menggunakan algoritmanya orang lain, dan menjadi guru berenang di Tik Tok.
So, just like grandma says, sebenarnya persyaratan atau ambang pintu untuk menjadi insinyur algoritmik Anda sendiri sangatlah rendah. Semua orang bisa melakukannya. Namun sebaliknya, sangat sulit untuk mempertahankannya. Pada akhirnya, tidak banyak orang yang bisa melakukannya. Ini adalah titik cerah di era masa depan, dan juga titik kekejamannya.
Menjadi data algoritma orang lain, atau algoritma data orang lain, adalah pilihan yang harus dihadapi generasi kita. It is all up to us.
ADVERTISEMENT
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang perkembangan teknologi terkini, bisa menelusuri: https://artificialintelligenceindonesia.com/